Kisah Keberuntungan karena Peduli Hal-Hal Kecil dalam Kehidupan

Muhajir SAg memberikan tausiyah dalam acara guru berkultum di bulan Ramadhan El Mubarrak 1443 H. (Muhammad Nasikin/PWMU.CO)

Kisah Keberuntungan karena Peduli Hal-Hal Kecil dalam Kehidupan; Liputan Muhammad Nasikin, kontributor PWMU.CO dari Sidoarjo.

PWMU.CO – Jangan meremahkan hal-hal yang kecil dalam kehidupan kita. Sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil. Keberadaan uang sejuta berawal dari uang satu rupiah. Hal ini berlaku pula dalam hal kebaikan. 

Pernyataan ini disampaikan oleh Muhajir SAg di hadapan guru dan karyawan SD Muhamadiyah 3 Ikrom Wage Sidoarjo dalam program ‘Guru Berkultum’, Kamis (7/4/2022). 

Menurut Muhajir sebagai seorang guru sudah seharusnya memperhatikan hal-hal kecil yang ada di sekitarnya. Dia mencontohkan keberadaan sampah kertas dan plastik baik di lingkungan kelas atau di halaman sekolah. Termasuk pula kran air. 

“Sering kali melihat kran air mengucur, dan sering kali kita menganggapnya sepele, membiarkan kran air itu mengalir terus saja,” katanya.

Muhajir lalu menceritakan sebuah kisah tentang pemuda yang peduli dengan hal kecil dalam kehidupanya. Pemuda ini melamar menjadi calon pegawai di sebuah instansi. Ketika calon pegawai ini memasuki area kantor, dia melihat banyak hal yang tidak enak dipandang mata, tidak pada tempatnya dan menurutnya membahayakan orang lain. 

Kemudian pemuda itu melihat ada slot pintu yang masih menonjol dan keset yang tidak rapi, lalu dia merapikannya. Selanjutnya, calon pegawai ini masuk ke taman terbuka yang ada di kantor. Di taman ini ia melihat air mengalir sia-sia melalui selang. Lalu dia mencari ujung selang dan mematikan kran air tersebut.

Tidak berhenti sampai di situ. Dia masuk ke ruang tunggu tes. Dia melihat banyak lampu menyala padahal jam sudah menunjukkan pukul 10.00. Sinar matahari pun telah menyinarinya dengan cerah. Calon pegawai inipun kemudian mematikan lampu di ruangan itu karena menurutnya lampu tidak diperlukan lagi. 

Lulus Tes berkat CCTV

Setelah tes, banyak calon pegawai yang tidak diterima. Namun, pemuda ini dapat mengikuti tes wawancara dan langsung diterima menjadi pegawai di kantor tersebut. 

“Calon pegawai ini diterima karena setiap gerak-geriknya terekam CCTV. Bahkan dia mendapatkan ucapan selamat dari panitia,” ucap pria asal Lamongan ini. 

Muhajir mengatakan panitia sengaja memasang CCTV di setiap sudut dan menyalakannya untuk melihat kepedulian para calon pegawai atas hal-hal yang kecil. 

Dia pun menyimpulkan kepeduliaan terhadap hal-hal yang kecil itulah membawa keberuntungan bagi calon pegawai ini. 

“Panitia menganggap dengan sesuatu yang terkecil saja sangat peduli apa lagi dengan sesuatu yang besar,” katanya menyimpulkan 

Guru al-Islam ini mengajak pada peserta kegiatan ‘Guru Berkultum’ yang diadakan selama bulan Ramadhan (4-23/4/2022) untuk bersyukur melakukan sesuatu yang kecil dan berdampak besar. 

“Mari bersyukur terhadap setiap aktivitas kecil kita tapi berdampak besar bagi lingkungan,” tuturnya.

Dia menguraikan contoh kepedulian guru terhadap siswa dan orangtua melalui senyuman. Aktivitas kecil bernilai ibadah. “Senyum itu mudah, ringan dan sederhana, tapi berdampak besar. Senyum juga bernilai ibadah dan termasuk sedekah,” jelas guru dengan empat anak ini. 

Muhajir menjelaskan kebaikan sekecil apapun akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Maka, menurutnya jangan pernah meremehkannya apalagi di bulan Ramadhan. Kebaikan sekecil apapun akan dibalas oleh Allah sebagaimana firman Allah dalam al-Zalzalah ayat 7 yang berbunyi:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

Yang artinya: ”Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

Baca sambungan di halaman 2: Kisah Kecelakaan Putranya

Muhajir SAg memberikan tausiyah dalam acara guru berkultum di bulan Ramadhan El Mubarrak 1443 H. (Muhammad Nasikin/PWMU.CO)

Kisah Kecelakaan Putranya

Selanjutnya, Muhajir bercerita tentang pengalaman hidupnya. Sebuah peristiwa yang menimpa putra pertamanya. Kala itu telepon berdering tengah malam. Suara itu bukan suara anaknya tapi suara orang lain yang mengabarkan putranya mengalami kecelakaan tunggal di sekitar daerah City of Tomorrow Surabaya (Cito). 

Dia merasa khawatir dan gelisah terlebih jam dinding menunjukkan pukul 24.00 WIB. Dia bergegas menuju lokasi kecelakaan. Di lokasi kecelakaan, dia melihat putranya tergeletak di jalan dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya. Di samping putranya, ada seorang laki sebaya menyelamatkan dan memberikan pertolongan pertama kepada putranya serta mengantarkan sampai ke rumah. Tidak disangka, laki-laki tersebut ternyata siswa yang pernah dia ajar ketika di sekolah dasar (SD).

Dia bersyukur di keheningan malam itu, Allah mengirim seseorang untuk membantu menyelamatkan putranya dari kecelakaan tunggal tersebut. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi terhadap anaknya. Bisa jadi dia tergeletak di jalan tanpa ada orang yang menolongnya karena keadaan malam itu sangat sepi.

Dia menganggap ini adalah pertolongan Allah dan bisa jadi balasan kebaikan yang pernah dilakukan sebagai seorang guru. Dia peduli dan berbuat baik kepada orang lain (siswanya) sehingga orang lain juga peduli atau menolong anaknya di saat mengalami musibah. 

Muhajir lalu menyimpulkan setiap orang pasti pernah mengalami peristiwa penting dalam hidupnya. Tiba-tiba seseorang menawarkan pertolongan di saat keadaan genting. 

“Bisa jadi itu adalah balasan Allah atas apa yang pernah kita lakukan kepada orang lain,” ungkapnya. 

Dia lalu mengutip salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, dan at-Tirmidzi yang artinya: “Sesungguhnya Allah akan menolong hambaNya, selama hamba itu mau menolong saudara.”

Di akhir kultumnya, dia memotivasi kepada guru dan karyawan untuk tidak merasa berat memberikan pertolongan sekecil apapun itu.

“Mari terus berbuat baik, sekecil apapun. Allah akan membalas setiap kebaikan dengan pertolongan baik kepada kita atau keluarga kita,” katanya memotivasi seluruh peserta. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni/AS

Exit mobile version