Dilarang Berkreasi dalam Ibadah

Dilarang berkreasi dalam ibadah. Hal itu diungkapkan oleh Ustadz Abdul Rozak bin Umar di Kajian Masjid Al-Manar, Rabu (9/6/2021).
Abdul Rozak: Dilarang berkreasi dalam ibadah (Pandu Anom Nayaka/PWMU.CO)

PWMU.CO – Dilarang berkreasi dalam ibadah. Hal itu diungkapkan oleh Ustadz Abdul Rozak bin Umar di Kajian Masjid Al-Manar, Rabu (9/6/2021).

Kajian rutin Rabu malam pekan pertama tiap bulan ini digelar oleh Takmir Masjid Al-Manar yang berlokasi di Perumahan Panji Permai, Desa Mimbaan Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo. Kajian ini mengangkat tema Hakikat Tujuan Penciptaan Manusia.

Mengawali kajiannya Abdul Rozak menyampaikan firman dalam Surat adz-Dzariat ayat 56 yang berbunyi:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Maknanya Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,” sitirnya.

Para ulama tarjih Muhammmadiyah juga telah memberikan definisi ibadah mendekatkan diri kepada Allah swt.

“Mendekatkan diri kepada Allah swt itu dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangal-Nya serta mengamalkan apa saja yang diperkenankan oleh-Nya. Itu tercantum dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) halaman 276,” ungkap pria dari Bondowoso ini.

Abdul Rozak menegaskan dalam ibadah itu tidak boleh berkreasi dan tidak boleh berinovasi. Akan tetapi bervariasi dalam beribadah itu diperbolehkan.

“Misalnya dalam pembacaan doa iftitah. Boleh menggunakan Allahumma bait baini wa baina khotoyaya, boleh menggunakan Allahu akbar kabiro walham dulillahi katsira, atau Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawati wal ardhi haniifan muslimau waamaa ana minal musyrikiin dan seterusnya,” jelasnya.

Seperti halnya saat bertakbir. Kadang kita bertakbir mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu dan kadang sejajar dengan telinga.

“Kadang kita takbir dulu baru mengangkat tangan. Kadangkala mengangkat tangan baru bertakbir. Itu sama-sama ada dasar dan dalilnya,” terangnya.

“Sama halnya ketika kita ingin bersujud. Antara berdiri dan sujud ada yang meletakkan kedua tangannya sebelum lututnya. Ada juga yang meletakkan lututnya baru kemudian kedua tangannya. Itu tidak perlu kita pertentangkan,” tambahnya.

Ibadah Khusus dan Umum

Menurutnya ibadah itu ada ibadah khashshah dan adapula ibadah amah (ibadah umum).
Disebut secara khusus seperti ibadah-ibadah yang bersifat bimbingan langsung dari Nabi Muhammad saw seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Jadi ada aturannya.

“Tetapi jika yang bersifat umum yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan hanya mengharap ridha Allah. Contohlah di bidang amil zakat. Kalau di Muhammadiyah sering dikenal dengan sebutan Lazismu. Jika telalu jauh dari kantor pusat maka diperlukan Kantor Layanan Lazismu untuk mempermudah kemaslahatan umat yang ingin berdonasi dan berzakat,” paparnya.

Tujuan Ibadah

Tujuan ibadah adalah menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah swt. Contohlah dalam hal syariat ibadah puasa dan ibadah lainnya agar menjadi hamba yang bertakwa.

“Ini merupakan kepastian dari Allah swt. Jika kalian beribadah kepada Allah swt dan ibadahnya benar maka kalian akan menjadi orang-orang yang bertakwa,” ujarnya.

Takut Kepada Allah

Dalam al-Quran ada 89 ayat yang diawali dengan Ya ayyuhalldzina amanu. Di surat al-Baqarah saja ada sekitar 11 ayat yang menjelaskan tentang orang-orang yang beriman.

“Sampai rasulullah mengatakan apabila kalian membaca ayat yang diawali dengan ya ayyuhalldzina amanu maka dengarkan, simak serta tadabburi ayat tersebut,” ungkapnya.

Sahabat Ali bin Abi Thalib mengatakan hendaknya seseorang memiliki rasa takut kepada Allah. Kalau dia bermaksiat maka dia takut akan adzabnya. Dan kasih sayang Allah itu lebih dari seorang ibu terhadap anaknya.

“Itu merupakan kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. Untuk itu kita harus mengetahui hakikat serta tujuan penciptaan kita sebagai manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Agar kita selamat di dunia dan mendapatkan surga-Nya jika kembali nanti,” pesannya. (*)

Penulis Pandu Anom Nayaka. Editor Sugiran.

Exit mobile version