Aisyiyah Gresik Gelar Musypimda Daring

Aisyiyah Gresik Gelar Musypimda II dilaksanakan secara daring dengan tema Dinamisasi Gerakan Menebar Islam Berkemajuan berlangsung melalui Zoom Meeting, Sabtu-Ahad (17-18/10/20).
Ketua PDA Gresik Uswatun Hasanah saat pembukaan acara Musypimda II (tangkapan layar Anik Nus Aisyah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Aisyiyah Gresik menggelar Musypimda II yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Clouds Meeting bertema Dinamisasi Gerakan Menebar Islam Berkemajuan , Sabtu-Ahad (17-18/10/20).

Musyawarah Pimpinan Daerah (Musypimda) III Aisyiyah yang berpusat di studio meeting room lantai 7 Gedung Baru Kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) dibuka dengan pidato Iftitah Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik Dra Uswatun Hasanah.

Dia menjelaskan Musypimda II Aisyiyah Kabupaten Gresik Periode 2016-2022 ialah permusyawaratan dalam organisasi pada tingkat wilayah sampai dengan ranting yang berkedudukan di bawah musyawarah pada masing-masing tingkat.

“Tujuannya untuk mengevaluasi pelaksanaan keputusan Musypimda I, merumuskan strategi percepatan pelaksanaan program hasil keputusan Musyda dan pembentukan panitia pemilihan anggota PDA Kabupaten Gresik,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, Musypimda II ini untuk pembentukan panitia pemeriksa keuangan daerah, pemilihan calon anggota Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur untuk diusulkan ke Panitia Pemilihan, serta sosialisasi hasil Munyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) II Aisyiyah yang dilaksanakan di Surabaya, 9-10 Jumadil Awwal 1441 H/4 Januari 2020 lalu.

Laporan PDA Gresik

Uswah, sapaan akrabnya, mengungkapkan materi pokok yang disampaikan dalam Musypimda II ini adalah laporan PDA Kabupaten Gresik, laporan dinamika Aisyiyah di tingkat cabang dan ranting, serta tiga materi pokok.

Tiga materi tersebut adalah: Strategi Program Penguatan Aisyiyah di Masa Pandemi yang disampaikan oleh Ketua PWA Jawa Timur  Siti Dalilah Candrawati MAg, Sosialisasi Pilkada oleh anggota KPUD Gresik Abdul Shiddiq Notonegoro SPt SAg MPd I dan Ethical Leadership untuk Menciptakan Good Governance di Indonesia oleh Idha Rahayuningsih SPsi MPsi.

Dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar

Dalam pidato iftitah Uswah juga menyampaikan era pandemi di Gresik ini masih membutuhkan kehati-hatian. Oleh karena itu banyak kekurangan-kekurangan. “Yang seharusnya Musypimda II ini bisa bertatap muka menjadi virtual melalui Zoom. Oleh karena itu saya mohon maaf kepada para undangan.”

Pada masa pandemi ini, lanjutnya, banyak yang harus kita lakukan sebagai orang Islam dalam berdakwah amar makruf nahi mungkar. Terjun dan bertanggung jawab dalam semua aspek kehidupan. Media sosial di tengah pandemi ini punya pengaruh yang amat besar terhadap akhlak.

“Dalam menghadapi masalah keummatan yang muncul, maka Aisyiyah diharapkan dapat merefleksikan posisi perannya di dalam berdakwah amar makruf nahi mungkar,” ujarnya.

Dia menjelaskan melalui kiprahnya strategis dan praktis, tentu saja Aisyiyah berjuang dan berdakwah secara progresif. Pada masa pandemi ini, menurutnya, Aisyiyah berkiprah terus dengan gerakan Taawun Sosial dan Program Tuberculosis (TB).

”Dengan tema Dinamisasi Gerakan Menebar Islam Berkemajuan semoga membawa kebaikan dan keberkahan umat dengan semata-mata mengharap rida Allah SWT.”

Filosofi Gerakan Dinamis

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik Dr Taufiqullah A Ahmady MPdI menjelaskan Musypimda II ini adalah filosofi gerakan dinamis. Artinya selalu bergerak tidak stagnan atau mandek.

“Gejala ke-mandekan itu tampak ketika masuk pandemi Covid-19, terutama ketika diterapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB),” ujarnya.

Dia menguraikan begitu masuk bulan Ramadhan 1442 H, seolah-olah tidak ada yang bisa kita lakukan. Shalat Jumat tidak bisa kita lakukan di masjid dan berdasar maklumat dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sholat Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan di rumah masing-masing.

Pengajian Ahad pagi, lanjutnya, yang setiap bulan dilaksanakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) yang biasanya ramai tiba-tiba sepi, mandek. Tidak tahu apa yang mesti dilakukan.

Di bidang pendidikan, sambungnya, kita belum bisa menjalankan pembelajaran tatap muka. Maka, alternatifnya pembelajaran daring yang masih banyak kendala teknis.

Disiplin Protokol Kesehatan

Taufiqullah mengungkapkan akibat dari Covid-19 ini beberapa tokoh penting persyarikatan meninggal dunia setelah terkonfirmasi positif. “Maka pada pembukaan Musypimda II ini sangat penting kita ucapkan doa kepada para tokoh penggerak dakwah yang telah mendahului kita,” katanya.

Ini artinya, lanjutnya, kita harus tetap waspada dengan diri sendiri, keluarga, jamaah dan masyarakat agar tetap disiplin dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Dia menjelaskan PDM, Pemuda Muhammadiyah, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, tenaga medis yang muda atau tua masih banyak yang menjadi korban Covid-19. “Ini adalah ujian sekaligus tantangan yang cukup berat.”

Hikmah Covid-19

Taufiqullah menjelaskan dalam keadaan seperti ini dakwah kita tidak boleh mandek. “Apa yang terjadi jika dakwah kita mandek?” “Masyarakat akan kehilangan pencerahan dan pemberdayaan,“ ungkapnya.

Oleh karena itu, dia memaparkan penggunaan IT menjadi keharusan dan kebutuhan utama. Kebetulan yang menguasai IT adalah anak-anak kita, generasi muda. Inilah hikmahnya Covid-19 yaitu terlibatnya anak-anak muda untuk menjalankan gerakan dakwah.

”Ketika kita mengunakan IT sebagai instrumen dakwah, maka dengan IT kita masuk ke dunia maya melalui media sosial. Di dunia maya tidak kalah ramainya dengan tantangan-tantangan dakwah. Berbagai konflik yang terjadi di dunia maya itu menjelma menjadi konflik di dunia nyata,” jelasnya.

Dinamisasi Dakwah

Taufiqullah menegaskan di sinilah pentingnya dinamisasi dakwah. Ketika kita berbicara Islam berkemajuan, lanjutnya, marilah kita tetap menjaga kemampuan kita di dalam menjaga atau mengontrol waktu. Dengan menggunakan teologi wal asri, innal insaana lafi khusrin. Illal ladina amanu wa ‘amilush shoolihati watawa shaubil haqqi watawa shaubish shobri.

“Waktu itu kalau kita salah menggunakan lebih berbahaya daripada kematian. Kalau kita mati yang ditinggalkan dunia tetapi kalau kita menyia-nyiakan waktu. Kita bisa kehilangan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, warga Muhammadaiyah sebagai umat Islam berkemajuan harus tetap mengontrol waktu  dengan sebaik-baiknya,” tandasnya. (*)

Penulis Estu Rahayu. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version