Lapak Kemanusiaan FKIP Unismuh Terinspirasi KH Ahmad Dahlan

Lapak Kemanusiaan
Lapak Kemanusiaan FKIP Unismuh Makassar menampung barang dan menjual untuk program sosial.

PWMU.CO- Lapak Kemanusiaan dibuka oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh Makassar di acara pengajian jelang akhir semester ganjil 2021/2022 di Mini Hall FKIP, Senin (17/1/2022).

Lapak kemanusiaan FKIP Unismuh Peduli ini mengumpulkan pakaian dan barang terbaik yang dimiliki civitas akademika kemudian dijual dengan harga murah meriah. Hasil penjualan untuk program FKIP Unismuh Peduli seperti bantuan bencana dan beasiswa.

Dekan FKIP Unismuh Erwin Akib menyatakan, program ini terinspirasi dari kisah Kiai Ahmad Dahlan melelang seluruh barang-barang di rumahnya.

”Pakaian, lemari, meja kursi, tempat tidur, jam dinding, dan lain-lain. Ringkasnya Kiai Dahlan melelang semua barang-barang miliknya dan uang hasil lelang dipakai membiayai sekolah Muhammadiyah, khususnya untuk menggaji guru dan karyawan,” jelas Erwin.

Menurut Erwin, kisah itu yang menginpirasi FKIP Unismuh menggelar lapak kemanusiaan. Gerakan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang dirintis sejak zaman Kiai Dahlan adalah model yang diwariskan oleh FKIP Unismuh Peduli.

Erwin melanjutkan, FKIP Unismuh Peduli baru saja memberikan bantuan motor kepada Nuraini yang kisah videonya viral di medsos. Ia mahasiswi yang membantu orang tuanya sebagai kuli angkut semen di Pinrang

”Pemberian bantuan ini tidak bermaksud riya. Kisah Nuraini ini cukup membuat kita meneteskan air mata. Kami baru saja berkunjung langsung ke Pinrang dan melihat langsung kondisi keluarganya,” jelasnya.

Erwin juga menjelaskan, FKIP Peduli kini juga telah menjalankan program beasiswa, khususnya bagi kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). FKIP Unismuh juga proaktif membantu korban bencana di tanah air.

Pesan Pengajian

Dalam pengajiannya, Wakil Dekan IV FKIP Unismuh Drs Syamsuriadi P Salenda MA menegaskan kembali tujuan Muhammadiyah yang berorientasi mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

”Muhammadiyah mendirikan amal usaha bukan untuk gagah-gagahan, melainkan untuk dakwah. Jika ada AUM besar, tapi Muhammadiyah di tempat itu terseok-seok, sesungguhnya kualat Pimpinan AUM itu,” katanya.

Syamsuriadi menceritakan, dulu Prof Din Syamsuddin resah. Perguruan tinggi berdiri di mana-mana, tapi Cabang dan Ranting Muhammadiyah banyak yang mati.

”Amal usaha maju bersama persyarikatan. Itulah mengapa di FKIP, program P2K juga salah satu bentuknya mengaktifkan cabang dan ranting,” tutup Syamsuriadi.

Penulis Hadisaputra  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version