Di Masjid Al Hijrah Banyutengah, Ustadz dari Filipina Ini Sampaikan Unek-uneknya

Ustadz Muhammad Habib (kanan) didampingi penerjemah. Di Masjid Al Hijrah Banyutengah, Ustadz dari Filipina Ini Sampaikan Unek-uneknya (Anshori/PWMU.CO)

Di Masjid Al Hijrah Banyutengah, Ustadz dari Filipina Ini Sampaikan Unek-uneknya, Liputan Anshori, kontributir PWMU.CO Gresik.

PWMU.CO – Takmir Masjid Al Hijrah Desa Banyutengah, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur kedatangan tamu dari Filipina, Ahad (11/9/22). Rombongan berjumlah 10 orang ini dipimpin Muhammad Habib. 

Didapuk menjadi penceramah Pengajian Malam Seninan Masjid Al Hijrah, ia menyapa seluruh jamaah Masjid Al Hijrah. Dengan bantuan penerjemah ini, jamaah mengerti apa yang dia sampaikan. Mereka membawa penerjemah khusus yang tugasnya mengubah isi ceramah Ustadz Habib ke, sapaannya, ke dalam bahasa Indonesia.

“Tidak ada yang bisa kami berikan kepada Bapak Ibu semua, para jamaah. Hanya apa yang bisa kami sampaikan ini sebagai ta’awun kami pada tempat yang kami kunjungi,” ujarnya.

Berikut kutipan ceramah Muhammad Habib sesuai yang disampaikan penerjemah:

“Kami yang dari negara Filipina. Yang saat ini berada di depan Bapak, Ibu semua, terus terang masih merasa kurang percaya diri.

Kami mestinya harus belajar dari Bapak-Ibu semua. Bukan sebaliknya kami yang memberikan ceramah pada Bapak-Ibu.

Kami merasa iri hati dengan kondisi saudara seagama kami yang ada di Indonesia. Kegiatan keagamaan di tempat-tempat yang kami kunjungi di Indonesia, termasuk di sini (Banyutengah) sangat semarak.

Di sini, saya lihat hampir di semua tempat dan setiap kesempatan—dari anak yang muda hingga orangtua–sibuk dan penuh dengan kegiatan keagamaan.

Berbeda dengan kondisi di tempat kami. Di negara kami, Filipina, tidak seperti yang ada di Indonesia. Di sana, umat Islam kurang yakin, kurang percaya diri, atau tidak berani menunjukkan identitas atau keyakinan keislamannya.

Bahkan, pada satu kesempatan, ada satu keluarga, jelas-jelas kedua orang tuanya itu beragama Islam. Akan tetapi si anak, ketika ditanya tentang keyakinannya. Apa jawabnya?

‘Biarkan ayah dan ibuku Islam. Tapi aku bukan Islam.’ Hal itu terjadi di Mindanau.

Jadi bersyukurlah Bapak-Ibu semua. Kalian hidup dan tinggal di negara serta wilayah yang suasana keagamaan sangat mendukung.

Belum lagi cerita tentang makanan yang halal atau haram. Ngeri.

Sekali lagi bersyukurlah, saudaraku semua yang ada di Indonesia.”

Ketika ada jamaah Masjid Al Hijrah yang penasaran dan bertanya, “Ustadz apakah memang ada tekanan atau kebijakan politik terkait kondisi keagamaan di sana?”

Ustzad Habib, sapaannya, menjaba, “Tidak, negara atau pemerintah Filiphina tidak memperdulikan persoalan itu. Akan tetapi memang kondisi atau alam sosial serta budaya yang berkembang di masyarakat kami, di Mindanau, Filipina (begitu),” ujarnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version