PWMU.CO – Umat Islam tidak boleh melupakan faktor ekonomi dalam perjuangannya. Demikian juga Persyarikatan Muhammadiyah. Jika KHA Dahlan sudah memberikan contoh perjuangan di bidang pendidikan dan kesehatan, maka Muhammadiyah masa kini harus memerhatikan masalah ekonomi, sebagaimana diamanatkan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar.
Mantan Bupati Lamongan H Masfuk SH menyampaikan hal itu dalam acara “Konsolidasi dan Sosialisasi Program Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik Periode 1015-2020” di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Jalan Permata No 7 Graha Bunder, Ahad (5/6).
(Baca: Pentingnya Niat Baik dalam Gerakan Dakwah dan Akankah Muhammadiyah Jadi Sisifus?)
“Faktor ekonomi jangan dilupakan. Situasi umat Islam saat ini membahayakan, terutama di bidang ekonomi. MEA dibuka. Tidak ada lagi sekat-sekat. Kalau kita mengelola lembaga-lembaga di Muhammadiyah dengan biasa-biasa saja, bisa tewas. Wabillahi taufik,” kata Masfuk.
Keprihatinan di bidang ekonomi itu, menurut Ketua DPW PAN Jatim ini, salah satunya bisa dilihat dari penguasaan aset ekonomi termasuk kepemilikan tanah oleh orang-orang non-Muslim di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
“Bayangkan, mereka yang hanya 2 persen bisa menguasai 98 persen aset ekonomi. Artinya, mayoritas umat Islam yang 98 persen hanya menguasai 2 persennya,” kata Masfuk berapi-api. Menurutnya, 80 persen tanah di Jakarta sudah dikuasai kelompok non-pribumi, sementara di Surabaya sudah mencapai 84 persen.“Lu nyanyi (lagu perjuangan) keras-keras, tapi tanah-tanah itu sudah milik kita,” Masfuk membuat joke menirukan dialek etnis tertentu.
(Baca juga: Di Bidang Ekonomi, Muhammadiyah Dilarang Berpuas Diri dan Akhirnya Muhammadiyah Rumuskan Gerakan Dakwah Ekonomi)
Masfuk berharap pada Muhammadiyah untuk mengambil peran di bidang ekonomi secara serius. “Makanya dakwah harus cerdas. Ekonomi mantapkan. Kalau tidak, habis kita,” kata anggota Dewan Pakar Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah ini. Menurut Masfuk, warga Muhammadiyah harus banyak terjun menjadi wiraswasta.
“Bangkit. Jangan jadi PNS saja. Akhirnya wiraswasta kita kurang,” kata Masfuk sambil menyindir kecenderungan orang tua di Lamongan yang bangga punya anak kerja berangkat pagi pakai seragam coklat dan pulang juga pakai seragam coklat (seragam PNS Lamongan).
(Baca juga: Sukses Berkat Nyantri, Inilah Testimoni Alumni Pesantren Muhammadiyah dan Indonesia Butuh Tiga Pilar Inovasi Ekonomi Masa Depan)
Alumni FH Unair ini juga menyinggung potensi yang dimiliki oleh Muhammadiyah Gresik. Menurut data yang ia peroleh, PDM Gresik memiliki AUM yang cukup membanggakan. Jika dioptimalkan potensinya, bisa menjadi kekuatan dakwah yang hebat. “Kalau di partai politik untuk mendatangkan orang perlu uang transport Rp 50 ribu tapi di masjid-masjid cukup dengan adzan, sudah pada berkumpul. Gak pakai bayar. Ini potensi yang luar biasa,” kata Masfuk, sambil mengkritisi pengelolaan masjid yang masih kurang baik.
“Mengapa banyak yang ngantuk saat Jumatan? Karena khatibnya tidak menarik. Mestinya para khatib bisa memberikan pencerahan. Tapi kesempatan ini tidak dimanfaatkan para khatib. Materi khutbah hanya itu-itu saja. Padahal, potensi berkumpulnya umat itu luar biasa. Satu bulan 4 kali berkumpul,” kata Direktur Eka Group ini. (MN)