PWMU.CO – Supaya bisa mendapatkan kebahagiaan di bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya, kita harus mampu mempraktikan tiga hal yang menjadi ciri orang bertaqwa. Apa itu? Berinfak di waktu lapang dan sempit, menahan marah, dan mau memaafkan.
Inilah yang disampaikan motivator nasional Suhadi Fadjaray dalam Pengajian Ramadhan V 1440 H, Jumat (10/5/19) di Cordoba Conversation Hall SMAM 10 GKB.
Suhadi menjelaskan, kalau infak di waktu lapang itu gampang dan mudah, tetapi bagaimana ketika di waktu sempit atau susah.
“Kalau pas gajian atau dapat THR (tunjangan hari raya) infak bisa kita berikan dengan mudah. Seratus ribu, dua ratus ribu siap saja. Tetapi kalau tanggal tua atau kantong sedang bermasalah pasti susah dan banyak pertimbangan,” ujarnya.
Kalau kita, lanjutnya, bisa jalankan dua waktu tersebut maka kebahagiaan akan kita dapatkan.
Poin kedua dari ciri orang bertakwa adalah menahan marah. Suhadi menjelaskan di depan guru karyawan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB Gresik peserta pengajian bahwa marah mudah tertutup karena cinta pada Allah SWT. Di bulan Ramadhan, kalau gampang ngamuk berarti belum miliki cinta.
“Marah bisa disembuhkan dengan dengan menguatkan cinta pada Sang Kholik, dekatkan dengan Sang Pencipta,” ucapnya.
Dalam keluarga, paparnya, kita harus memahami pasangan masing-masing untuk bisa meredam marah. Marah atau persoalan itu sumbernya dari tidak paham dunia pasangan. Untuk itu, pasangan harus bisa mengerem marah.
“Suami harus memahami karakteristik istri begitu sebaliknya. Contohnya adalah mengerti pola pikir. Suami istri itu gunakan model obat nyamuk bakar dalam berpikir. Suami itu pola pikirnya dari luar selanjutnya ke tengah yang artinya adalah fokus. Sebaliknya, pola pikir istri dimulai dari dalam berjalan ke luar yang artinya menyebar,” katanya.
Suhadi menguraikan kalau suami tidak bisa memahami istri atau istri tidak bisa mengerti suami, bibit pertikaian bisa muncul dari situ. Maka, harapnya, keduanya harus bisa saling memahami dan menahan marah. Keduanya harus saling mengerti sehingga emosi bisa diredam.
“Orang yang ingin bahagia dan sukses itu harus mampu mengontrol emosi. Riset-riset yang menyampaikan tentang emosi itu hanya mengamini konsep Islam. Agama kita sudah merumuskan, ayo kita pelajari bersama,” jelasnya.
Terakhir adalah mau memaafkan. Bertakwa, kata Suhadi, bisa didapat melalui jalan memaafkan. Kemampuan memaafkan ini menjadi modal seseorang mampu meningkatkan derajat takwa. Suami harus gentle (jantan) mengakui kesalahan dan juga istri.
Suhadi menyatakan, infak, menahan marah, dan mau memaafkan itu berat dan susah karena hadiahnya adalah surga. “Kalau mudah, pasti hadiahnya rantang,” ucapnya. (Ichwan Arif)
Discussion about this post