PWMU.CO – “Krupuk … krupuk … krupuk,” begitu suara khas yang terdengar dari si penjual krupuk setiap pagi saat menjajakan dagangannya.
Seperti biasa, dengan mengayuh sepeda ontel satu-satunya, Ahad (19/5/19) pagi itu, seorang nenek lewat di depan rumah dan berhenti untuk menawarkan daganganya. “Krupuk njih?” ucapnya.
Sujiyem adalah nama penjual krupuk itu. Wanita kelahiran Sragen Jawa Tengah tahun 1950 itu mengaku sudah melakoni pekerjaan itu selama 20 tahun. Dia berjualan sejak pukul 05.00 hingga 12.00 WIB dengan berkeliling di Kota Gresik setiap hari.
“Alhamdulillah, kaleh sadean krupuk niki kulo saget nyekapi ragat urip kulo saben dinten, tanpo ngerepoti tiyang lintu,” ujarnya dalam bahasa Jawa. Dia mengatakan, dia bersyukur dagangan krupuknya bisa mencukupi biaya hidup sehari-hari, tanpa merepotkan orang lain.
Dia mengaku hasil penjualannya tidak stabil. “Mboten mesti. Kadang nggeh angsal Rp 40 ribu utawi Rp 50 ribu. Tapi menawi telas nggeh angsal arto Rp 75 ribu,” jelasnya.
Nenek yang memiliki satu anak dan dua cucu itu tinggal sendiri di rumah kost di Desa Randuagung, Gresik. Sedangkan suaminya telah meninggal dunia.
Meskipun demikian dia tetap gigih dan semangat mencari nafkah dengan cara yang halal ini. Termasuk saat bulan Ramadhan ini.
“Wulan Ramadhan niki, alhamdulullah kulo usahaken mboten bolong posone. Abot nanging nini perintah Allah engkang kedah dilampahi,” katanya. Maksudnya meskipun berat, tapi dia berusaha tetap puasa karena merupakan perintah Allah.
Setelah PWMU.CO membeli tiga bungkus krupuk dengan harga Rp. 2.000/bungkus Sujiyem pamit dan minta didoakan agar dagangannya laris. Dia juga berharap dalam Lebaran tahun ini ada yang memberi bantuan seikhlasnya untuk bekal pulang ke kampung.
“Doakakan ya Nak, dagangan krupuk mbah laris,” harapnya. (M. Yazid N)|
Discussion about this post