Sekolah Politik Digelar Pemuda Muhammadiyah Situbondo

Sekolah Politik digelar Pemuda Muhammadiyah Situbondo di SMA Muhammadiyah (SMAM) 1 Panji, Kabupaten Situbondo, Ahad (29/8/2021).
Sekolah Politik digelar Pemuda Muhammadiyah Situbondo. Ketua PDPM Situbondo Nisan memberikan sambutan (Pandu Anom Nayaka/PWMU.CO)

PWMU.CO – Sekolah Politik digelar Pemuda Muhammadiyah Situbondo di SMA Muhammadiyah (SMAM) 1 Panji, Kabupaten Situbondo, Ahad (29/8/2021).

Kegiatan ini mengambil tema Melalui Sekolah Politik 2021 Kita Raih Pengetahuan Ilmu Politik untuk Masa Depan. Peserta kegiatan ini dibatasi sebanyak 25 orang yang telah mengisi google form sepekan sebelumnya. Peserta kegiatan ini juga wajib menggunakan masker dan menjaga jarak serta tidak berkerumun.

Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Nisan menyampaikan sekolah politik merupakan implementasi dari dimensi gerakan pemuda yang harus kita lakukan. “Mau tidak mau hidup kita ini bernuansa politik. Jangankan di luar, di rumah pun kita berpolitik. Contoh kecil saja ketika kita makan kita menyiasati seenak mungkin. Itu semua juga bentuk politik kita,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, sebagai kader Pemuda Muhammadiyah tidak boleh alergi tehadap politik. Agar lebih baik dan bersinergi antara persyarikatan dan pemerintah. “Karena saat ini kekuatan kita masih minim, maka mari kita tunjukkan bersama dan tunjukkan peradaban kita. Insyaallah dengan yang minim kita tidak dilihat sebelah mata lagi,” ujarnya.

Ambil Bagian, Jujur dan Sungguh-sungguh

Dalam buku Manhaj Gerakan Muhammadiyah bagian tiga ada enam pesan yang perlu diperhatikan. Pertama, wawasan warga Muhammadiyah perlu mengambil bagian dan tidak boleh apatis. “Sebenarnya ini merupakan ruang gerak kita untuk berdakwah. Kalau kita hari ini tidak mengambil bagian kapan lagi. Setelah orang duduk nyaman baru kita gigit jari. Baik kita kembangkan melalui hari ini kita belajar bersama-sama. Tidak ada yang hebat, yang hebat itu adalah kebersamaan,” jelasnya.

Kedua, sambungnya, sebagai kader Muhammadiyah berpolitiklah dengan jujur dan sungguh-sungguh. Jika nanti kita berkiprah di politik sebagai penyelenggara pemilu tahun 2024, maka harus sungguh-sungguh ketika diberi sebuah amanah.

“Ada peristiwa tahun kemarin. Setelah minta dukungan menjadi penyelenggara, kemudian mendapatkan jabatan itu, lalu beberapa bulan kemudian mengundurkan diri. Ini salah satu contoh orang yang tidak bersungguh-sungguh dan memalukan. Kasihan yang memperjuangkan,” paparnya.

“Mungkin di antara 25 orang peserta yang ada di sini ada yang berminat dalam berpolitik, maka harus dengan sungguh-sungguh dan jujur. Seperti yang dikatakan oleh pepatah Arab man jadda wa jadda. Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil,” tambahnya.

Prioritas Kepentingan Umat

Ketiga, ujarnya, berpolitik untuk kepentingan umat. Nisan berpesan agar jangan sok jago sendiri. Ada pengalaman tidak nyaman tahun kemarin meski banyak direkrut dari Pemuda Muhammadiyah.

“Saya akui untuk tahun kemarin memang asal mengambil orang. Sehingga banyak yang memprioritaskan kepentingan pribadi bukan kepentingan umat. Ketika diminta pertanggungjawabannya kurang konsisten. Walaupun dia masuk melalui jalur Pemuda Muhammadiyah,” ungkapnya.

“Maka dari itu harapan saya jika kalian masuk di penyelenggara atau tim sukses dari salah pasangan calon yang bernuansa kader Pemuda Muhammadiyah diharapkan memperjuangkan kepentingan umat, minimal kepentingan persyarikatan,” imbuhnya.

Berkiprah dan Ahli Politik

Keempat adalah para kader Muhammadiyah yang terjun di dunia politik dapat menunjukkan kiprahnya. Jujur, benar, adil serta menghindari dari politik kotor. Banyak gambaran yang diambil di lapangan ketika sudah mendengar suara azan dan mendekati maghrib tetap melanjutkan pekerjaannya dibandingkan untuk shalat.

“Jika nanti kalian sebagai penyelenggara baik di tingkat bawah dan tingkat atas, dalam artian tingkat kabupaten, tentunya marwah persyarikatan harus ditegakkan. Misalnya sudah mendengar adzan tetapi ada suatu kegitan maka hendaknya dihentikan sejenak untuk shalat,” pesannya.

Kelima adalah orang yang ahli dalam politik. Maka saat ini diberikan wawasan sekolah politik agar kita semua tidak salah langkah dan tidak salah mengatur. “Kemudian kita juga mendapatkan ilmu pengetahuan. Jika memang tahun depan kita dapat bergabung di penyelenggara pemilu maka harus betul-betul profesional,” tegasnya.

Keenam tidak lepas dari silaturahmi. Artinya jangan sampai putus silaturahmi. Ketika sudah menjabat menjadi KPU, Bawaslu, PPK, PPS temannya sendiri disikut atau ditinggalkan begitu saja. “Bangun iklim silaturrahim sehingga kekuatan kita semakin tumbuh serta lebih erat. Dan harapan kita dalam waktu dekat maupun jangka panjang itu terpenuhi,” tuturnya. (*)

Penulis Pandu Anom Nayaka. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version