Din: Pendidikan Muhammadiyah Harus Berubah

Din Syamsudin menjelaskan pendidikan Muhammadiyah harus menyikap new normal dengan nilai keutamaan yaitu kehidupan untuk kebaikan bersama. Di dalamnya ada kebiasaan atau kelaziman baru. Inilah yang disampaikan Prof Dr Din Syamsuddin MA dalam Diskusi Pendidikan Webinar Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Sabtu (30/5/20).
Prof Dr Din Syamsuddin MA saat memberikan materi secara online dalam Diskusi Pendidikan Webinar Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah (Ichwan Arif/PWMU.CO)

PWMU.CO – Din Syamsudin menjelaskan pendidikan Muhammadiyah harus menyikap new normal dengan nilai keutamaan yaitu kehidupan untuk kebaikan bersama. Di dalamnya ada kebiasaan atau kelaziman baru. Inilah yang disampaikan dalam Diskusi Pendidikan Webinar Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Sabtu (30/5/20).

Prof Dr Din Syamsuddin MA dalam diskusi dengan tema Aktualisasi Islam Berkemajuan Bidang Pendidikan di Era New Normal mengungkapkan wabah Covid-19 telah mengganggu tatanan yang sudah dan memiliki dampak.

“Yang sangat terasa adalah kemampuan teknologi digital,” ujarnya.

Dia menjelaskan, adanya Covid-19 ini harus ada kemandirian dengan mengakrabi teknologi informasi. Interaksi guru dan siswa dalam mentransfer pengetahuan harus ada pendekatan lain ketika siswa harus melanjutkan pembelajaran mandiri di rumah. Selain itu, peserta didik pun dituntut harus lebih mandiri dalam proses belajarnya.

Pendidikan Muhammadiyah Harus Berubah

Din Syamsuddin menekankan pendidikan Muhammadiyah harus berubah. Harus lebih akrab dengan teknologi. Belajar daring (dalam jaringan) dan belajar mandiri.

New normal, menurutnya, bisa menjadi tantangan ganda dan juga peluang. Prinsip berkemajuan harus dilakukan dengan cara adaptasi dan menyesuaikan diri.

“Pertama, Muhammadiyah harus bisa menciptakan platform sendiri dalam pembelajaran secara online. Tidak sekadar sebagai pengguna atau konsumen platform yang sudah ada. Di sini harus ada sinergi dengan perguruan tinggi Muhammadiyah supaya mahasiswanya bisa membuat platform sendiri yang digunakan sebagai pembelajaran online,” jelasnya.

Kedua, lanjutnya, Muhammadiyah harus menyiapkan konten-konten berupa bank data dan juga isinya. Konten berkemajuan, akunya, harus bisa diakses peserta didik mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. “Maka, Muhammadiyah bisa mengarahkan new normal dengan baik,” ungkapnya.

Ketiga, orientasi pada pembiasaan baru. Menurutnya, harus ada perubahan mindset (pola pikir) dari para pendidik kita. Mindset lama harus segera ditinggalkan dan lekas menuju pada mindset baru. Jangan sampai ada kemunduran saat new normal ini.

“Muhammadiyah harus melakukan penyesuaian diri dengan cepat. Muhammadiyah harus mampu menjadi pendorong dalam new normal ini,” tandasnya. (*)

Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version