
PWMU.CO – Jamaah Idul Fitri memadati halaman SMP Muhammadiyah 12 Gresik Kota Baru (GKB) Rabu, (5/6/2019) dengan berpakain baru dan bersih sambil mengumandangkan takbir.
Tapi menurut Ustadz Khubby Mulyono Lc MA, imam dan khatib, yang terpenting bukan pakaian baru yang dikenakan itu. “Yang paling penting adalah pakaian yang ada dalam diri kita. Yaitu takwa yang ada di jiwa kita, melekat pada diri kita. Itulah yang terbaik yang menjadikan kita diri yang suci,” kata dia di wal khutbahnya.
Khubby lalu menjelaskan ada tiga poin penting dalam meningkatkan dan melestarikan iman dan takwa untuk dapat diaplikasikan dalam sebelas bulan yang akan datang. Pertama adalah iman, takwa, dan istiqamah. “Mari kita dengarkan sabda Rasulullah, ‘Umatku akan menjumpai bahwa mereka yang memegang pada hak, ibarat memegang bara api.’,” terangnya.
Dia menjelaskan, dengan menegakkan syiar Islam yang begitu sulit, bagaikan memegang bara api, maka mereka akan mendapatkan ganjaran bagaikan melakukan kebaikan 50 Sahabat Nabi. “Satu sahabat saja pahalanya terkadang kita tidak bisa gapai tapi jika kita berpenggang teguh atas agama ini, kita akan mendapatkan pahala sejumlah 50 sahabat. Alangkah besar pahala yang kita dapatkan,” terangnya.
Kedua, Allah ingin menyampaikan bahwa kita dididik untuk tidak makan minum di bulan puasa untuk meningkatkan rasa empati. “Allah mendidik kita agar ada empati sosial untuk memberikan sedikit apa yang ada pada diri kita,” jelas pria kelahiran Glagah Lamongan itu.
Khubby menceritakan kisah Sahabat yang miskin yang bahkan memiliki nama Ahmad Ibnu Miskin saat dia tidak mempunya apapun untuk dimakan. Ahmad memutuskan untuk menjual gubuk yang ia tinggali, namun sahabatnya tidak tega membeli rumahnya dan memberikan satu parcel makanan untuk dapat dimakan dia dan sekeluarga.
“Di tengah jalan Ahmad Ibnu Miskin didatangi orangtua dengan anak yatim yang kelaparan. Tapi apa yang terjadi dia malah memberikan makanannya, semuanya, untuk orang tua dan anak yatim tersebut. Sepontan ibu miskin ini berdoa, ‘Ya Allah berikan ganjaran untuk orang yang telah memberika anak saya makanan!’,” cerita khatib lulusan Universitas Al-Azhar MesIr Jurusan Tafsir itu.
Kemudian Ahmad bin Miskin duduk termenung setelah dia memberikan sedekahnya kepada ibu dan anak yatim. Sembari dia termenung, Sahabatnya, yang tidak tega membeli gubuknya, menghampirinya sambil memberikan kejutan. “Tahukah engkau di rumahmu sekarang bergelimang harta,” cerita Khubby tentang Ahmad bin Miskin yang mendapatkan balasan harta tidak disangka-sangka sebagai balasan dari Allah SWT.
Ketiga adalah untuk menjadikan diri kita pribadi yang unik, pribadi yang istimewa di hadapan Allah. Pribadi istimewa itu selalu thalabul (menuntut) ilmu. Di bulan puasa, hal itu dilakukan mulai dari kajian sebelum buka puasa, setelah Tarawih dan shalat Subuh. “Sebulan penuh itu kita dapat menuntut ilmu walau umur sudah tua. Seperti salah satu ulama Ibnu Hazm Adhohiri yang merupakan ahli fiqih yang memulai belajar saat beliau umur 40,” kata dosen di Universitas Muhammadiyah Lamongan itu.
Dalam shalat Idul Fitri kali ini panitia berhasil mengumpulkan infak sebesar Rp 25.150.000 (ZAW)
