PWMU.CO – Mengutip buku The Miracle of Fast karya Amirulloh Syarbini, hari tasyrik adalah hari untuk makan, minum, dan menyebut (mengingat Allah SWT). Hari tasyrik adalah tiga hari yang mengikuti Hari Raya Idul Adha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah.
Seperti dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Muslim sebagai hari makan dan minum:
عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَزَادَ فِي رواية وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Dari Nubaisyah Al-Hudzali, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Hari Tasyrik adalah hari makan, minum (pada riwayat lain), dan hari zikir,’” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Hari-hari ini memiliki makna yang sangat penting dalam agama Islam dan dipenuhi dengan berbagai amalan serta kebiasaan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim.
Makna Hari Tasyrik
Tasyrik atau tasyriq dalam bahasa Arab merupakan kata masdar dari “syarraqa” yang memiliki arti “matahari terbit atau menjemur sesuatu”. Tasyrik juga diartikan dengan penghadapan ke arah timur (arah sinar matahari).
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab “Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari” mengatakan, dinamai hari tasyrik karena pada hari itu orang menjemur daging untuk menjadikannya dendeng.
Hal senada dikatakan Imam An-Nawawi dalam kitab “Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj”. Tiga hari itu dinamai demikian karena orang-orang menjemur daging kurban di waktu tersebut, yaitu mendendeng dan menghampar daging pada terik matahari.
Namun arti dari tasyrik ini terdapat perbedaan pendapat oleh para ulama.
Dalam konteks ibadah, hari-hari tasyrik adalah waktu untuk memperbanyak dzikir, bersyukur, dan menikmati karunia Allah.
Amalan di Hari Tasyrik
Banyak amalan-amalan kebaikan pada hari tasyrik ini. Di sini penulis memberikan lima amalan yang harus diketahui dalam hari tasyrik.
Memperbanyak Dzikir
Salah satu amalan utama di hari tasyrik adalah memperbanyak dzikir, terutama takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih.
Dzikir dengan kalimat takbir yang dimulai sejak hari arafah hingga akhir hari tasyrik adalah bentuk pengagungan kepada Allah atas nikmat yang diberikan.
Dalil keutamaan untuk bertakbir pada hari raya hingga tiga hari tasyrik bersumber dari Al-Qur’an dalam Qs al Baqarah ayat 203, Allah SWT berfirman:
وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن تَعَجَّلَ فِى يَوْمَيْنِ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ لِمَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.”
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang ialah hari-hari tasyrik (menjemur dendeng), juga dikenal dengan sebutan hari-hari yang telah diketahui, yaitu hari belasan.
Menikmati Hidangan
Selain itu, hari tasyrik juga hari makan dan minum. Umat Islam dianjurkan untuk menikmati hidangan, khususnya daging kurban, sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
Ini adalah waktu untuk bersuka cita bersama keluarga dan kerabat, merayakan kebersamaan dan kasih sayang.
Karena hari tasyrik merupakan hari makan dan minum, maka diharamkan untuk berpuasa.
Dari riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah untuk mengelilingi Kota Mina dan menyampaikan, “Janganlah kamu berpuasa pada hari ini (tasyrik) karena ia merupakan hari makan, minum, dan berdzikir pada Allah.”
Menyembelih Hewan Kurban
Kemudian, bagi yang belum sempat berkurban pada Hari Raya Idul Adha, masih diperbolehkan untuk menyembelih hewan kurban hingga akhir hari tasyrik.
Ibadah kurban ini merupakan wujud ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT serta bentuk kepedulian sosial kepada sesama.
Rasulullah SAW pernah bersabda dalam Riwayat Ahmad, yang berbunyi:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ كُلُّهَا ذَبْحٌ
“Di setiap hari tasyrik adalah penyembelihan,” (HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’)
Adapun hukum menyembelih hewan kurban di hari ketiga setelah Idul Adha adalah mendapat pahala berkurban. Sementara itu jika dilakukan di luar waktu tersebut tidak dihitung sebagai ibadah kurban.
Silaturahmi dan Berbagi
Selain itu juga hari tasyrik adalah waktu yang tepat untuk mempererat silaturahmi. Kunjungan ke sanak saudara, tetangga, dan sahabat sangat dianjurkan.
Selain itu, berbagi kebahagiaan dengan memberikan sebagian daging kurban kepada mereka yang membutuhkan juga menjadi bagian dari amalan yang utama.
Larangan Berpuasa
Terakhir, dalam Islam, berpuasa pada hari tasyrik dilarang karena hari-hari ini adalah waktu untuk bersuka cita dan menikmati nikmat Allah.
Hal ini disandarkan dari Amr ibn ‘Ash, ia meriwayatkan:
“Bahwa hari-hari tasyrik itu merupakan hari ketika Rasulullah memerintahkan kita untuk berbuka dan melarang kita puasa.”
Selain itu dijelaskan pula dalam hadits riwayat Imam Ahmad:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولُ اللهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمٌ بَعَثَ عَبْدَ اللهِ بنَحْذافة يَدُوفُ فِي مِنى أنْ لَا تَصُومُوا هَذِهِ الأَيَّامَ فَأَنَّهَا أَيَّامُ أَكل وَسُرْبِ وَذِكْرِ اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ
“Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw., mengutus Abdullah bin Hudzafah untuk berkeliling Mina dan menyampaikan: “Janganlah kalian puasa pada hari-hari ini (hari tasyrik), karena ini merupakan hari-hari untuk makan, minum, dan zikir kepada Allah Azza wa jalla.” (HR. Ahmad).
Hikmah dari pelarangan berpuasa ini adalah karena masih dibolehkannya untuk menyembelih hewan kurban sampai 13 Zulhijah, kemudian bersilaturahmi dan bersama-sama merayakan dengan makan dan minum.
Seperti sabda Rasulullah SAW, “Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah.” Oleh karena itu, umat Islam tidak diperkenankan berpuasa pada hari-hari tersebut.
Jadi semua faktor di atas menjadikan hari tasyrik sebagai momen yang penuh dengan kebahagiaan dan silaturahmi, sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam.
Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa hari tasyrik adalah hari-hari yang penuh dengan keberkahan, kebahagiaan, dan rasa syukur. Melalui berbagai amalan seperti memperbanyak dzikir, menikmati hidangan, menyembelih hewan kurban, dan mempererat silaturahmi, umat Islam diajak untuk merayakan nikmat Allah dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Semoga kita semua dapat memanfaatkan hari-hari tasyrik dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan, Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun