Nasyiah Hasilkan Karya Literasi sejak Indonesia Belum Merdeka

Pemateri Hj Uzlifah SS (kiri) dan moderator Fatma Hajar Islamiyah SPd. (Maftuchatus Saidah/PWMU.CO)

Nasyiah Hasilkan Karya Literasi sejak Indonesia Belum Merdeka; Liputan Kontibutor PWMU.CO Gresik Maftuchatus Saidah

PWMU.CO – Empat poin penting inspirasi dan strategi gerakan Nasyiatul Aisyiyah disampaikan Hj Uzlifah SS pada Resepsi Milad Ke-94 Nasyiatul Aisyiyah yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Gresik di lantai tiga Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Sabtu (30/7/22). 

Pertama, konsisten mengader. “Pengaderan pertama yang harus dilakukan yakni pengaderan basis keluarga, kemudian pengaderan berbasis amal usaha Muhamadiyah, hingga pengkaderan berbasis yang lainnya,” ungkapnya di hadapan 300 kader Nasyiah Gresik dan 150 anak-anak. 

Kedua, kreatif dan terbuka. “Nasyiah Gresik ini saya lihat selalu ada yang baru. Kreativitasnya sudah ada, hanya perlu ditingkatkan supaya Nasyiatul Aisyiyah Gresik bisa dikenal secara luas!” tuturnya. 

Dia mencontohkan, misal seragam baru yang di-launching pada acara ini. Meski dibuat hanya untuk anggota Nasyiah di Gresik, dia menyarankan agar seragam itu bisa dikenalkan di daerah. “Bahkan, bisa jadi dengan menggandeng organisasi otonom lain di luar. Saya yakin Nasyiah bisa lebih cantik,” ujar wanita kelahiran Lamongan 48 tahun yang lalu itu. 

Sebab, menurutnya, aktivitas Nasyiah tidak harus ada di amal usaha Muhammadiyah (AUM) saja. Baiknya, kata Uzlifah, kader-kader Nasyiah harus ada yang jadi politikus. 

“Politikus tidak harus jadi calon legeslatif, bahkan peran-peran lembaga sosial masyarakat (LSM) ataupun lembaga pemerintahan lainnya juga memiliki peran sangat penting untuk membawa kebijakan organisasi di dalamnya,” jelasnya. 

Baca sambungan di halaman 2: Perluas Ruang di Publik 

Hj Uzlifah SS (tengah) menerima sertifikat penghargaan pemateri (Maftuchatus Saidah/PWMU.CO)

Perluas Ruang di Publik 

Ketiga, perluas ruang Nasyiah di ruang publik. Istri Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Nugroho Hadi Kusuma itu mencontohkan seperti musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang). “Memang baiknya ada beberapa kader Nasyiah Gresik yang Ikut aktif di dalamnya,” imbuhnya. 

Supaya kebijakan Nasyiah bisa berpengaruh dalam kebijakan di sana, Nasyiah tidak boleh menjadi kader yang fanatik. “Namun harus bisa menjadi kader yang membaur atau berdiaspora di mana pun berada,” tambahnya. 

Maka, penting baginya untuk Nasyiah mulai menjadi kader kreatif dan membuka diri di masyarakat, kota, dan negara. “Karena masyarakat kita butuh akhlak yang didasari al-Quran dan as-Sunnah,” tegasnya. 

Keempat, teguh dan istikamah dalam dakwah. Dia menekankan, “Harus berpikir out of the box! Jangan pernah merasa besar dalam lingkungan sendiri. Kota Gresik ini membutuhkan pemikiran kita semua, mulai dari jajaran pimpinan daerah, pimpinan cabang, hingga pimpinan ranting Nasyiatul Aisyiyah!” 

Uzlifah juga menyampaikan, kalau ada undangan apapun di pemerintahan, jangan sampai kosong. “Jika ada acara pemkot, sebelum berangkat, siapkan konsepnya! Jangan hanya berangkat dengan kertas kosong,” ujarnya. 

Dia menuturkan, “Kalau kita sebagai kader Nasyiatul Aisyiyah yang ingin diperhatian di luar sana, maka speak up wheneverspeak up whereever! Supaya kita bisa speak up, maka kuncinya  dengan membaca. Karena dengan membaca itu mampu memberikan pemikiran yang kritis.” 

Baca sambungan di Halaman 3: Fatmawati Aktivis Nasyiah 

Pemateri Hj Uzlifah SS (kiri) dan moderator Fatma Hajar Islamiyah SPd. (Maftuchatus Saidah/PWMU.CO)

Fatmawati Aktivis Nasyiah 

Kata Uzlifah, Nasyiatul Aisyiyah itu embrionya dari Madrasah Muslimat. “Beberapa puluh tahun sebelum Indonesia merdeka, Nasyiatul Aisyiyah sudah menghasilkan literasi yang terekam jejaknya di Suara Aisyiyah,” ungkapnya. 

Padahal, di usia yang butuh perjuangan saat itu, Nasyiah di bawah bimbingan Nyai Walidah sudah bisa menghasilkan gerakan-gerakan yang luar biasa. “Fakta sejarah pun berkata bahwa sosok Ibu Fatmawati merupakan seorang aktivis Nasyiatul Aisyiyah yang merupakan organisasi otonom (ortom) dari Muhammadiyah di Bengkulu,” imbuhnya. 

Fatmawati aktif di NA sejak remaja, walaupun tidak menjadi ketua. Namun NA begitu berpengaruh pada jiwa, sikap, dan perilaku Fatmawati. Fatmawatilah yang mendorong proklamasi kemerdekaan. 

“Kebetulan suami pernah jalan-jalan di Bengkulu dan memang banyak situs-situs sejarah yang menjelaskan bahwanya keluarga Ir Soekarno merupakan pure aktivis dari organisasi Muhammadiyah,” ujarnya. 

Di penutup stadium general itu, Uzlifah mengutip an-Naml ayat 97. Artinya, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (*) 

Editor Mohammad Nurfatoni/SN

Exit mobile version