PWMU.CO– Motivator Heru Kusumo Hadi LC mengatakan orangtua harus punya responsibilitas yang tinggi agar anak-anaknya tidak lebih tertarik dengan handphone.
Hal itu disampaikan Heru dalam Wisuda XIX Tahun 2019 SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, di Cordoba Convention Hall SMAM 10 GKB, Gresik, Kamis (13/6/19).
Heru bercerita, dia pernah menangani seorang anak berprestasi yang ternyata memiliki level kecanduan pornografi yang tinggi. Mengapa hal ini terjadi?
“Selain karena perkembangan teknologi, penyebab lainnya adalah karena anak-anak berada pada fase yang memiliki sensitivitas dan responsibilitas tinggi,” jelas dia.
“Ayo adik-adik jawab dengan jujur, siapa di sini yang punya instagram?” tanya Heru kepada wisudawan. Hampir seluruh wisudawan mengacungkan tangan.
“Sekarang gantian saya ingin bertanya kepada ayah dan bunda, siapa di sini yang memiliki akun Instagram?” tanyanya. Hanya sedikit wali murid yang mengacungkan tangan.
Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan banyak orangtua yang tidak mengetahui aktivitas anak-anaknya di dunia maya. Apa yang mereka lihat dan mereka akses di Instagram.
“Ayo, ustadz mau tanya lagi, siapa di sini yang nge-follow Instagram-nya ustadz nasional?” tanya Heru lagi. Hanya ada tiga siswa yang mengacungkan tangan. Salah satunya adalah Muhammad Thoriq Alfarobi. Siswa yang akrab dipanggil Robi ini mengaku telah mem-follow akun Instagram Ustadz Abdul Somad.
“Masyaallah bagus sekali,” puji Heru kepada Robi.
“Sekarang jujur ya, siapa yang suka nge-follow artis di Instagram?” tanya Heru sekali lagi. Hampir semua siswa mengangkat tangan. Ada yang mem-follow akun Raffi Ahmad, Atta Halilintar, bahkan artis luar negeri.
Menurut Heru, fakta ini mengungkapkan bahwa anak-anak kita lebih tertarik dengan artis dari pada tokoh agama.
Dia mengungkapkan penyebab anak-anak suka bermain handphone adalah karena handphone memiliki responsibilitas yang tinggi. Apa yang mereka ingin ketahui dapat dengan cepat diperoleh melalui handphone.
“Oleh karena itu ayah-bunda, jangan sampai respon kita kepada anak-anak kalah dengan handphone,” pesan pimpinan komunitas Surabaya Hijrah itu.
Heru mengungkapkan, sebelum mendidik generasi milenial, orangtua harus memahami dua default factory setting seorang anak.
Pertama, fitrah keimanan. Setiap anak memiliki fitrah keimanan dari lahir. Seperti yang dijelaskan dalam Alquran surat Al A’raf ayat 172, bahwa Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankan Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”
Kedua, fitrah modeling. Setiap anak yang lahir dalam kondisi tidak mengerti suatu apapun. “Namun, Allah memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati agar selalu bersyukur,” ujarnya mengutip surat Annahl ayat 78.
Setelah anak lahir di dunia, sambungnya, peran orangtua dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Karakter anak, menurutnya, terbentuk tergantung dengan bagaimana model atau cara orangtua mendidiknya. “Setiap anak yang lahir memiliki sisi kebaikan, tinggal bagaimana kita mengarahkannya,” jelas dia.
Sebelum menutup ceramahnya, Heru menyimpulkan bagaimana cara mendidik generasi milenial. Pertama, dengan meningkatkan respon kita kepada anak. Kedua, dengan memasuki dunia mereka,” tuturnya. (Viki Safitri)
Discussion about this post