Cerita Din Syamsuddin tentang Jenderal Tito Karnavian yang Heran Dirinya Turun Jabatan dari Presiden ke Lurah Muhammadiyah

Din Syamsuddin (tengah) di Karanggeneng Lamongan. (Hendra Hari Wahyudi/PWM.CO)

PWMU.COProf Din Syamsuddin mengajak warga Muhammadiyah Lamongan memaknai Milad Ke-107 Muhammadiyah yang bertema ‘Mencerdaskan Kehidupan Bangsa’ dengan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. “Dan turut serta dalam membangun dan mencerdaskan bangsa,” ujarnya.

Hal itu dia sampaikan dalam Tabligh Akbar yang digelar oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Karanggeneng di SMA Muhammadiyah 5, Lamongan, Ahad (27/10/19).

Din menyampaikan, hakikat ber-Muhammadiyah adalah mencari ridha Allah. “Di Muhammadiyah, semua dilakukan hanya untuk mencari ridha Allah, tidak ada selain itu. Kalau pun ada, ia akan akan terpelanting atau dipelanting. Makanya orang Muhammadiyah tidak ada yang meminta jabatan,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2015.

Mengutip Rasulullah SAW, Din menyampaikan, jangan memberikan jabatan kepada orang yang meminta jabatan. “Maka tidak heran kalau jabatan di Muhammadiyah itu menarik,” ucapnya.

Kemudian Din mengibaratkan dirinya yang dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekarang menjadi Ketua Pimpinan Ranting Muhamamdiyah (PRM) Pondok Labu, Jakarta Selatan.

“Sahabat saya, Jenderal Polisi Tito Karnavian pernah kaget dan tidak percaya bahwa saya sekarang menjadi Ketua PRM,” kata Din.

Din bercerita, Tito heran kok bisa, setelah jadi ‘Presiden’ Muhammadiyah, sekarang turun menjadi ‘lurah’. “Kan tidak mungkin dari Kaporli kok turun jadi polisi di tingkat desa. Semua ini hanya ada di Muhammadiyah, karena ber-Muhammadiyah itu tujuannya ridha Allah,” ungkap Din.

Tablgh Akbar juga dihadiri oleh Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Dr Biyanto, Sekda Lamongan Yuhronur Efendi, anggota DPRD Jatim Khusnul Aqib, anggota Pimpinan Daerah Muhamamdiyah Lamongan, Pimpinan Cabang Muhamamdiyah (PCM) di sekitar Karanggeneng, serta Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Ortom se-PCM Karanggeneng.

Acara yang diikuti ratusan warga dan simpatisan Muhammadiyah itu ditutup dengan penandatanganan prasasti Pondok Pesantren An-Nur Muhammadiyah Karanggeneng. (*)

Kontributor Hendra Hari Wahyudi. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version