Temukan Pasien TB Secepatnya dan Obati Secara Tepat

Temukan pasien TB secepatnya dan obati secara tepat (Tempo) merupakan program andalan RS PKU Muhammadiyah Bantul DI Yogyakarta.
Temukan pasien TB secepatnya dan obati secara tepat (Tempo) (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Temukan pasien TB secepatnya dan obati secara tepat (Tempo) merupakan program andalan RS PKU Muhammadiyah Bantul DI Yogyakarta.

dr Novi Wijayanti Setyaning Sukirto MSc SPD dari RSU PKU Muhammadiyah Bantul menyampaikan data badan kesehatan dunia WHO menyebabkan tuberculosis (TB) merupakan penyakit penyebab kematian ke-13.

Untuk itu penemuan kasus sangat penting guna pengobatan yang efektif. Tetapi angka penemuan pasien TB menurun drastis selama pandemi Covid-19. Maka RS PKU Muhammadiyah Bantul tetap lakukan program Tempo, yakni temukan pasien secepatnya dan obati secara tepat,” ujarnya.

Saat mengisi Webinar Bincang Kesehatan Series 2: Recovery TB di Era Pandemi yang berlangsung pada Selasa (8/2/2022), dr Novi juga menjelaskan jika saat ini RS-nya melalui program Mentari TB Recovery di bawah Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah bekerjasama dengan USAID diharapkan dapat meningkatan kasus temuan dan pengobatan TB di 48 RS Muhammadiyah Aisyiyah (RSMA) di 44 kabupaten-kota di 9 provinsi.

“Sampai dengan akhir program, diharapkan dapat mencapai peningkatan dua kali angka kasus di kuartal 4 di 2020. Adapun program Tempo yang berfokus pada skrining dilakukan sejak pasien atau terduga (suspect) pertama kali mengakses layanan kesehatan,” ungkapnya.

Skrining Pasien Diabetes Melitus

Pelayanan tersebut, lanjutnya, termasuk skrining gejala dan riwayat atau investigasi paparan (TB) di keluarga. Jika batuk lebih dari dua pekan, ada riwayat kontak (dengan pasien TB), dan penurunan berat badan sehingga terduga TB, maka pasien akan dipisahkan.

“Selain itu RS kami juga melakukan skrining pada pasien diabetes melitus (DM). Hal ini karena DM menjadi salah satu faktor risiko terjadinya infeksi TB sebanyak 3 kali akibat mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh. Dari data yang ada, hampir 90 persen pasien TB ternyata penderita DM,” jelasnya.

“Penurunan temuan kasus TB besar kemungkinan disebabkan karena penurunan akses masyarakat pada layanan kesehatan terkait TB. Sehingga terjadi gap, banyak penderita yang tidak terdiagnosis dan terlaporkan. Karena mungkin ada yang takut dicovidkan,” tambahnya.

Menurut data WHO, Indonesia adalah negara kedua setelah India yang melaporkan angka penurunan temuan TB sejak pandemi sebanyak 14 persen. Indonesa sendiri merupakan negara ke-3 yang setelah India dan Tiongkok sebagai penyumbang dua per tiga pasien TB di dunia.

“Tetapi, banyaknya terduga TB yang tidak terlaporkan dan terdiagnosis selama pandemi menghambat juga proses penyembuhan pasien. Mari kita concern lagi untuk temukan kasus TB di era pandemi,” ajaknya.

Selain Covid-19, Faskes Fokus TB

Menurutnya penurunan temuan kasus TB selama 2020-2021 juga dikarenakan fasilitas kesehatan berfokus pada Covid-19. Apalagi gejala TB dan Covid-19 mirip, seperti batuk dan dan peningkatan suhu tubuh.

“Padahal saat ini TB merupakan penyakit yang menyebabkan kematian karena penularan infeksi kedua setelah virus Covid-19. TB juga dapat menginfeksi segala usia. Sehingga upaya untuk menemukan dan mengobati pasien TB kembali menjadi perhatian terutama di tengah pandemi Covid-19,” terangnya.

Untuk itu, sambungnya, fasilitas kesehatan perlu kembali berfokus pada penanggulangan TB. Dari enam poin Strategi Nasional (stratnas) Penanggulangan TB, kami berkomitmen untuk ikut berperan aktif dalam meningkatkan penemuan dan pengobatan kasus TB sesuai poin nomor 2. Yakni peningkatan akses layanan TB yang bermutu.

“Oleh karena itu, jaringan 107 RSMA dan 228 klinik Muhammadiyah di bawah MPKU Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah juga mendukung stratnas poin 2,” paparnya.

Skrining dan Pemeriksaan TB Mobile

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta drg Pembayun Setyaning Astutie MKes membenarkan pernyataan dr Novi bahwa tren penemuan TB selama 2019-2021 menurun.

“Pandemi ternyata bukan hanya memporak-porandakan sektor ekonomi. Tetapi di kesehatan khususnya penemuan kasus TB jadi terkendala. Jadi dari 2020-2021 ada penurunan terhadap penemuan kasus TB. Dari 4.026 kasus pada 2019 menjadi 2.982 di 2020 dan 2.963 di 2021,” jelasnya.

Meski penemuan kasus menurun, lanjutnya, keberhasilan pengobatannya dapat dipertahankan dengan baik. Kami berterimakasih kepada RS Muhammadiyah yang juga membantu sehingga ada peningkatan.

Selama pandemi Dinkes DIY juga tetap melakukan investigasi kontak (tracing) kasus TB semua tipe baik secara langsung maupun via telepon atau aplikasi pesan.

“Selain itu Dinkes juga berinovasi dengan memberikan layanan kesehatan skrining dan pemeriksaan TB secara mobile dengan mendatangi kelompok suspek yang sudah dikondisikan puskesmas,” ungkapnya.

“Dari skrining tersebut langsung dihubungkan dengan laptop. Sehingga kecepatan pembuktian evidence dan rencana terapinya langsung dibuat lebih cepat,” imbuhnya.

Tangani TB di Masa Pandemi

Sedangkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular, Vector, dan Zoonotik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi MEpid juga menyampaikan pentingnya kemitraan dan jejaring pelayanan kesehatan yang perlu dikuatkan.

“Layanan kesehatan Muhammadiyah tentunya cukup membantu. Kemitraan dengan Aisyiyah dan Muhammadiyah ini sudah sejak dari awal. Dan dengan dukungan PP Muhammadiyah dan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) kita bersama-sama menanggulangi Covid-19. Serta kita juga berbicara bagaimana menangani TB di masa pandemi ini,” urainya.

Nadia yakin jejaring RS Muhammadiyah yang tersebar luas di Indonesia juga dapat membantu keberlangsungan pengobatan pasien agar tidak drop out atau berhenti berobat.

“Misalnya saja jika harus pindah domisili. Saya berharap pelayanan kesehatan di RSMA dapat mengoptimalkan fasilitas kesehatan mulai dari skrining, investigasi kontak dan pengobatan,” harapnya. (*)

Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version