PWMU.CO – Muhammadiyah sebenarnya sudah punya modal yang cukup dan memadai untuk mewujudkan khairu ummah, umat yang terbaik.
Pendapat itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir dalam Kajian Ramadhan 1400 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (18/5/19).
Menurut Haedar, modal yang dimaksud itu bisa dilihat dalam Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. “Yang menurut Djarnawi Hadikusumo, mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” ujarnya.
Untuk mewujudkan konsep khairu ummah itu, kata Haedar, jangan memimpikan yang sempurna layaknya republik surga. “Sebab, hanya pada zaman Nabi-lah konsep khairu ummah yang ideal. Sepeninggal Nabi, maka tugas kita mengupayakan dengan berikhtiar semaksimal mungkin,” tuturnya.
Dakwah Muhammadiyah, lanjut Haedar, yang bercirikan pemurnian akidah, tidak boleh melupakan konteks sosiologis atau dakwah kultural. “Kita juga perlu memahami kultur masyarakat, baik yang sudah berislam secara benar maupun yang belum agar mereka dapat mewujud dalam masyarakat Islam,” jelasnya.
Sebab, menurut dia, dalam coraknya, masyarakat Islam terbagi menjadi dua. Pertama, adalah Islamicate atau golongan abangan. Yakni, sesuatu yang bercorak Islam, yakni unsur-unsur yang tidak sepenuhnya berasal dari ajaran Islam yang murni. Dan yang kedua adalah Islamic, islami, atau golongan santri.
Padahal dalam kenyataanya, kata Haedar, tidak lebih dari 35 persen dari penduduk Indonesia yang masuk golongan santri. Sementara abangan berjumlah 65 persen.
“Tugas kita bersama bagaimana mewujudkan masyarakat Islam, khairu ummah, ke dalam konstruksi nilai-nilai Islam tersebut,” ucap Haedar.
Haedar melanjutkan, jika konsep masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam Muhammadiyah itu sama dengan konsep takwa dalam Alquran, yaitu ittaqullaha haqqa tuqatih, bertakwalah dengan sebenar-benarnya takwa.
“Konsep khairu ummah, atau masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam Muhammadiyah, jangan lagi hanya jadi bayangan,” kata Haedar.
Sebab, kata dia, mengutip apa yang sering disampaikan Malik Fadjar, Muhammadiyah bukan akan tapi sudah berbuat untuk umat dan bangsa yang berkemanusiaan.
“Lihat saja apa yang dulu ditentang, kini sudah menjadi alam pikiran umum,” ungkap Haedar sembari menyebut pembetulan arah kiblat dan sekolah Islam modern yang sudah menjadi hal umum.
Maka, lanjut dia, jangan sampai pikiran warga Muhammadiyah kembali ke masa zaman lampau. Karena melihat ke depan jauh lebih penting.
“Banyak inspirasi dari KH Ahmad Dahlan yang patut dielaborasi dalam mewujudkan khairu ummah ke dalam gerakan Muhammadiyah yang tersistem,” pesan Haedar. (Darul)
Discussion about this post