Covid 19 Paksa Keluarga Samara

Covid 19 Paksa Keluarga Samara ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais) di Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
Keluarga samara ilustrasi freepik.com

Covid 19 Paksa Keluarga Samara ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais) di Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.

PWMU.CO – Di tengah wabah Covid 19, kita diimbau untuk stay home. Itu artinya oleh Virus Corona kita ‘dipaksa’ untuk selalu di rumah bersama anggota keluarga.

Hal ini mengandung hikmah dan sekaligus pelajaran yang sangat berharga. Yaitu bagaimana kita membina keluarga dengan sebaik-baiknya dan yang semestinya, sesuai ajaran agama.

Manajemen keluarga Imani dan Islami

Imani berarti faktor penggeraknya keimanan kepada Allah, sehingga melahirkan pribadi yang ikhlas dalam beribadah. Baik yang bersifat vertikal maupun horisontal—hablun minallah (hubungan dengan Allah) maupun hablun minal makhluk (hubungan dengan sesama makhluk). 

Islami berarti mengacu pada nilai-nilai syariat Islam, di mana syariat ini sempurna yang meliputi semua tata nilai dalam kehidupan ini.

Baik yang bersifat keilmuan atau ilmiah maupun yang bersifat kealamian atau pergarakan alam semesta. Baik yang bersifat diniyyah maupun mu’amalah.

Baik yang mikrokosmos yakni alam dalam diri kita sendiri, maupun yang bersifat makrokosmos yakni yang terdapat di luar diri sendiri.

Semua itu jika diamati dengan sungguh-sungguh sangat sempurna tanpa cacat sedikitpun. Sungguh semua yang ada ini adalah luar biasa. Tidak ada yang biasa-biasa saja.

ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ  ٣

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (al-Mulk: 3)

Covid 19 Paksa Keluarga Samara

Setiap kali mendengar saudara atau sahabat sedang melaksanakan akad nikah atau pesta pernikahan, kita selalu mendoakan agar mereka menjadi keluarga samara. Yakni sakinah mawaddah wa rahmah.

Ini merupakan doa yang sangat penting untuk kelangsungan dalam menjalankan bahtera rumah tangga di tengah lautan, yang kadang angin dan gelombangnya tidak menentu.

Bagaimana rumah tangga tetap samara, dibutuhkan manajemen tersendiri dalam menjalaninya.

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ  ٢١

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (ar-Ruum: 21).

Ujung dari ayat tersebut adalah: semua itu menjadi bukti kekuasaan Allah dan sekaligus pelajaran bagi orang-orang yang berfikir.

Maka tujuan berumah tangga adalah mencapai keluarga yang samara dari awal hingga akhir.

Struktur Keluarga

Keluarga merupakan bentuk miniatur dalam masyarakat. Di mana struktur masyarakat terdiri dari individu-individu yang berhimpun dalam sebuah rumah tangga.

Dalam struktur rumah tangga ada kepala keluarga yaitu ayah atau abi. Dan ada wakilnya yaitu ibu atau ummi. Anak-anak merupakan anggota yang juga terstruktur dari saudara tertua sampai yang termuda.

Struktur keluarga ini merupakan bentuk miniatur kepemerintahan tingkat paling mungil. Sehingga di dalamnya banyak sekali problem yang juga harus dicarikan solusinya.

Dalam bagan struktur ini tidak boleh dilanggar, karena struktur itu terbentuk sudah sesuai dengan kapasitas tugas dan wewenangnya masing-masing.
Maka sudah seharusnya semua anggota secara tidak langsung harus menerima kenyataan sebagai bagian dari satu kesatuan dari anggota keluarga. Sehingga jangan sampai struktur ini tidak berjalan atau berfungsi sebagaimana mestinya.

Tugas Ayah

Seorang ayah adalah kepala keluarga. Ayah memiliki otoritas untuk memutuskan dengan baik dan adil bagi semua anggota keluarganya. Ayahlah yang bertanggung jawab memberikan nafkah kepada keluarganya dengan nafkah yang halal. Sebagaimana isyarat dalam firman Allah:

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ   ٣٤

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…” (an-Nisaa’: 34)

Ibu adalah sosok yang tidak akan dapat tergantikan posisinya oleh seorang ayah. Ibu memiliki peranan yang sangat besar dengan tugas yang sangat berat, sesuai kapasitas yang Allah mampukannya.

Bahkan dari sisi penghormatan seorang anak, ibu harus dimuliakan dan dihormati tiga kali dari seorang ayah. Karena begitu besarnya pengorbanan ini untuk keluarganya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ : أُمُّكَ ، ثُمَّ أُمُّكَ ، ثُمَّ أُمُّكَ ، ثُمَّ أَبُوكَ ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ. رواه مسلم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama. Dia bertanya. ‘Ya Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak saya hormati?’

Beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi; ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi; ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi; ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab: ‘Kemudian ayahmu, kemudian yang di bawahmu dan di bawahmu.’ (HR Muslim)

Covid 19 dan Pembinaan Keluarga

Kedua orangtua, yakni ayah dan ibu memiliki tugas berat untuk menyelamatkan keluarganya baik di dunia bahkan sampai akhirat. Maka sudah sepatutnya sebagai orangtua membimbing anak-anak untuk lebih memahami agama ini. Menanamkan akidah salimah sehingga mereka memahami apa yang harus dilakukannya dalam kehidupan ini.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ 

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (at-Tahrim: 6)

Diperlukan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat sebagai kegiatan di rumah ketika stay home ini. Ada jadwal waktu tertentu sehingga diharapkan semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas spiritual anggota keluarga, sekaligus diharapkan semakin memahami hakekat makna kehidupan ini.

Termasuk dalam rangka menghadapi bulan suci Ramadhan tahun ini. Kegiatan spiritual haruslah terus ditingkatkan. Jangan sampai waktu berlalu sia-sia. Membiasakan untuk selalu beribadah dengan berdzikir dan berdoa kepada Allah, sehingga memiliki dzauq atau rasa dalam menjalankan ibadah menjadi semakin nikmat.

Semoga kita dan keluarga kita serta kaum Muslimin dapat lulus dengan predikat summa cum laude dalam menempuh pendidina di stay home karena pandemik Covid 19 ini. Dan setelah itu virus ini hilang dari kehidupan umat manusia.

Tulisan Covid 19 Paksa Keluarga Samara inisemoga bermanfaat! (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version