Thaif Pabrik Minyak Wangi dan Kisah Dakwah Rasulullah

Foto bersama jamaah KBIH Baithul Athiq di Thaif depan pintu masjid Abdullah Bin Abbas RA (Rahim/PWMU.CO)

PWMU.COKBIH Baithul Athiq Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik untuk berkunjung dan wisata ke kota Thaif setelah keluar dari Trowongan King Khalid Bin Abdul Aziz Makkah, dua bus membawa 90 jamaah haji untuk napak tilas perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW di tanah Bani Tsaqif, Senin (24/6/2024).

Sebagai pemandu wisata Abdur Rahim menceritakan secuil sejarah. Bagaimana perjuangan Nabi Muhammad dengan sahabat Zaid Bin Haritsah berdakwah mengajak Bani Tsaqif untuk memeluk Agama Islam.

Nabi ketika itu berpikiran baik, siapa tahu masyarakat Thaif mau memeluk Islam karena di Makkah tekanan kebencian terhadap Islam makin kuat.

Ketika itu terjadi di tahun tiga belas kenabian. Rasulullah Muhammad pergi ke Kota Thaif, dengan berjalan kaki, karena kalau naik kendaraan unta atau kuda maka dicurigai oleh Quraish, yang selalu mengincar beliau.

“Coba bayangkan kita naik bus saja memakan waktu dua jam, bagaimana dengan Rasulullah, padahal jaraknya ada lebih dari 90-an kilometer,” ujar Rahim sapaan akrabnya.

Namun dakwah Rasulullah tidak semulus yang dibayangkan, bahkan dilempari batu dan dicaci maki, ditolak bahkan diusir.

Kisah dakwah Rasulullah dengan sahabat Zaid seakan terhenti sejenak saat Bus mulai memasuki kota Thaif.

Suasana Pabrik Minyak Wangi Mawar Rashed Ak Qurashi Thaif (Zaki/PWMU.CO)

Perjalanan

Perjalanan ke Thaif memang memakan waktu sekitar dua jam dari Makkah, dan perjalanan makin menanjak, perbukitan dan pepohonan pun makin terlihat lebat juga dengan rerumputan hijau, konon kota Thaif itu bercuaca dingin, tanahnya subur.

Rahim pun menyebutkan bahwa di Thaif itu banyak perkebunan buah-buahan, pertanian sayur, bunga mawar dan pepohonan kayu putih, namun untuk pohon kurma tidak tumbuh baik di daerah tersebut .

“Nanti kita akan menghampiri pabrik parfum mawar yang terkenal di Thaif,” saat Bus sudah mendekati daerah teduh di daerah pengunungn asri bernama Alhada.

Semua jamaah turun dan memasuki pabrik yang tersohor yang memiliki lebih dari 60 produk dari bunga mawar.

Pegunungan Alhada inilah kebun mawar terbaik saat tumbuh di musim semi. 55 hari bunga mulai dipetik, dimasukkan ke tas yang basah agar tidak layu.

Keramaian tempat membeli bibit minyak wangi Mawar pabrik Rashed Al Qurashi (Zaki/PWMU.CO)

Bunga mawar dibawa ke pabrik, mulai menghitung bunga mawar 150 mawar diletakkan di timbangan untuk ditampung di wadah pot.

Dalam 1 pot proses ada 4000 mawar yang masak sampai mendidih dan uap tersebut tergarap menjadi parfumnya.

Itulah video yang tersaji saat jamaah duduk di Auditorium pabrik minyak wangi yang bernama Rashed AlQurashi.

Melalui sajian video proses pembuatan Minyak Wangi inilah jamaah haji Baithul Athiq memiliki gambaran produksi wewangian khas Thaif.

Produknya ternyata tidak hanya minyak wangi, juga berbagai peralatan kecantikan. Contohnya seperti sabun, deodorant, lotion sampai kebutuhan rumah tangga seperti pewangi ruangan.

Masakan Thaif

Perjalanan lanjut ke agenda makan siang khas Arab terutama Thaif. Masakan Mandi Ayam menjadi favorit bagi seluruh jamaah haji yang wisata ke Thaif.

Berkumpul di rumah makan Kabsaat, untuk menikmati nasi Mandi Ayam, restoran yang menjadi jujukan para jamaah Indonesia ini terletak di Jalan Alhada Ring Road kota Thaif.

“Kita akan berpengalaman bagaimana memakan bersama satu nampan, per nampan empat orang satu ekor ayam,” kata salah satu jamaah Haji muda Fatimah Ezzat Alfitriyah.

Perjalanan berlanjut ke Masjid Abdullah Bin Abbas untuk sholat jama dhuhur dengan Ashar. Saat itupula Rahim tidak lupa melanjutkan kisah dakwah Rasul. Saat bus melewati masjid Al Ku’k tempat bersandarnya nabi Muhammad sesudah menerima perlakuan kasar dari Bani Tsaqif.

Di akhir perjalanan wisata, dua bus Mercedes Benz keluaran baru tersebut singgah di masjid Qarnul Manazil. Tempat Malaikat menghampiri Rasulullah untuk membantu jika rasul ingin balasan untuk Kaum Tsaqif yang lalim. Sekaligus tempat itu ternyata kini menjadi tempat Miqot untuk berganti kain ihram bagi yang mau berumroh Sunnah.

“Namun balasan dari Rasul saat Malaikat penjaga gunung bertanya, hanya berdoa pada Allah. Semoga kelak dari sulbi dan anak keturunan Bani Tsaqif menerima Dakwah Islam,” pungkas Rahim pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. (*)

Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Syahroni Nur Wachid

Exit mobile version