Angkatan Muda Muhammadiyah Harus Berbagi Peran

Para panelis diskusi panel keempat “Nilai Luhur Berbangsa dan Bernegara” di UMM Selasa (6/9/2022). Dari kiri: Muchlas Rowi (Komisaris Independen Jamkrindo), Saleh P. Daulay, moderator, Rita Pranawati, dan Fajar Riza Ul Haq (Dewan Pembina Maarif Institute) (Azhar Syahida/PWMU.CO)

Angkatan Muda Muhammadiyah Harus Berbagi Peran; Liputan Azhar Syahida, kontributor PWMU.CO Malang Raya.

PWMU.CO – Dalam konteks isu kebangsaan, angkatan muda Muhammadiyah (AMM) harus berbagi peran yang didasarkan pada spesialisasi bidang keahlian dan kegemaran masing-masing. Distribusi kader AMM yang semakin beragam di level nasional, akan semakin menguatkan posisi strategis Muhammadiyah.

Komisioner KPAI Rita Pranawati menyampaikan hal itu dalam Konsolidasi Kebangsaan Angkatan Muda Muhammadiyah “Indonesia Milik Bresama” pada sesi diskusi panel keempat yang membahas tema “Nilai Luhur Berbangsa dan Bernegara”, di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (6/9/2022).

Kegiatan yang digelar sejak Senin (5/9/2022) itu diikuti perwakilan Nasyiatul Aisyiah (NA), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Pemuda Muhammadiyah. 

Rita Pranawati mengatakan anak-anak muda Muhammadiyah harus menyiapkan skoci-skoci kecil yang bisa menjadi wadah kolaborasi kader Muhammadiyah. 

Menurutnya, AMM perlu mendorong kader-kader organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah untuk mengembangkan kapasitas diri di bidang yang ia sukai. Yang ingin meniti karir di dunia akademik, maka perlu mahir betul dalam bidang tersebut, begitu juga sebaliknya yang ingin terjun ke dunia politik, harus totalitas. 

“Misalnya, (di bidang akademik), ada beberapa kader dari Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute yang sedang menyiapkan studi ke luar negeri, juga di tempat lain demikian. Nah, ini harus kita dorong,” ujarnya.

Siuasana diskusi panel keempat “Nilai Luhur Berbangsa dan Bernegara” di UMM Selasa 6 September 2022. (Azhar Syahida/PWMU.CO)

Moral Saja Tak Cukup

Dewan Pembina Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq menambahkan, untuk mendistribusikan kader-kader Muhammadiyah ke posisi-posisi strategis di tingkat nasonal, tidak cukup hanya dengan membekali mereka perspektif moral yang sarat akan nilai-nilai keadaban unggul. Tetapi juga perlu membekali keterampilan atau wawasan politik.

Menurutnya, wawasan politik ini penting karena tidak bisa dimungkiri bahwa segala keputusan-keputusan strategis itu, pada level tertentu, melibatkan unsur-unsur politis. 

“Moral saja tidak cukup,” ucapnya.

Maka dari itu, lanjut dia, begitu penting kader-kader AMM di seluruh Indonesia mengidentifikasi keahlian atau spesialisasi masing-masing. Sebab, jangan sampai kader-kader yang mahir urusan politik, justru memperkeruh ortom. 

Menurut anggota DPR RI Fraksi PAN Saleh P. Daulay, kader-kader yang memiliki keterampilan politik, harus masuk ke dalam partai politik, belajar dan menempa diri di sana. 

“Lebih-lebih posisi kader Muhammadiyah di lingkungan partai politik itu sangat dibutuhkan untuk mengawal kepentingan-kepentingan strategis Muhammadiyah dan menguatkan jalur negosiasi dakwah Muhammadiyah di level nasional,” ungkapnya. 

Menurut dia, untuk menyadarkan pentingnya persoalan-persoalan politik ini, kader-kader Muhammadiyah memang harus benar-benar melek politik dan luwes bergaul dengan siapa saja. Tidak memandang golongan dan kelompok tertentu. 

“Dengan kata lain, kader Muhammadiyah perlu meluaskan radius pergaulan sejauh mungkin. Namun, semua ini harus didukung penuh oleh Muhammadiyah,” ujarnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version