Sedih Rasanya Meninggalkan Tanah Suci

Jamaah Haji Kloter 31 SUB saat di ruang tunggu Bandara AMAA Madinah (Kemas Saiful Riza/PWMU.CO)

Sedih Rasanya Meninggalkan Tanah Suci; liputan Kemas Saiful Rizal, kontributor PWMU.CO baru saja pulang haji ke Tanah Air.

PWMU.CO – Ada rasa sedih dan haru saat akan meninggalkan Kota Suci Madinah al-Munawarah, Sabtu (6/8/2022). Selama 40 hari pelaksanaan rangkaian ibadah haji (32 hari di Mekah dan 8 hari di Madinah), banyak kisah dan cerita yang masih terekam kuat di benak saya. 

Saat-saat ketika shalat di Masjid al-Haram, thawaf mengelilingi Ka’bah, wukuf di Arafah, mabit Muzdalifah dan Mina, seakan masih berkelebat di depan mata. Juga kenangan saat beribadah di Masjid Nabawi, berziarah makam Nabi SAW, berdoa di Raudhah, dan mengunjungi tempat-tempat istimewa lainnya. 

Kini tiba saatnya saya beserta seluruh jamaah yang lain, khususnya Kloter 31 SUB, harus meninggalkan kenangan indah di dua Kota Suci itu melalui Bandara Internasional Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.

Pukul 12.30 WAS jamaah Kloter 31 SUB sebanyak 450 orang sudah harus check out dari hotel dan telah berada di bus sesuai nomor masing-masing. 

Karena sudah masuk waktu shalat Dhuhur, rombongan 7 dari KBIH Baitul Atiq Gresik melaksanakan shalat jamak takdim qasar Dhuhur dan Ashar di atas bus yang dipimpin Ustadz Anas Thohir, ketua rombongan.

Perjalanan menuju bandara hanya sekitar 30 menit. Sesampainya di pintu masuk bandara, setiap jamaah haji mendapatkan satu buah mushaf al-Qur’an agak besar ukuran 29×20 cm, yang dibagikan oleh petugas Arab Saudi. 

Baca sambungan di halaman 2: Sita Kelebihan Barang Bawaan

Jamaah Haji KBIH Baitul Atiq Gresik Asyik dlosor di ruang tunggu bandara AMAA Madinah. Sedih Rasanya Meninggalkan Tanah Suci (Kemas Saiful Rizal/PWMU.CO)

Sita Kelebihan Barang Bawaan

Sebelum memasuki ruang bandara, petugas haji asal Indonesia memeriksa barang bawaan jamaah. Bagi jamaah yang kelihatan membawa barang over weight (terlalu banyak), oleh petugas diminta untuk mengurangi barang bawaannya. 

Sesuai informasi di WA group kloter, jamaah hanya diperbolehkan membawa koper tenteng ke kabin, itupun dibatasi beratnya hanya 7 kg. Sedangkan informasi dari jamaah yang sudah berangkat lebih dahulu ke Tanah Air, jamaah masih bisa membawa satu tentengan di luar tas koper. Asalkan berbentuk tentengan tas kresek.

Walaupun terasa berat, jamaah yang membawa tentengan lebih dari satu kresek, terpaksa harus mengurangi barang bawaannya, termasuk barang bawaan saya dan istri. Saya terpaksa mengeluarkan beberapa barang bawaan seperti buah delima, susu cair kotak, dan minuman buah kotak dan lain-lain.

Selanjutnya para jamaah harus melewati pemeriksaan paspor dan pemeriksaan x-ray. Berbeda dengan pemeriksaan paspor saat kedatangan yang memakan waktu 15-30 menit, pemeriksaan paspor saat kepulangan ini tidak lebih dari lima menit. Petugasnya perempuan Arab dan relatif mampu berbahasa Indonesia. Terbukti dia memberikan instruksi sesekali dengan bahasa Indonesia.

Saat pemeriksaan x-ray, banyak jamaah yang kelihatan resah, jangan-jangan barang bawaannya, terutama air Zamzam tidak bisa lolos. Nyatanya semua barang bawaan jamaah, termasuk air Zamzam, bisa lolos semuanya. Kecuali barang-barang yang memang dilarang dibawa seperti gunting, pisau, dan sejenisnya.

Ternyata yang dilarang itu membawa air Zamzam di koper besar yang masuk bagasi pesawat. Air zamzam di koper besar milik istri dan seorang teman tidak luput diambil petugas.

Setelah pemeriksaan paspor dan x-ray, barulah para jamaah merasa lega seutuhnya. Mereka meluapkan kegembiraan sesama teman sambil bercerita berbagai ketegangan yang baru saja dialami.

Baca sambungan di halaman 3: Dlosor di Lantai, Hujan di Bandara

Hujan di Area Bandara AMAA Madinah, Sabtu (6/8/2022)

Dlosor di Lantai

Di ruang tunggu bandara Madinah yang nyaman itu, sebagian besar jamaah duduk di kursi. Sedangkan sebagian besar jamaah haji KBIH Baitul Atiq duduk dlosor di lantai, bahkan ada sebagian jamaah sambil tiduran di lantai.

Suatu waktu ada petugas perempuan bandara Madinah, yang meminta jamaah yang duduk di lantai untuk pindah ke kursi tunggu yang ada di depan, di belakang, atau di samping.

Sesungguhnya ruang tunggu di sana masih longgar. Hanya saja jamaah yang duduk di lantai bukan tidak tahu, tetapi sudah kadung nyaman dlosor di lantai. Sedangkan petugas bandara inginnya memuliakan jamaah haji, para tamu Allah.

Hujan di Bandara

Saat di ruang tunggu itu pula, kami menyaksikan secara langsung hujan di Kota Madinah untuk pertama kalinya. Hujan yang cukup lebat membasahi area Bandara AMAA Madinah. Meski Jum’at dini hari sebelumnya Kota  Madinah juga diguyur hujan, tetapi sebagian besar jamaah haji tidak melihatnya langsung. Hanya bekas-bekas hujan  terlihat nyata saat para jamaah akan melaksanakan sholat subuh di Masjid Nabawi.

Hal yang membuat saya terkesan di Bandara AMAA Madinah adalah banyak tempat sholat yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kondisinya cukup bersih dan rapi. Lokasinya selalu lengkapi toilet yang juga terpisah antara laki-laki dan perempuan.

Tepat pukul 19.30 WAS, pesawat Saudia, jenis Boeing B747-400 meninggalkan bandara AMAA Madinah menuju Bandara Juanda Surabaya. Pesawat mendarat mulus pada Ahad (7/8/2022) pukul 09.30 WIB. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version