PWMU.CO – Semua orang harus menjadi mubaligh-mubalighat, karena kita umat Islam berkewajiban menyampaikan amar makruf nahi munkar.
Hal ini disampaikan Wakil Bendahara Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Manyar Dzukirotul Baroroh SAg pada Turba Kajian Ramadhan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Manyar pada putaran terakhir, Ahad (2/5/19).
Kegiatan ini diikuti oleh 60 anggota Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Gumeno dan dilaksanakan di MI Muhammadiyah 1 Gumeno Manyar.
Meski Idul Fitri tinggal menghitung hari, namun dengan penuh semangat Ibu-ibu Aisyiyah ini masih bersemangat datang ke pengajian.
Baroroh—panggilan akrab Dzukirotul Baroroh—menyampaikan, manusia wajib berinvestasi untuk dirinya sendiri agar menjadi baik secara terus-menerus, sehingga bisa menjadi pendakwah. “Terus menimba ilmu, memperbaiki diri agar dapat menjadi teladan di masyarakat. Dan semua itu diawali dengan teladan kita di dalam keluarga, yang di dalamnya ada suami dan anak-anak,” urainya.
Ibu empat anak ini lalu menyampaikan 10 nasihat rumah tangga agar baik-baik saja.
Pertama, perbaiki komunikasi. Tentunya komunikasi dengan suami dan anak-anak. “Pergi kemana pun istri harus izin dulu pada suami. Sebelum keluar kita siapkan tanggung jawab yang di rumah. Namun suami harus ikhlas melepas istri, sehingga ketika istri pergi untuk sebuah kebaikan hatinya tenang,” jelasnya.
Kedua, hindari kekerasan dalam rumah tangga. “Jangan sampai suami atau istri saling menyakiti, dengan memukul, menendang dan lain sebagainya,” ujarnya.
Ketiga, buat keputusan yang matang. “Agar kita dapat menentukan mana yang baik dan buruk untuk keluarga,” ucap dia.
Keempat, bersyukur. “Bersyukur atas istri dan suami yang kita miliki, menerima apa adanya. “Suami dengan gaji besar Alhamdulillah. Jika suami gaji sedikit ya tetap bersyukur, dengan ikhlas,” jelasnya.
Kelima, saling menghargai. Yaitu menghargai kesukaan suami atau istri. Kadangkala, ujarnya, istri atau suami cuek, tidak memperhatikan apa yang menjadi kesenangan istri atau suaminya.
“Contoh, suaminya suka mengajak ngobrol dengan istrinya, namun istrinya tidak mau tahu, sibuk dengan handphone-nya atau yang lainnya. “Sehingga suami akhirnya mencari teman ngobrol di luar sana,” terangnya.
Keenam, adil dalam menghargai waktu. Bisa mengatur waktu untuk keluarga, masyarakat dan organisasi.
Ketujuh, berlibur bersama. “Ini penting karena bepergian bersama itu bertujuan untuk merekatkan hubungan antara suami istri dan anak,” ucapnya. Namun tidak harus pergi rekreasi di tempat yang mahal. “Jalan-jalan mencari makanan yang ringan dengan keluarga pun bisa dilakukan,” saran dia.
Kedelapan, terbuka. Tidak ada yang ditutup-tutupi di dalam keluarga.
Kesembilan, saling mengingatkan. “Karena antara suami istri pasti ada kekurangan dan selanjutnya diikuti saling memaafkan,” ujarnya.
Kesepuluh, saling mengerti. Saling memahami antara suami dan istri. (Musyrifah)
Discussion about this post