Tujuh Vitamin Hati Bekal Ramadhan ditulis oleh Ustdz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
PWMU.CO – Hidup sering berjalan tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Kita ingin begini dan begitu. Tetapi kenyataan berbeda. Malahan yang kita takutkan menjadi kenyataan. Itu kadang bisa menggoncangkan hati kita. Maka hati perlu vitamin agar punya daya tahan dari goncangan. Agar langkah kita tetap berada di jalur yang benar.
Ada hati jasmaniyah. Ada hati ruhaniyah. Vitamin hati yang kita bicarakan adalah vitamin hati ruhaniyah. Hati yang mengendalikan prilaku kita. Berikut ini disampaikan dengan singkat ada tujuh vitamin hati yang bisa membimbing hati kita. Dalam Ramadhan yang sepi ini.
Pertama: Ingat Kematian
Inilah sikap hidup cerdas. Lo kok ingat mati? Apakah tidak membuat orang pesimis? Mungkin pada awalnya.
Jika suatu hari seorang dokter berkata: “Maaf, saya harus berterus terang bahwa menurut medis, usia Anda paling lama tinggal lima bulan. Semoga Tuhan berkehendak lain dan usia Anda lebih panjang dari yang kami perkirakan.”
Bagaimana reaksi Anda? Terkejut! Itu manusiawi. Bahkan ada beberapa istri yang hampir pingsan mendengar suaminya segera meninggal. Tetapi dengan kedewasaan pikiran maka keterkejutan Anda berangsur reda. Lalu muncul pikiran jernih. Lalu Anda membuat program serius, apa yang bisa dilakukan selama lima bulan ini sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Mungkin Anda mula-mula ingin ibadah lebih tekun. Lalu teringat keluarga. Anda bertekad akan memperhatikan mereka lebih dari hari-hari kemarin. Lalu tetangga dan sahabat.
Kemudian kegiatan yang bersifat sosial. Anda ingin berbuat kebaikan sebanyak mungkin kepada setiap orang. Menikmati alam yang indah. Melihat orang lain sebagai sahabat. Hari-hari kemarin tidak pernah terlintas di hati.
Artinya, berita kematian itu tidak membuat orang yang dewasa berpikir menjadi pesimis. Justru ingin mengisi sisa waktu dengan berbuat baik sebanyak mungkin. Namun orang yang lemah hati akan galau, sedih dan akhirnya stres.
Orang Paling Cerdas
Ibnu Umar bercerita: Suatu hari aku datang kepada Rasulullah. Saat itu Rasulullah berada di tengah-tengah para sahabat yang terkemuka. Tiba-tiba seorang sahabat Anshar berdiri dan bertanya: “Wahai Nabiyullah, siapakah orang paling cerdas?”
Rasulullah menjawab: Orang paling cerdas ialah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling banyak menyiapkan bekal menghadapinya. Mereka ini di dunia melangkah dengan kehormatan dan di akhirat dengan kemuliaan.” (HR Tabrani dengan sanat hasan).
Sungguh benar pernyataan Rasulullah. Mereka yang ingat kematian akan melangkah di dunia dengan penuh kehormatan karena pasti mereka melangkah dengan penuh kehati-hatian.
Punya daya kontrol diri yang tinggi. Mencari uang tidak asal dapat. Bicara tidak asal ngomong. Tidak mencapai tujuan dengan segala cara tanpa kenal baik dan buruk.
Sebagai hasil dari kehati-hatian hidup di dunia maka di akhirat hidup dalam kemuliaan di sisi Allah. Dia memiliki kebaikan yang melimpah.
Orang-orang yang melakukan dosa adalah karena lupa mati. Hatinya lupa. Bahkan tertutup. Karena itu nabi sering menyebut enam rukun iman diwakili dua rukun iman saja. Yaitu iman kepada Allah dan kepada hari akhir.
Iman kepada Allah mengakui keberadaan Allah yang selalu mengawasi semua prilaku hambanya. Iman kepada hari akhir artinya hari berakhirnya hidup. Hari kematian.
Ketika Ramadhan di rumah, ini saatnya kita muhasabah, evaluasi diri. Tentang sangu kita menghadap Ilahi. Wabah Corona membuat saat kematian seakan semakin nyata.
Kedua: Hobi Sedekah
Hobi artinya kegemaran. Tidak enak kalau tidak melakukan. Dalam al-Quran banyak ayat yang diakhiri dengan kalimat: La khaufun alaihim wa la hum yahzanun. Tidak ada kecemasan bagi mereka dan tidak ada kesedihan.
Salah satu yang masuk dalam kelompok ini adalah orang yang gemar sedekah. Ini salah satu contoh ayatnya. “Orang-orang yang meninfakkan harta mereka pada waktu malam atau siang, dengan diam-diam atau terang-terangan, maka bagi mereka pahala dari Tuhannya, dan tidak ada kecemasan bagi mereka dan tidak ada kesedihan.” (al-Baqarah/: 274).
Dari ayat ini ada tiga hal yang diberikan kepada orang yang gemar sedekah. Yaitu mendapat pahala dari Tuhan, hidupnya bebas dari rasa cemas, dan juga bebas dari rasa sedih.
Ada lagi pesan Rasulullah yang sangat penting tentang sedekah. Beliau besabda: “Dawwu mardlakum bis shadaqah, wa hasshinu awalakum biz zakat, wa a’iddu lil balaid du’a”. Obati sakitmu dengan sedekah, bentengi hartamu dengan zakat, dan siapkanlah doa untuk menghadapi bencana.” (HR Baihaqi, hadist hasan).
Jadi bersedekah itu ada empat kelebihan. Berpahala. Terhindar dari cemas. Terhindar dari takut, serta menyehatkan. Pada Ramadhan wabah Corona ini saatnya kita lebih menggalakkan sedekah. Jangan menunggu kaya baru berbagi.
Sepiring makanan atau semangkuk kolak mungkin sangat berarti bagi anak tetangga kita yang sedang berpuasa. Berikan dengan diam-diam. Jaga kehormatan orang yang merima. Allah akan melimpahkan kebaikan kepada kita.
Ketiga: Baca Al-Quran
Ada penelitian dalam karya ilmiah remaja tentang pengaruh suara terhadap pertumbuhan kecambah dari kacang hijau.
Masing-masing kecambah dalam gelas itu dibunyikan suara pada pagi hari, siang, dan sore hari. Ada kecambah yang dibacakan al-Quran, ada yang diperdengarkan musik klasik, musik dangdut, dan musik rock.
Hasilnya, suara bacaan al-Quran berpengaruh paling besar pada pertumbuhan kecambah, lalu music klasik, musik dangdut. Sedangkan music rock hampir tidak berpengaruh pada pertumbuhan.
Penelitian tentang kecambah kacang hijau juga pernah dilakukan Oktober 2013 di Pesantren Baitur Rahman Cipary Bandung. Hasil penelitian itu juga menunjukkan pertumbuhan kecambah yang dibacakan al-Quran lebih panjang dari pada pertumbuhan kecambah yang tidak dibacakan al-Quran.
Artinya bacaan al-Quran berpengaruh positip pada lingkungan sekitar. Maka jika kita baca al-Quran di rumah kita pasti akan berpengaruh positip juga.
Ingatlah Rasulullah pernah bersabda: “Nawwiru manazilakum bis shalat wa qiraatil quran” Sinarilah tempat tingggalmu dengan salat dan baca al-Quran.” (HR Baihaqi).
Rumah yang Bercahaya
Rumah yang di dalamnya secara rutin dibacakan al-Quran maka rumah itu akan mendapatkan cahaya Ilahi. Suasana rumah akan cerah bagi penghuninya. Hati tidak gampang galau, panik, atau sumpek karena ada cahaya Ilahi.
Sebaliknya rumah yang tidak dibacakan al-Quran dan tidak digunakan shalat maka rumah itu akan gelap. Meskipun di rumah itu dipasang lampu terang benderang, namun hati penghuninya gelap. Bukan ruangan rumah yang gelap tetapi ruangan hati yang gelap. Lalu gampang sumpek.
Pemberian pahala bagi yang membaca al-Quran bukan setiap ayat. Bukan setiap kalimat. Bukan setiap kata. Tetapi setiap huruf. Ya, setiap huruf berpahala. Itulah yang dijelaskan Rasulullah. Bukan Alif. Lam. Mim satu pahala. Tetapi Alif satu pahala. Lam satu pahala. Mim satu pahala.
Orang yang membaca tetapi belum tahu artinya sudah berpahala. Apalagi paham artinya dan mengamalkan. Bahkan sebagian besar kita merasa tentram hati mendengar ayat-ayat dibaca bukan karena paham isinya tetapi karena ada semacam magis yang menyentuh hati.
Bahkan kita bisa meneteskan air mata mendengar al-Quran dibaca dengan suara merdu, makhraj yang bagus, dan suara indah meskipun belum tahu artinya.
Ramadhan di rumah. Inilah saat yang tepat membuat rumah kita makin bercahaya. Jangan menangis tidak bisa darusan di masjid atau mushala. Di mana saja pahalanya sama. Barakahnya sama.
Keempat: Shalat
Kunci ketentraman hidup adalah dengan dzikir (ingat) kepada Allah. Shalat merupakan bentuk dzikir sempurna. Dzikir dengan lisan, dengan gerak, dan dengan hati. Bacaan shalat isinya pujian dan permohonan kepada Allah.
Selain shalat wajib lima waktu, ada shalat-shalat sunnah. Yang sangat dianjurkan adalah shalat malam atau tahajud. Shalat malam bulan Ramadhan bisa berbentuk salat tarwih. Teruslah shalat tarawih di rumah. Bersama keluarga. Rumah kita akan bercahaya.
Masih tiga lagi vitamin hati. Tapi ruang kolom ini tidak memungkin menulis lebih panjang. Dibuat berseri juga tidak enak Maka tiga itu akan saya sebutkan saja tanpa uraian.
Kelima: Puasa
Ibadah puasa cara terbaik mengendalikan diri. Itulah jalan utama menuju takwa. Seseorang yang lemah dalam pengendalian diri akan banyak melakukan tindakan yang membahayakan atau melanggar aturan. Jauh dari takwa. Jauh dari Tuhan. Ibarat kendaraan tanpa rem atau rem blong. Membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain.
Keenam: Istighfar
Ini pintu menuju hidup berkah yang melimpah. Kemudahan hidup banyak dibuka Tuhan kepada orang yang tekun beristighfar. Rasulullah paling sedikit 100 kali beritighfar dalam sehari. Kita berapa kali?
Ketujuh: Ikhlas
Inilah roh amal kita. Tanpa roh maka amal kita seperti bangkai. Tak berharga dan menjijikkan. Tuhan tidak akan pedulikan. Ikhlas juga benteng yang tidak bisa ditembus setan.
Uraian lebih lengkap bisa dibaca buku terbaru saya: Di Hatiku Ada Kamu. Belum bisa beredar. Masih terhalang Corona. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.