Dubes RI untuk Lebanon: Kita Bisa Galang Solidaritas Palestina Berdasarkan Nilai-Nilai Agama

Hajriyanto Y Thohari, Dubes RI untuk Lebanon saat memberikan testimoni pada kegiatan PPNA (Nely Izzatul/PWMU.CO)
Hajriyanto Y Thohari, Dubes RI untuk Lebanon saat memberikan testimoni pada kegiatan PPNA (Nely Izzatul/PWMU.CO)

PWMU.CO – Dubes RI untuk Lebanon: Kita Bisa Galang Solidaritas Palestina Berdasarkan pada Nilai-Nilai Agama Hajriyanto Y Thohari—Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Lebanon—menegaskan, solidaritas bagi bangsa Palestina sangat penting dan urgent untuk terus dilakukan.

Hal itu dia utarakan saat memberikan testimoni pada Aksi Virtual Solidaritas Palestina yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA), Jum’at (28/5/2021)

“Aksi solidaritas ini sangat relevan untuk terus digelorakan oleh bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang memiliki komitmen tinggi dalam memperjuangkan bangsa Palestina,” tandasnya.

Menurutnya, Indonesia senantiasa memiliki konsistensi yang sangat tinggi—dan didukung oleh kepemimpinan nasional—selalu setia dengan tradisi mendukung bangsa Palestina sejak Presiden RI pertama Bung Karno.

“Bahkan sampai presiden yang sekarang ini, kepemimpinan nasional kita memiliki tradisi mendukung perjuangan bangsa Palestina secara konsisten. Dan komitmen ini paralel dengan sikap rakyat dan bangsa Indonesia,” terangnya.

Hajriyanto mengatakan, solidaritas ini sangat penting dilakukan, karena perjalanan menuju kemerdekaan Palestina itu masih jauh.

“Oleh karena Israel dengan aliansi utamanya, terutama Amerika Serikat (AS) yang beberapa tahun terakhir ini menunjukkan langkah-langkah yang secara mendasar itu sangat merugikan bangsa Palestina,” ungkapnya.

Donald Trump Ciderai Keputusan Internasional

Menurut Hajri, apa yang dilakukan Donald Trump yang saat itu menjabat Presiden Amerika Serikat, jelas merupakan langkah yang menciderai berbagai keputusan badan keputusan internasional.

“Kalau saya diizinkan untuk menunjuk, saya tunjuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Karena dia yang memberikan pengakuan bahwa Yerusalam merupakan Ibukota Israel, bahkan kemudian memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem,” kata Hajri.

Bagi Hajri, pengakuan itu jelas melanggar keputusan PBB di tahun 1947, yang menegaskan bahwa Yerusalem masih berstatus sebagai kota di bawah pengawasan internasional.

“Dan beberapa keputusan Dewan Keamanan PBB tahun 1967 itu menegaskan, bahwa Yerusalem merupakan kota yang nanti diperundingkan dalam perdamaian antara Palestina dan Israel, tetapi oleh Amerika Serikat sudah diputuskan untuk diberikan kepada Israel sebagai Ibukota,” ungkap Hajri yang juga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadyah itu.

Dalam konteks dan perspektif seperti itu, maka menurutnya solidaritas internasional terhadap bangsa Palestina sangat diperlukan.

“Apalagi dalam peristiwa terakhir yang dimulai pada akhir Ramadhan sampai 11 hari kemudian itu adalah sebuah agresi kepada bangsa Palestina yang jelas-jelas merupakan agresi dari penjajah kepada bangsa Palestina yang terjajah, yang wilayahnya diokumasi oleh Israel,” kata Hajri.

Peristiwa semacam itu, menurut Hajri jelas menimbulkan kehancuran yang parah pada bangsa Palestina dan karena itu maka aksi solidaritas menjadi penting serta urgent untuk terus dilakukan.

“Baik melalui semangat kemanusiaan, semangat kita berdasarkan konstitusi bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, dan sebetulnya lebih dari itu, kita juga dapat menggunakan nilai-nilai keislaman karena ada ikatan persaudaraan atau ukhuwah islamiyah,” papar Hajriyanto.

Galang Solidaritas, Junjung Persaudaraan

Dia menuturkan, betul bahwa apa yang terjadi di Palestina bukan merupakan perang agama, tetapi menurutnya kita bisa menggalang solidaritas dengan berdasarkan pada nilai-nilai keagamaan, yaitu nilai-nilai keislaman yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesamaan, persamaan dan persaudaraan.

“Karena nilai-nilai Islam itu bukan nilai-nilai yang eksklusif dan diskriminatif. Melainkan digunakan untuk mendukung pembebasan dari penjajahan, penindasan dan itu juga sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan,” katanya.

Dan siapapun yang dijajah maupun ditindas, apapun suku, agama, sekte, madzhab dan kebangsaannya, menurut Hajri itu semua harus didukung oleh semangat keislaman untuk memberantas dan untuk membebaskannya.

“Karena islam adalah agama yang menjunjung tinggi dan selalu memperjuangkan kebebasan setiap bangsa dari penindasan dan penjajahan tanpa memandang perbedaan agamanya,” tegasnya.

Oleh karena itu, dia menyambut gembira aksi solidaritas Palestina yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah. Baginya, itu semua menujukkan komitmen kita yang teguh, bahwa bangsa Palestina harus bisa mencapai kemerdekaan dengan Yerusalem timur sebagai Ibukotanya.

“Mari kita terus galang solidaritas kepada bangsa Palestina. Bahkan kita harus terus memperluas solidaritas ini secara internasional, agar seluruh bangsa-bangsa di dunia ini -tanpa terkecuali- memberikan dukungan, simpati, dan dorongannya bagi terbentuknya negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibukota,” ajaknya.

Hajri pun berdoa, mudahan-mudahan langkah PPNA yang bekerja sama dengan Lazismu dan UAD dalam melakukan solidaritas sosial ini mendapatkan ridho dari Allah SWT.

“Dan lebih daripada itu, aksi ini semoga semakin berkembang membesar, yang tentu perlu dilakukan dengan secara lebih sistemastis, programis dan terus meningkatkan kerjasama dengan semua pihak apapun suku maupun etnisnya demi keberhasilan cita-cita yang mulia ini,” harapnya. (*)

Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version