PWMU.CO – Seorang pemimpin harus berkarakter al quwwatul amin agar negara terhindar dari bencana.
Hal itu disampaikan Drs Hasanuddin MAg saat menjadi khotib shalat Idul Fitri di halaman Masjid Al Ihsan Lebanisuko Wringinanom Gresik, Rabu (5/6/2019).
Tepat pukul 05.45 WIB shalat id dimulai. Sebelumnya Hasan menyampaikan, perbedaan shalat Id dengan shalat yang lain adalah takbir zawaid tujuh kali dan lima kali.
“Sesuai putusan Tarjih, saat takbir zawaid tidak usah mengangkat tangan,” kata anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur itu.
Dalam khotbah Id, Hasan menyampaikan, di Hari Raya ini bagi orang yang telah menjalankan puasa dan qiyamul lail selama bulan Ramadhan dengan mengharap ridho Allah swt, bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.
Kemudian dia mengupas kepemimpinan ideal yang merujuk kepada Rasulullah saw.
“Pemimpin itu khalifah, pengganti rasul, wakil Allah di muka bumi yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah,” tuturnya.
Lantas dia mengutip hadits kullukum roin wa kullukum mas’ulun an ro’iyyati. Tiap kalian adalah pemimpin dan tiap pemimpin bakal atas kepemimpinannya.
“Suami pemimpin atas keluarganya, istri pemimpin dalam rumah suaminya dan pembantu pemimpin atas harta benda tuannya,” ujar dia menjelaskan.
“Pemimpin itu harus adil, tidak memihak, tidak berat sebelah, tidak berbuat zholim, dan semua itu bisa dilakukan jika mempunyai dua karakter yaitu al qowiyyu dan al amin,” tegasnya.
Pertama, al qowwiyyu (kuat). Hasan mengatakan, pemimpin itu jasmaninya harus kuat karena tugasnya seperti panglima dalam perang.
“Akalnya harus cerdas dengan ilmu pengetahuan karena berikhtiar mengbah nasib yang dipimpinnya,” tuturnya.
Dia mengutip sebuah hadits man arodad dunnya fa alaihi bil ilmi, wa man arodad akhirot fa alaihi bil ilmi, wa man aroda huma fa alaihi bil ilmi.
Kedua, al amin. (dapat dipercaya). “Pemimpin yang dapat dipercaya itu karena keimanan dan agamanya,” tandas Hasan.
Dia melanjutkan, keimanan dan agama seorang bisa dilihat dari akhlaknya. “Sebaik-baik pemimpin adalah yang kamu mencintainya dan dia mencintai kamu. Jadi setiap apa yang dia lakukan atas dasar cinta bukan pencitraan,” sambungnya.
Hasan mengutip surat Al Qolam ayat 4. Wa innaka la ala khulukin adhim. Artinya, sesungguhnya engkau berbudi perkerti yang luhur.
“Itulah karakter yang melekat pada diri Rasulullah saw sebagai pemimpin ummat yang harus kita teladani,” pungkasnya. (Abi Aida)
Discussion about this post