PWMU.CO – Batal pergi haji: Alhamdulillah ‘ala kulli halin. Apapun takdir Allah kita harus terima. Demikian komentar Mohammad Kholili mendengar Pemerintah Republik Indonesia memutuskan untuk tidak memberangkatkan calon jamaah haji tahun ini.
“Apapun takdir Allah kita harus terima. Alhamdulllah al kulli halin,” ujarnya sambil mengutip hadits riwayat Ibnu Majah:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ».
Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan: ‘Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat‘. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan ‘Alhamdulillah ‘ala kulli hal.’”
Menurutnya, pembatalan haji ini adalah ketentuan yang harus diterima. Dan Nabi mengajakan, apapun ketentuan Allah harus diterima dengan mengucapkan alhamdulillah.
“Kalau ketentuan itu menyenangkan, kita baca ‘Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus’ shalihat‘. Namun kalau berat di hati, mengucapkan ‘Alhamdulillah ‘ala kulli hal,'” ungkapnya pria kelahiran Keduyung, Laren, Lamongan itu.
“Apalagi saya menilai pemerintah memutuskan dengan alasan yang kuat,” ujarnya kepada PWMU.CO ketika dihubungi di Cilegon, Banten, Sabtu (6/6/2020).
“Meskipun keinginan untuk segera berangkat haji sudah kami tunggu selama delapan tahun. Bukan waktu yang sebentar. Tapi kami harus berlapang dada,” tambah alumnus Poltek Universitas Brawijaya tahun 1995.
Tahun 1996 Kholili merantau ke Cilegon dan diterima kerja di Industri Petro Chemical PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. Sambil kerja dia melanjutkan kuliah S1 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten lulus tahun 2005.
Mohammad Kholili bersama istrinya Heny Arifah sudah terdaftar sebagai calon jamaah haji yang siap diberangkatkan tahun 2020 ini. Dia mendaftarkan haji awal tahun 2012 dan sudah menyiapkan segalanya, baik spirtitual maupun material.
“Namun kami menerima keputusan ini logis. Di tengah pandemi Covid-19 yang mendunia,” ujar karyawan swasta yang juga membuka usaha warung Soto Ayam Lamongan ‘Cak Lie’ di Kota Cilegon ini.
Tetap Jaga Niat
Sementara itu Heny Arifah menambahkan, dirinya bersama sang suami tetap berusaha menjaga niatan haji. “Kami berlepas diri di tengah rumor atau mungkin benar adanya bahwa dana haji akan di pakai untuk penguatan rupiah dan lain-lain,” ujar lulusan S1 Jurusan Fisika MIPA ITS Surabaya tahun 2001 yang kini jadi Kepala SMPIT Putri Al-Hanif Kota Cilegon.
Dia mengaku tidak ambil pusing dengan segala informasi mengenai dana haji yang sudah disetornya. “Kami berharap bisa berfikir positif terus dengan ketentuan yang Allah berikan. Kami tetap menjaga niat haji. Kami juga fokus agar ibadah saya bisa mabrur. Semoga pembatalan ini tidak terulang kedua kalinya,” ujar Heny yang bersama Kholili dianugerahi enam anak ini.
“Semoga niatan kami, kesabaran kami, semua dicatat dan berbuah balasan kebaikan yang melimpah. Dan semoga kami masih diberi umur panjang. Masih diberi kesehatan sehimgga ibadah kami lancar tahun depan,” doa wanita asal Ploso, Kediri ini.
Alasan Pembatalan Haji
Seperti diberitakan PWMU.CO, Menteri Agama Fachrul Razi dalam jumpa pers virtual Selasa (2/6/2020) mengumumkan tidak ada pemberangkatan haji tahun 2020 atau 1441 Hijriyah.
Alasannya, pemerintah Arab Saudi belum mengumumkan penyelenggaraan haji tahun ini dan demi melindungi warga negara dari penyebaran wabah Corona yang belum membaik di seluruh negara.
”Pemerintah Arab Saudi yang tak kunjung memberikan kepastian soal penyelenggaraan ibadah haji di tahun ini, membuat pemerintah Indonesia tidak punya cukup waktu untuk melakukan persiapan haji,” tuturnya.
Berdasarkan kenyataan itu, sambung dia, pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan jamaah haji pada tahun 1441 H atau 2020 ini.
”Keputusan ini saya sampaikan melalui keputusan Menteri Agama RI No. 494 tahun 2020 tentang Pembatalan Keberangkatan Jamaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji pada 1441 H atau 2020 M,” jelas Fachrul Razi. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.