Kader Muhammadiyah Perlu Bekal Ilmu Bencana

Kader Muhammadiyah perlu bekal ilmu bencana. Hal itu diungkapkan oleh Ketua MDMC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Budi Setiawan ST.
Kader Muhammadiyah perlu bekal ilmu bencana. Arif Nur Kholis menyajikan materi Kesiapsiagaan Bencana (Tangkapan layar Yulia/PWMU

PWMU.CO – Kader Muhammadiyah perlu bekal ilmu bencana. Hal itu diungkapkan oleh Ketua MDMC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Budi Setiawan ST.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan bimbingan teknis Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) bagi Kwartir Daerah Hizbul Wathan Banyuwangi via online, Senin (26/10/2020).

Indonesia Rawan Bencana

Menurut Budi Setiawan, SPAB merupakan program kesiapsiagaan dan mitigasi bencana yang dicanangkan oleh BNPB. SPAB melibatkan semua unsur kemasyarakatan dan organisasi keagamaan.

“Melihat potensi Muhammadiyah yang begitu besar, BNPB menggandeng Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah dan Kwarpus HW untuk ikut ambil bagian. Nota kesepahaman tersebut ditanda tangani pada 19 Juni 2020 di Jakarta,” ujarnya.

Indonesia, lanjutnya, berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar. Yakni lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik. Serta berada juga lingkaran di cincin api pasifik.

“Sehingga memiliki tingkat kerawanan bencana gempa bumi dan gunung meletus yang lebih besar dibanding negara lain di Asia. Untuk itu kader dan relawan Muhammadiyah perlu dibekali ilmu yang baik dan benar tentang kebencanaan,” ungkapnya.

Harapannya, sambungnya, agar saat mengaplikasikan di keadaan nyata benar-benar mampu mengurangi resiko baik benda maupun nyawa.

“Spirit al-Maun harus terus di gelorakan sebagai gerakan berkesinambungan yang telah dirintis oleh pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan sejak tahun 1912,” tuturnya.

Partner Pemerintah yang Baik

Sementara itu Ketua Kwarpus HW Bidang Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana Asep Djajuli berpesan agar memanfaatkan ilmu yang diperoleh dan diaplikasikan secara nyata.

“Jadilah partner pemerintah yang baik agar ilmu yang anda amalkan bukan hanya menjadi jariyah anda pribadi. Tetapi menjadi jariyah yang berkesinambungan. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati,” paparnya.

Berkiprah Bantu Masyarakat

Ketua Kwartir Wilayah HW Jatim Ramanda Harun Ar Roeshyied menyatakan rasa syukurnya Kwarwil HW Jatim dan Kwarda HW Banyuwangi mendapat mandat mengikuti Bimtek SPAB.

“Kegiatan ini implementasi kerjasama BNPB, MDMC dan Kwarpus HW. Kegiatan ini juga sangat strategis bagi pengembangan Gerakan Kepanduan HW sebagai wujud mitigasi apabila terjadi bencana di tempat pangkalan saat latihan HW,” ungkapnya.

Bimtek SPAB diikuti oleh 20 pelatih HW di Jatim. Terdiri satu peserta dari Kwarwil HW Jatim, dua peserta dari Kwarda HW Banyuwangi dan 12 pelatih HW Banyuwangi.

“Serta delapan peserta dari kwarda HW di Konsul Besuki yaitu dari Jember, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Probolinggo. dan satu peserta perwakilan HW Universitas Muhammadiyah Jember,” rincian

Dia berharap hasil pelatihan ini nantinya bukan hanya akan diimplementasikan untuk internal Muhammadiyah.”Tetapi juga sebagai wujud tanggung jawab membantu sesama, sehingga kader-kader handal dapat berkiprah di masyarakat luas,” pesannya.

Aplikasi InaRisk Personal

Kasubdit Mitigasi Bencana BNPB Muhamad Robi Amri menyampaikan ada tiga pilar utama materi SPAB.

“Yakni Fasilitas Sekolah Aman, Manajemen Bencana di Sekolah, Pendidikan dan pengurangan resiko bencana,” jelasnya.

Menurutnya ada tips dan cara paling mudah untuk mengetahui seberapa besar ancaman dan resiko bencana yang dihadapi oleh qobilah atau sekolah maupun lingkungan sekitar

“Setiap orang memiliki smart phone. Unduh saja aplikasi InaRisk Personal melalui Playstore. Konten buatan anak negeri ini menyajikan informasi kajian resiko bencana berbasis Gis Server.

Titik koordinat, lanjutnya, jenis bencana yang berpotensi terjadi di sekitar lingkungan ditampilkan dalam bentuk data gambar yang tercatat dalam sistem

“Sehingga kita bisa mengantisipasi setiap bencana yang akan terjadi. Termasuk juga kondisi dan tingkat kerawanan selama pandemi ditampilkan di aplikasi tersebut. Dengan informasi yang ada diaplikasi maka kita bisa lebih waspada,” terangnya. (*)

Penulis Yulia Febrianti. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version