PWMU.CO – Ada yang beda dengan JUMPA kali ini. Sebab pada Pengajian Jumat Pagi (JUMPA) yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik ini, (2/12) temanya keren: “Membangun Spirit Iqra’ bagi Jamaah Muhammadiyah”. Sebuah tema yang langka untuk ukuran pengajian yang mayoritas dihadiri ibu-ibu dan bapak-bapak itu.
Penceramah yang diundang pun istimewa. Dia adalah M Husnaini, seorang penulis buku-buku inspiratif. Di depan 500 warga dan simpatisan Muhammadiyah, Husnaini membangkitkan jamaah untuk gemar membaca, bahkan menulis.
(Baca: Umat Islam Harus Naik Kelas, dari Bicara-Dengar ke Baca-Tulis dan Bagaimana Menyuruh Siswa Banyak Membaca jika Guru tak Beri Teladan?)
“Sedih sekali kalau saya dengar orang bilang, apalagi itu tokoh Muhammadiyah, katanya membaca itu bikin ngantuk,” tuturnya. “Kalau mau jujur, seringnya terjadi kekacauan pemikiran dan debat yang tidak jelas di kalangan ini kita, terutama sekali adalah karena minimnya membaca.”
Husnaini menekankan betapa pentingnya gerakan literasi bagi warga Muhammadiyah. “Tanpa itu, jargon berkemajuan akan mandul. Membaca, dan syukur-syukur diteruskan menjadi tradisi menulis, adalah sebuah keniscayaan.”
(Baca juga: Agar Para Santri Panti Asuhan Tak Masuk Gawat Darurat Literasi dan Menengok Tradisi Literasi di Negara Maju)
Husnaini mengungkapkan bahwa sering terjadi seorang alumni bahasa Arab tapi tak bisa membaca kitab Arab. Juga alumni bahasa Inggris tidak paham bahasa Inggris. Atau sarjana hukum buta masalah hukum.
Hal ini, kata Husnaini, disebabkan semangat sekolah dan semangat kuliah kita minim semangat mencari ilmu. “Dan pintu untuk menuju ilmu pengetahuan tiada lain adalah dengan membaca secara serius dan istiqamah,” pungkasnya. (Afifuddin Aminin)
PWMU.CO – Ada yang beda dengan JUMPA kali ini. Sebab pada Pengajian Jumat Pagi (JUMPA) yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik ini, (2/12) temanya keren: “Membangun Spirit Iqra’ bagi Jamaah Muhammadiyah”. Sebuah tema yang langka untuk ukuran pengajian yang mayoritas dihadiri ibu-ibu dan bapak-bapak itu.
Penceramah yang diundang pun istimewa. Dia adalah M Husnaini, seorang penulis buku-buku inspiratif. Di depan 500 warga dan simpatisan Muhammadiyah, Husnaini membangkitkan jamaah untuk gemar membaca, bahkan menulis.
(Baca: Umat Islam Harus Naik Kelas, dari Bicara-Dengar ke Baca-Tulis dan Bagaimana Menyuruh Siswa Banyak Membaca jika Guru tak Beri Teladan?)
“Sedih sekali kalau saya dengar orang bilang, apalagi itu tokoh Muhammadiyah, katanya membaca itu bikin ngantuk,” tuturnya. “Kalau mau jujur, seringnya terjadi kekacauan pemikiran dan debat yang tidak jelas di kalangan ini kita, terutama sekali adalah karena minimnya membaca.”
Husnaini menekankan betapa pentingnya gerakan literasi bagi warga Muhammadiyah. “Tanpa itu, jargon berkemajuan akan mandul. Membaca, dan syukur-syukur diteruskan menjadi tradisi menulis, adalah sebuah keniscayaan.”
(Baca juga: Agar Para Santri Panti Asuhan Tak Masuk Gawat Darurat Literasi dan Menengok Tradisi Literasi di Negara Maju)
Husnaini mengungkapkan bahwa sering terjadi seorang alumni bahasa Arab tapi tak bisa membaca kitab Arab. Juga alumni bahasa Inggris tidak paham bahasa Inggris. Atau sarjana hukum buta masalah hukum.
Hal ini, kata Husnaini, disebabkan semangat sekolah dan semangat kuliah kita minim semangat mencari ilmu. “Dan pintu untuk menuju ilmu pengetahuan tiada lain adalah dengan membaca secara serius dan istiqamah,” pungkasnya. (Afifuddin Aminin)