Humor Pemersatu Umat ala Dubes Ukraina

Duta Besar Ukraina untuk RI HE Vasyl Hamianin menyampaikan komentar lucu pada peluncuran buku Guyon Maton: Lucu Bermutu ala Muhammadiyin di Aula Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (9/9/22). Humor Pemersatu Umat ala Dubes Ukraina. (TVMu)

Humor Pemersatu Umat ala Dubes Ukraina; Liputan Kontributor PWMU.CO  Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni

PWMU.CO – Duta Besar (Dubes) Ukraina untuk RI HE Vasyl Hamianin berkesempatan menyampaikan komentar lucu pada peluncuran buku Guyon Maton: Lucu Bermutu ala Muhammadiyin, Jumat (9/9/22). Buku ini ditulis Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd. 

Di awal, Vasyl Hamianin menyampaikan permohonan maaf karena belum bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. “Saya masih belajar,” ujarnya. 

Dia lantas memulai candaannya dengan mengatakan, “Saya kira, saya ada dua masalah di sini. Pertama, saya bukan orang Muslim. Kedua, saya tidak bisa bercanda. I don’t have the sense of humor.” 

Kemudian dia meralat karena menurutnya ada satu masalah lagi. Dia lantas menunjuk kakinya yang cidera. Saat naik ke panggung, dia memang tampak agak menyeret kaki kanannya. “Karena bermain badminton,” ungkapnya. 

“You see, sport can be not only good and useful but also dangerous. Especially people getting old like myself,” ujarnya membuat peserta tertawa. Menurutnya, bermain bulu tangkis tidak hanya bermanfaat tapi juga bisa berbahaya, terutama untuk pria seusianua. 

Dia pun menyatakan menyesal tidak mendengar saran teman baiknya untuk tidak bermain bulu tangkis. 

Setelah itu, Vasyl kembali menekankan dia tidak bisa bercanda. “Actually, I don’t have the sense of humor,” ujarnya. Meski dia mengaku demikian, tapi sejurus kemudian dia sukses membuat peserta tertawa karena candaannya. 

It’s bad. I will not be able to joke, especially in the present of so many Moslem people because I know it’s dangerous, too. (Ini buruk, saya tidak bisa melucu, terutama di tengah banyaknya umat Muslim karena sayatahu ini bahaya juga),” candanya. Peserta tak hanya bergelak tawa tapi juga sampai bertepuk tangan. 

If I get it wrong (kalau saya salah bicara),” lanjutnya, “Not only one (tidak hanya satu kakinya yang cidera), but hmm … (tapi kedua kakinya juga akan cidera),” ujarnya sambil menunjuk kaki lainnya. Abdul Mu’ti dan peserta lain pun gerr-gerran mendengarnya. Dia lantas menegaskan akan membahas hal lainnya, kali ini tampak serius. 

Humor Pemersatu 

Di hadapan peserta yang duduk santai lesehan itu, Vasyl Hamianin menyatakan bahagia. Dari kehadirannya di Indonesia yang baru sepuluh bulan ini, dia menemukan hal yang benar-benar baru baginya. 

Misal, orang-orang dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama biasanya menampilkan wajah serius, tidak tersenyum. Dia menegaskan untuk hal ini dia tidak sedang bercanda. Sebab, ekspresi serius itu dia temukan ketika mereka sedang beribadah. “Kiai-kiai no smiling, honestly it’s not a joke. Berdoa membaca Quran, shalat Subuh, dan lainnya,” ujarnya. 

Dari hal itu, dia menemukan tiga hal tentang orang Indonesia. Untuk yang ini, katanya dia sedang melucu, meski dia sendiri ragu apakah mereka akan tertawa dengan leluconnya ini. “Indonesia is about three things. It’s a joke. Don’t laugh because it’s a bad joke maybe,” tuturnya. 

Vasyl pun mengungkap ketiga hal itu. “Pertama, shalat. Kedua, berfoto. Ketiga, makan,” urainya langsung disambut tawa peserta. 

Menurutnya, memahami ketiga hal itu bisa bikin nyaman tinggal di Indonesia. “If you understand this three things, you will very nyaman di Indonesia!” tegasnya. 

Penemuan lainnya yang tidak dia duga, orang-orang di Indonesia sangat terbuka. Dengan keterbukaan itulah akhirnya mereka bisa memahami dan menerima suatu lelucon, terlepas dari latar belakang ekonomi maupun agama yang mereka anut. 

That’s why it doesn’t matter if you rich or poor, Moslem or Kristen doesn’t matter! You all come together, you say joke, you laugh,” imbuhnya. 

Dia menerangkan, di negaranya, ada banyak agama yang menurutnya sangat spesifik. Semua orang dari semua agama selalu berkomunikasi dan membuat lelucon tentang kelompok mereka sendiri. “Saya Kristen, saya tidak membuat lelucon orang Muslim, tidak! Hanya bercanda tentang Kristen,” ujarnya. Begitu pula di agama lainnya. 

Vasyl Hamianin akhirnya menarik kesimpulan, “Humor, laugh, and joke is something that unite people.” Maksudnya, humor, tawa, dan candaan bisa menyatukan orang-orang. 

Kesimpulan lainnya, kata dia, yang menarik dari Indonesia bukan dalam hal uang atau olahraganya, tapi dalam hal humor dan candaannya. 

Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dan para peserta peluncuran buku Guyon Maton: Lucu Bermutu ala Muhammadiyin tertawa berjamaah di Aula Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (9/9/22). Humor Pemersatu Umat ala Dubes Ukraina (TVMu)

Candaan ala Ukraina 

Dalam kesempatan itu, Vasyl Hamianin juga menceritakan joke atau candaan asal negaranya. Dia menegaskan, candaan ini tidak ada kaitannya dengan agama. 

Katanya, di Ukraina ada kegiatan berburu di hutan. Suatu ketika, pemburu berpengalaman menguji pemburu baru. “Dik, kalau kamu berjalan di hutan, kemudian bertemu serigala apa yang akan akan lakukan? You have no bullet (kamu tidak bawa pistol),” tanyanya. 

Si pemburu baru dengan ragu menjawab, mungkin melawannya langsung atau bersembunyi. Dua jawaban itu salah. Kata sang pemburu berpengalaman, serigala bisa menemukan dan memakannya. 

Remember this, wolf is very much afraid of wet trousers. So take off your trousers and use the wet trousers to hit the wolf on his face. It’s fine, he will run away,” tuturnya. 

Maksudnya, dia memberi tips melepas celana basah yang dia gunakan lalu mengibaskan ke arah wajah serigala itu. Sebab, serigala takut pada celana basah. Dengan begitu si serigala akan lari ketakutan. 

Si pemburu baru bertanya bingung, “Bagaimana jika tidak menemukan danau atau sungai untuk membasahi celananya?” 

Kata si pemburu berpengalaman, dia tak perlu khawatir. Karena saat dia melepas celananya, dia segera basah (karena mengompol ketakutan menemui serigala). Spontan peserta tertawa mendengar akhir lawakannya. 

Bukan Hari Sabtu 

Seseorang datang ke kiai (guru). Katanya, “Engkau sangat bijak. Apakah kamu pernah melihat keajaiban dalam hidupmu?” 

Sang guru mengiyakan sehingga orang itu menanyakan keajaiban apa yang pernah dia lihat. Gurunya menjawab, suatu saat dia menjalani hari seperti hari Sabtu. Hari di mana dia tidak melakukan apapun, tidak juga bekerja. 

Si guru mengatakan, “Kemudian aku berjalan dan menemukan tas berisi uang. Lalu aku mengatakan aku tidak bisa mengambilnya! Karena aku tidak melakukan apapun. Jadi apa yang aku lakukan?” 

“Saya berdoa, Tuhan, lakukan sesuatu. Kamu tahu, keajaiban terjadi! Setiap hari adalah hari Sabtu. Dan hari ini adalah hari Kamis,” candanya. He-he-he. 

Karena peserta tidak tertawa, dia menjelaskan, sebenarnya itu candaan Yahudi yang punya tradisi tidak melakukan apapun di hari Sabtu. “Because they can’t do anything on Saturday but we have this tradition,” terangnya. Bagi Yahudi, hari Sabtu adalah hari untuk beristirahat dari segala aktivitas. 

Sebelum menutup komentar lucunya, Vasyl Hamianin berpesan dengan serius. Dia terinspirasi dari film yang karakter utamanya sedih. Katanya, tokoh itu menunjukkan kesedihan kepada siapa pun. 

You know what’s your problem? You are too serious. The serious expression on your face does not represent wisdom, doesn’t mean you are wise. And the main crimes and the worst thing come into this world were committed by people with very serious expression on their face. That’s why, please smile, smile and smile!” tuturnya. 

Artinya, masalahnya ada di wajahnya yang terlalu serius. Wajah serius tak menunjukkan kebijaksanaan, pun bukan berarti dia orang yang bijak. Bahkan, hal buruk dan kejahatan di dunia ini biasanya dilakukan orang-orang yang ekspresinya serius. Untuk itu, Vasyl mengimbau mereka selalu tersenyum. 

Dia lantas mendoakan Abdul Mu’ti senantiasa diliputi kesuksesan. Dia juga memujinya. “Kiai Abdul, I wish you the success, really! You’re great, man! Thank you for inviting me!” ujarnya. 

Meski dia mengaku memahami sekitar 60 persen saja, tapi dia menyatakan sangat berusaha memahami lelucon yang disampaikan para tokoh dalam bahasa Indonesia siang itu. (*)

Exit mobile version