Aplikasi Safelic Smamda Sidoarjo Juara Public Health International Competition

Buat Safelic, siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) berhasil menyabel juara I Internasional dalam ajang Public Health International Competition bidang  Essay Competition, Sabtu (16/10/21).
Vina Rachma Yunita (kiri) dan Kanayya Huwaidah Fayyadhiyah berhasil meraih juara I (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Buat Safelic, siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) berhasil menyabel juara I dalam ajang Public Health International Competition bidang Essay Competition, Sabtu (16/10/21).

Dalam ajang yang diselenggarakan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya ini siswa kelas XII MIPA 7, Kanayya Huwaidah Fayyadhiyah dan Vina Rachma Yunita meraih medali emas lewat aplikasi Save Public (Safelic).

Pembina Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), drh Ellya Rohati MPd mengatakan kedua siswanya membuat aplikasi terinspirasi dari persoalan antre pasien anak yang membludak di rumah sakit pada bulan Juli 2021.

“Dari persoalan itu, kedua siswanya membuat aplikasi yang membantu pasien mendapat pelayanan rumah sakit tanpa harus antre lama, prokes, dan bisa terjadwal,” ujarnya.

Mereka, lanjutnya, adalah anak hebat, pantang menyerah, bimbingan KIR malam hari lewat Zoom pun tetap ok dan dilaksanakan.  

Gagasan Cemerlang

Ellya Rohati menjelaskan ide cemerlang ini mereka terilhami dengan cara kerja lift yang hanya mengangkut orang dengan jumlah terbatas.

“Dari situlah muncul ide cara kerja lift, orang yang antre dibatasi jumlah dan jamnya. Persis seperti naik lift,” jelasnya.

Dia memaparkan pembatasan dan menghindari kerumunan dalam kondisi pandemi sangat mengkhawatirkan. Kondisi ini sangat mencekam dan mencemaskan. Hal inilah awal lahirnya pembuatan aplikasi Safelic.

Public Healthy

Ellya Rohati mengungkapkan aplikasi yang ditawarkan siswa kami ini masih berupa konsep untuk kesehatan masyarakat. Cara kerja dari aplikasi ini nantinya bisa diterapkan di rumah sakit, dokter praktik, puskesmas, maupun area yang menggunakan fasilitas antrean.

“Hal penting yang harus diperhatikan adalah kapasitas tempat, jarak (distance), dan prokes. Intinya kita tidak bisa masuk ke ruangan antre panjang dengan jumlah banyak karena harus jaga jarak,” tegas perempuan asal Blitar.

Dia memaparkan seperti naik lift, jika melebihi kapasitas akan tertolak. Kalau kapasitas tempat duduk sudah penuh, maka pasien berikutnya tidak bisa mendaftar sampai ada yang selesai dan keluar.

Karya ini masih konsep maka perlu penyempurnaan dengan bahasa pemrograman sehingga sudah bisa diujicobakan. Ke depan, disarankan bisa menggandeng robotika Smamda, agar jadi projek,” usulnya.

Persaingan Ketat

Ellya Rohati menjelaskan dalam mengikuti lomba ini persaingannya sangat ketat. Bahan presentasi dibuat dalam bahasa Inggris. Demikian juga saat presentasi, semua menggunakan bahasa Inggris. 

“Anak-anak hebat bisa membaca ide gurunya. Sekali dijelaskan langsung bisa. Bahasa Inggrisnya 100 persen,” terang, bangga.

Saat presentasi, sambungnya, mereka melakukan dengan skema aplikasi Safelic. Jadi, lanjutnya, saat ditanya juri, mereka bisa menjawab bahwa aplikasi ini bisa digunakan di berbagai lokasi, termasuk lokasi kecil.

Berkat konsep Safelic, Smamda Sidoarjo juara I disusul SMA St Aloysius 1 Bandung dan SMAN 9 Surabaya. Bravo Smamda. (*)

Penulis Ernam. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version