Khutbah Arofah Kloter 81, Mengingatkan Makna Haji Sesungguhnya

Sebagian jamaah KBIH Baithul Athiq saat mabit di Muzdalifah. (Risya/PWMU.CO).
Sebagian jamaah KBIH Baithul Athiq saat mabit di Muzdalifah. (Risya/PWMU.CO).

PWMU.CO – Jamaah kloter 81 Embarkasi Surabaya selain jamaah KBIH Baitul Athiq, sebagian sudah berada di Arofah pada Sabtu (15/6/2024). Keberangkatannya dimulai sejak malam Sabtu pukul 22.00 WAS.

Tepat pukul 06.00 KBIH Baitul Athiq yang tiba lebih dulu di Mina, mulai berangkat juga ke Arofah dengan dua bus besar yang cukup untuk 45 jamaah per busnya. Kloter 81 menempati 2 kemah dengan ukuran 25M X 7M, meski semua jamaah berdesakan namun terlihat khusyuk menunggu khutbah Arofah 9 Dhulhijjah 1445 H. 

Sebagai ibadah puncak Haji yakni Arofah. Kegiatan di kemah tidak hanya dzikir dan munajat, namun sambil menunggu sholat Dzuhur Jama Qosor dengan Ashar. Kegiatan tersebut diawali oleh khutbah Arofah yang disampaikan oleh Kiyai Muthohhari Lutfi sebagai pembimbing Ibadah Kloter 81.

Luthfi sapaan akrabnya, menghimbau melalui khutbahnya untuk menata kembali niat Haji, jauhkah dari unsur-unsur kesombongan karena harta berlimpah, jabatan yang tinggi namun perlu diingat bahwa Haji adalah undangan dari Allah.

Muthohhar pun menghimbau bahwa jamaah perlu fokus pada kebaikan diri dalam berhaji.

“Maka sebagai tandanya haji mabrur adalah ketika kualitas diri lebih baik dari pada saat sebelum berangkat Haji,” tuturnya.

Suasana wukuf di Arofah, berdesakan di tenda Arofah namun khusyuk beribadah. (Zaki/PWMU.CO).

Khutbah Wukuf di Arofah kemudian ditutup dengan sholat Dhuhur dan ashar jama’ taqshir, yang diimami oleh ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gresik, Thoha Mahsun. Ketika ditanya terkait bagaimana perasaannya saat mengimami sholat di Arofah, Thoha merasa terharu.

“Jadi Imam itu berat, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, terharu terbawa rasa di tanah para Nabi,” ungkapnya.

Jamaah wukuf di Arofah bermunajat dan memanjatkan doa sampai mata hari terbenam. Luthfi bahkan mengingatkan kepada semua Jamaah untuk sudi berdizikir di luar kemah, dengan beralaskan tikar saat matahari sudah mulai terbenam dan digantikan gelapnya petang hingga malam.

Jamaah kloter 81 kemudian melaksanakan sholat Maghrib dan Isya jama Qoshor dan bersiap-siap di pintu masuk kemah maktab 29, untuk dijemput oleh bus bus yang mengarahkan jamaah ke Muzdalifah.

Tepat pukul 19.00, bus-bus Muzdalifah mengutamakan yang lansia datang untuk mengantarkan ke Muzdalifah secara Murur, artinya bus hanya lewat perlahan di area Musdalifah dan lanjut ke Mina.

“Karena haji tahun ini sangat memperhatikan para lansia, maka di Muzdalifah hanya lewat tidak sampai menginap, dan kebijakan Murur ini sudah dari kementrian Agama,” kata Thoha sapaan Ketua PDM Gresik.

Suasana wukuf di Arofah, berdesakan di tenda Arofah namun khusyuk beribadah. (Zaki/PWMU.CO).

Sedangkan yang bukan lansia maka bus akan mengantarkan jamaah mabit di Muzdalifah tepat pukul 22.00 WAS. Di Muzdalifah, jamaah akan mabit (menginap) sambil mencari krikil 70 butir untuk lontar jumroh di Mina selama hari-hari tasyrik.

Jamaah menginap sampai subuh tiba, dan sholat subuh berjamaah karena pukul 06.00 WAS pagi hari. 16 Juni bertepatan dengan 10 Dzulhijjah, jamaah Haji keseluruhannya akan kembali ke Mina untuk ibadah lempar Jumroh Aqobah kemudian tahallul.

Penulis: Zaki Abdul Wahid Editor: Amanat Solikah

Exit mobile version