Meneladani Akhlak Nabi sebelum Usia 40 Tahun

Meneladani akhlak Nabi Muhammad saw sebelum menginjak usia 40 tahun. Liputan Suparno, kontributor PWMU.CO asal Kabupaten Ngawi.
Fery Indra Pratama Al-‘Awiyi, pembicara kajian bersama moderator acara (Suparno/PWMU.CO)

Meneladani akhlak Nabi Muhammad saw sebelum menginjak usia 40 tahun. Liputan Suparno, kontributor PWMU.CO asal Kabupaten Ngawi.

PWMU.CO – Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) dan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, mengadakan kajian dan buka bersama di Masjid Markaz Tauhid SD Muhammadiyah Sine, Jumat (29/4/22).

Ketua PCPM Sine Agung Wasiat mengatakan, kegiatan tersebut menjadi yang pertama. “Ini untuk pertama kalinya diadakan pertemuan sekaligus kajian dan buka bersama, antara PCPM dan PCNA Kecamatan Sine, Ngawi,” ujarnya.

Dalam acara tersebut menghadirkan narasumber kajian, yakni Fery Indra Pratama Al-‘Awiyi, mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Dalam kajiannya, Fery Indra mengatakan, pemuda-pemudi merupakan sosok yang labil.

Hal tersebut, kata dia, dapat dilihat dari gampang terbawa arusnya para pemuda. “Ada teman yang seperti ini ikut seperti ini, dan ada yang seperti itu ikut juga seperti itu,” ungkapnya.

Meneladani Akhlak Nabi

Bagi Fery, sosok pemuda belum mempunyai kepribadian yang  terkontrol dengan baik. Jika ada temannya yang berbuat kurang baik kadang masih tergoda untuk berbuat yang tidak baik juga. 

“Rasulullah Muhammad saw adalah teladan yang baik dan benar. Sosok keteladanan yang harus kita contoh tingkah laku dan kepribadiannya. Walaupun Rasulullah menerima wahyu ketika berumur 40 tahun, tapi sebelum beliau berumur 40 tahun sudah punya sosok kepribaian yang baik berakhlak yang mulia terkenal jujur dan amanah,” jelasnya.

Bagaimana caranya agar dapat meneladani Rasulullah? Sebagai pimpinan di PCPM maupun PCNA, kita harus banyak mempelajari dan membaca sirah Nabawi. “Bisa mendengarkan melalui beragam kajian atau juga bisa lewat YouTube serta browsing dan lain-lain,” paparnya.

Menurut Fery, setiap orang mempunyai keahlian masing-masing. Dia lalu memberi contoh Muhammad Ilham Akbar, salah satu anggota PCPM Sine yang juga Pengurus Tapak Suci Ngawi, yang merupakan mahasiswa semester II kuliah kader prestasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

“Dia lolos masuk UMY karena prestasi di bidang Pencak Silat Tapak Suci. Peraih medali emas kejuaraan tingkat daerah dan provinsi, ini mulus diterima tanpa tes atas prestasinya,” ucapnya.

Ada juga Alvin Akmaludin, yang punya keahlian di bidang seni sehingga dipercaya mengiringi pentas seni saat Wisuda Santriwan dan Santriwati  SMA Trensains Sragen.

“Intinya, Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiah yang mempunyai potensi harus dikembangkan di bidang teknologi, perdagangan, memasak, desain grafis, dan lain-lain,” ungkapnya.

Berbuat Baik sebagai Kebiasaan

Fery juga berpesan, agar para pemuda tetap mempunyai kepribadian yang baik, berakhlakul karimah, bisa dicontoh, dan menjadi panutan bagi masyarakat.

“Dalam sebuah hadits disebutkan, ada tujuh golongan yang mendapat naungan-Nya pada hari, di mana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya. Yaitu Syabunnasyaa bi’ibadatillahi atau seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh,” tuturnya.

Pemuda, lanjut dia, harus punya kontrol diri yang baik, jangan kalah dengan godaan yang ada di sekitar kita. Terus beribadah berbuat baik apapun yang terjadi. Berbuat baik awalnya harus dipaksakan lalu menjadi sebuah kebiasaan.

“Jadilah apa saja, tetapi tetap menjadi pribadi yang baik bisa kontrol diri memilih yang terbaik apalagi sebagai Pemuda Muhammadiyah maupun di Nasyiah,” terangnya. Kajian ditutup dengan shalat maghrib berjamaah dan makan bersama.(*)

Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version