Pasca Covid 19 Ada Perubahan Sosial Berskala Besar

Ekosistem baru lahir pasca Covid-19 dinamakan digital. Inilah yang disampaikan Dr Rohimi Zamzam SPsi SH dalam Diskusi Pendidikan Webinar Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Sabtu (30/5/20).
Dr Rohimi Zamzam saat memberikan materi dalam Diskusi Pendidikan Webinar Majelis Dikdsmen PP Muhammadiyah secara online (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Ekosistem baru yang lahir pasca Covid-19 dinamakan digital. Inilah yang disampaikan Dr Rohimi Zamzam SPsi SH dalam Diskusi Pendidikan Webinar Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Sabtu (30/5/20).

Psikolog sekaligus anggota Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah dalam diskusi dengan tema Aktualisasi Islam Berkemajuan Bidang Pendidikan di Era New Normal mengungkapkan pasca Covid-19 akan ada perubahan sosial berskala besar.

“Ada pemicu kegiatan yang menuntut ada perubahan lain. Ini bisa menjadi tantangan, peluang sekaligus ancaman,” ujarnya.

Emi—sapaan akrabnya—mengatakan sistem pembelajaran serba digital yang sekarang ini terjadi adalah salah satu contohnya. Pembuatan pembelajaran digital menjadi keharusan dalam menyikap situasi seperti ini.

Dijelaskan, untuk bisa menguasai perubahan tersebut harus ada pelatihan dan pendampingan untuk tenaga guru. Teknologi pendidikan ini harus diimbangi dengan penambahan pengetahuan dan wawasan untuk guru sehingga mereka mampu menjalankna tugas dalam memberikan pembelajaran jarak jauh secara daring (dalam daringan).

Menurutnya, situasi ini harus dijadikan moment untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dibutuhkan pembinaan mulai dari guru PAUD sampai dengan jenjang SMA, bahkan dosen di perguruan tinggi juga.

“Harus ada grand strategi berupa aksi dalam new normal ini sampai dengan perumusan penilaian dalam pembelajaran. Kita harus bangkitkan pendidikan,” paparnya.

Orangtua Mengalami Kepanikan

Emi menjelaskan ada kecemasan yang dialami orangtua saat pandemi Covid-19 yang mengharuskan putra-putrinya belajar mandiri di rumah. Mereka panik dan belum siap dengan kondisi seperti ini.

“Mereka mengalami kepanikan saat harus menjadi guru bagi putra-putrinya,” ungkapnya.

Dijelaskan, untuk menyikap hal ini orangtua harus ada prepare secara psikologi. Ketika belajar di rumah, motivasi belajar siswa menjadi turun. Anak juga mengalami kecemasan. Orangtua gagal mencari solusi, maka hidupnya tidak nyaman lagi.

Situasi ini, menurutnya, harus ada pertahanan diri. Orangtua harus berubah. Mereka harus terlibat aktif dalam pembelajaran di rumah dengan anak. Maka, dibutuhkan kompetensi pedagogik dan pemberian fasilitas IT pada putra-putrinya. Hal ini bisa memberikan dampak pada kenyamanan dalam belajar.

“Jangan sampai orangtua lebih galak daripada gurunya,”

Emi pun memberikna tips pada orangtua dalam mendampingi anak belajar di rumah. Hal yang harus dilakukan adalah pertama, seimbangkan kerja dan dampingin anak. Di sini ada manajemen waktu yang jelas.

Kedua, rumah adalah area domestik. Orangtua harus kuatkan dirinya dulu baru kuatkan anak. Ketiga, kuatkan sisi komunikasi. Ada rasa sayang dan memahami situasi saat belajar bersama.

Keempat, ciptakan situasi yang nyaman. Ini adalah tugas tambahan orangtua. Perannya sangat utama saat dampingi pembejaran daring.

“Siap tidak siap ya harus siap. Ini tantangan bagi orangtua,” tandasnya. (*)

Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version