PWMU.CO – Dua Siswa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik semakin tertantang setelah berhasil meraih perunggu dan merit dalam ajang KMNR 2019.
Final Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) Se-Indonesia Ke-14 yang digelar di Gedung Econvention Ancol, Jakarta (28/4/19) memberikan kesan dan tantangan tersendiri bagi para jawara Matematika Spemdalas ini.
Ghaiyyas Sanie Rayhan, siswa kelas VIII E berhasil membawa pulang medali perunggu. Kenny, panggilan akrabnya, menyampaikan, menghadapi final KMNR dia telah mempersiapkan dengan matang. Selain mengikuti latihan rutin Sabtu-Ahad bersama KPM Cabang Surabaya, dia menyediakan waktu belajar mandiri 5-6 jam tiap hari, bahkan kadang lebih.
“Matematika itu sudah seperti makanan sehari-hari. Seringnya sih, belajar 5-6 jam kadang baru berhenti bila sudah merasa bosan. Jadi bisa lebih dari jam tersebut, ” terangnya saat ditemui PWMU.CO di sela waktu istirahat, Jumat (3/5/19).
Siswa yang bercita-cita menjadi seorang CEO (chief executive officer) ini berhasil menyisihkan 257 peserta lain untuk kategori SMP kelas VIII se-Indonesia. Dia merasakan final KMNR kali ini lebih sulit begitu pula waktunya lebih pendek. “Pinginnya sih dapat perak tapi dapatnya perunggu, yang masih menantang itu soal Geometri, masih penasaran, ” ujarnya.
Meski hanya puas dengan medali perunggunya, tapi Kenny tetap optimis mempersiapkan diri untuk bisa menjadi peserta OSN Matematika untuk tingkat SMA tahun mendatang dan meraih juara I untuk ME Award yang akan digelar sekitar bulan Juli 2019 ini.
Hal yang sama dirasakan oleh Achmad Khosyi’ Assajjad Ramandata. Dia menyampaikan, KMNR tahun 2019 baru mulai dibuka untuk jenjang SMA. Dia mengaku kaget dan tidak menduga ternyata saat final untuk kategori kelas IX, materi dan soalnya mencangkup juga kelas X (SMA).
“Banyak soal yang unpredictable (tak diperkirakan), banyak soal yang setara SMA. Dari 18 soal uraian yang diujikan hanya sembilan soal yang diselesaikan dengan yakin,” ujarnya
Siswa yang baru saja mengikuti seleksi Olimpiade Sains Matematika (OSN) SMA tingkat provinsi awal April ini pun tetap bersyukur masih dapat meraih medali merit di ajang KMNR ke-14 tersebut.
Tantangan menghadapi final KMNR dipersiapkan dengan matang olehnya. Selama bulan April Khosyi harus berjuang keras belajar, mengatur waktu, menjaga stamina dan mental dengan baik. Pasalnya dalam sebulan itu, siswa kelas IX G ini secara beruntun harus mengikuti ujian dan kompetisi mulai USBN SMP, seleksi provinsi OSN matematika tingkat SMA, UNBK kelas IX dan sehari setelahnya sudah harus meluncur mengikuti Final KMNR di Jakarta.
“Ikut pembinaan KMNR di Surabaya hanya bisa mengikuti hari Sabtu, karena kalau Ahad khusus persiapan ujian nasional. Lha saya tetap belajar mandiri 1-2 jam saja di sela persiapan UN. Dan ada kesempatan sehari setelahnya saya tuntaskan satu buku khusus belajar KMNR,” terangnya.
Torehan prestasi Khosyi ini memberikan kebanggaan tersendiri bagi orangtuanya. Dwi Suliastari, ibunda Khosyi, bersyur atas prestasi putra semata wayangnya ini yang diperoleh dengan perjuangan yang keras dan melalui proses yang panjang.
“Kami melihat persaingan yang ketat di antara siswa-siswa terbaik dari beberapa provinsi dan dengan tingkat soal yang sama dengan kelas X (SMA), pencapaian prestasi Khosyi’ saat KMNR sudah luar biasa, meskipun membawa pulang juara harapan,” jelasnya kepada PWMU.CO yang dihubungi melalui WhatsApp, Sabtu (4/5/19).
Dwi yang mendampingi secara penuh selama di Ancol mengakui usaha keras anaknya. “Selain hobi otak-atik soal Matematika, dia juga istiqamah menjalankan amalan-amalan sunahnya seperti shalat malam, menjaga wudhu, puasa Senin-Kamis dan berinfak untuk menambah tabungan jiwanya,” imbuhnya
Khosyi menyampaikan akan mengambil tantangan baru saat SMA nanti. Khosyi yang sering kali membawa medali di setiap kompetisi matematika sejak duduk di bangku SD ini baik tingkat daerah, provinsi, nasional bahkan internasional akan mencoba mengikuti OSN bidang Astronomi nantinya.
Koordinator Bina Prestasi Spemdalas Imroatus Tsani SPd menyampaikan sebenarnya dalam kompetisi KMNR tahun ini Spemdalas memperoleh tiket tiga peserta yang masuk ke babak final. Namun menjelang pelaksanaan Nazwa Natania, siswa kelas VII ICP gagal ikut karena masih dalam proses pemulihan setelah terserang Demam Berdarah.
“Alhamdulillah meskipun dua orang yang berangkat, keduanya pulang membawa juara,” tuturnya. (Anis Shofatun).
Discussion about this post