PWMU.CO – Rudi baru saja pulang dari bermain. Siang yang terik membuat puasanya jadi berat. Ia kehausan. Melihat rumahnya sepi, ia tergoda. “Ah mumpung sepi, aku bisa minum tanpa dilihat orang,” gumannya.
Ia lalu membuka kulkas. Lemari pendingin itu langsung menyuguhkan penawar dahaga kepadanya. Tanpa ba-bi-bu sebotol air dingin segera diraihnya. Ia tuangkan isinya ke dalam gelas. Nyes, dingin banget.
Hampir saja air itu ia teguk. Tapi tiba-tiba datang sang ibu, Hanim. “Lho kamu batalkan puasa ya? Kamu sudah minum ya?” tanya Hanim setengah mengintrogasi anaknya.
Itulah salah satu fragmen drama berjudul Mokel yang disutradari Ida Poerwaningrum dan Nur Aini Ochtafiya. Para pemainnya adalah koleganya, guru-guru di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik. Mokel dalam bahasa Jawa berarti membatalkan puasa.
Para guru yang tampil adalah Rudi Purnawan sebagai pemeran utama bernama Rudi. Sedangkan yang memerankan Hanim adalah Niswatul Mujtahidah.
Pemeran lainnya: Rizqi Rahman, Umi Syarifah, Fitri Musrofihah, Ida Poerwaningrum, Nurul Mahmudiyah, dan Nur Aini Ochtafiya. Ada pula M. Fadloli Aziz yang mengulas materi drama sambil memberikan tausiah.
Delapan guru itu menampilkan drama pada kegiatan Training Center Darul Arqom (TCDA) yang diikuti siswa SDMM kelas I dan II SDMM, Rabu (22/5/19), di dining room (raung makan) yang selama Ramadhan ini disulap menjadi mushala.
Para siswa menyambut meriah tampilan para gurunya itu. Apalagi drama bersifat interkatif. Ada dialog dan tanya jawab antara pemain drama dengan penonton.
“Apakah boleh anak-anak jika belum waktu Maghrib kita minum meski tidak ada orang,” tanya Hanim kepada peserta TCDA. Saat itu Hanim sedang memergoki Rudi, anaknya, yang hendak minum.
Dengan serentak mereka mejawab, “Tidak boleh!”
Usai pementasan lakon, acara dilanjutkan tausiah oleh M. Fadloli Aziz. Dia mengupas isi drama tersebut. Salah satu intisari yang ia ambil dari drama itu adalah konsep ihsan.
“Ihsan adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya,” jelas guru lulusan Universitas Malang ini.
Kepada PWMU.CO, Koordinator TCDA SDMM Tahun 1440 Hiriah Rudi Purnawan menjelaskan, ia sengaja memilih drama sebagai alternatif penanaman nilai-naili keaikan agar menarik bagi peserta kelas I dan II.
“Kalau hanya disuguhkan dengan ceramah akan membosankan. Tapi dengan disuguhkan melalui drama dan diulas maka akan lebih interaktif dan menarik perhatian mereka,” ungkapnya.
Sebelum drama digelar, acara diawali dengan pembacaan Alquran surat Annaziat oleh 17 siswa Kelas Tahfidh dari kelas I dan II. Acara dilanjutkan dengan sambutan Kepala SDMM Ahmad Faizun SSos.
Ia memotivasi para siswa agar lebih banyak membaca dan menghafalkan Alquran di bulan Ramadhan. “Sehingga dapat lolos seleksi bergabung dengan Kelas Tahfidh di jam ke-0,” ujarnya. Ia pun memukul kentongan sebagai tanda dimulainya kegiatan secara resmi.
Setelah pembukaan diadakan lomba melipat sajadah bagi kelas satu dan estafet game rangkai huruf bagi kelas dua. Acara berlangsung sampai berbuka puasa, shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih. (Siti Mariyanti)
Discussion about this post