Kiat Meningkatkan Daya Tarik TK/KB Aisyiyah

Mulyana, narasumber Workshop Kiat PPDB yang Inovatif di Lingkungan Amal Usaha Aisyiyah Kota Probolinggo, di Aula TK ‘Aisyiyah 1 Kota Probolinggo Jawa Timur, Ahad (24-25/9/2022). Kiat Meningkatkan Daya Tarik TK/KB Aisyiyah. (Izza El Mila/PWMU.CO)

Kiat Meningkatkan Daya Tarik TK/KB Aisyiyah; Liputan Izza El Mila, kontributor PWMU.CO Kota Probolinggo.

PWMU-CO – Motivator pendidikan Dr Mulyana AZ MSi membagi cara meningkatkan daya tarik TK/KB Aisyiyah.

Mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Surabaya itu menyampaikan kiatnya dalam Workshop Kiat PPDB yang Inovatif di Lingkungan amal usaha Aisyiyah (AUA) yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (25/9/2022).

Acara yang berlangsung sejak Sabtu (24/9/2022) ini dihadiri  41 perserta terdiri dari kepala sekolah 12 AUA dan guru yang bertugas menjadi tim penerimaan peserta didik baru (PPDB).

Mulyana memulai materi dengan bertanya pada peserta bernama Siti Rodiyah, “Menurut Ibu, apa kriteria sekolah yang diminati ?”

“Pelayanannya harus bagus, guru ramah,” jawab Yayak sapaan Kepala TK Aisyiyah 2 itu.

Pertanaayn kedua dialamatkan pada Hendriani Okvitasari, guru TK Aisyiyah 3. 

Dia pun menjawab begini, “Sekolah kami baru pindah. Jadi membutuhkan lebih banyak mainan untuk bisa meningkatkan pelayanan.”

Dua pertanyaan di atas menjadi pintu masuk Mulyono untuk menjelaskan materi ”Meningkatkan Daya Tarik TK/KB”.  Ada tiga strategi yang harus dibangun yaitu positioning,branding, dan differensiansi.

Positioning, merupakan aktivitas untuk merancang kegiatan pembelajaran sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Branding lebih menekankan unggulan sekolah untuk mudah dikenal masyarakat. Sedangkan differensiasi adalah upaya menyuguhkan pelayanan dan pembelajaran yang berbeda dengan lembaga lain,” terang Pak Mul, julukan para peserta pada Mulyana.

Menurut Mulyana, setiap orangtua akan berusaha menyekolahkan putra-putrinya ke lembaga pendidikan terbaik. Faktor keamanan, kenyamanan, dan program sekolah yang menarik menjadi hal penting untuk menjatuhkan pilihan mereka. 

“Kualitas sekolah, pelayanan, materi belajar, gedung sekolah yang indah, bersih, aman, nyaman, ruang kelas tertata rapi, para pengajar memiliki kreativitas dan inovasi yang terus berkembang,” ujarnya. 

Dia juga mengutip pernyataan Mentreri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, “Tes paling gampang dan sederhana, tanya saja anak-anaknya mau tidak pergi ke PAUD? Kalau dia semangat, berarti PAUD itu bagus. Karena yang paling penting di PAUD itu adalah menyenangkan.”

Materi pertama di hari kedua ini mendapat respon dari Aya Shopia, Kepala PAUD Aisyiyah Mentari yang juga Ketua Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) Jawa Timur. “Sebuah terobosan untuk mempertahankan eksistensi PAUD Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) di hari kedua,” ujarnya.

Analisis SWOT 

Sesi berikutnya dimanfaatkan untuk presentasi tiap lembaga atas analisi SWOT dan perencanaan PPDB tahun depan yang telah dikerjakan di hari pertama. Masing-masing lembaga diberi kesempatan untuk mengurai strenght (kekuatan), weakness (kelemahan), oppurtunities (peluang), dan threats (ancaman).

Dari 12 lembaga yang telah memaparkan perencanaan PPDB, TK Aisyiyah 6 mendapat perhatian khusus dari Pak Mul. Sedangkan untuk lembaga lain masih dalam posisi aman, tetapi tetap waspada agar bisa memberikan pelayanan yang maksimal.

“TK kami dekat kuburan Pak. Tempatnya masuk kampung. Orangtua murid tidak menghendaki adanya program makan siang di sekolah. Kami agak kesulitan mendapatkan murid,” curhat Fatmawati, guru TK Aisyiyah 6. 

“Ancaman tidak akan berarti jika sekolah memiliki positioning tinggi, branding dan melakukan differensiasi dengan bagus. Ketiganya harus dikuatkan oleh lembaga. Bagaimana caranya mengubah yang tidak menarik menjadi menarik. Itu tugas berat kepala sekolah dan guru, koordinasikan dengan PCA dan PCM,” jelas Mulyana.

Menurutnya strategi bertahan di tengah weakness (kelemahan) dan threats (ancaman) adalah inovasi tiada henti dan kreativitas dalam pembelajaran. “Jika kepala sekolah dan guru malas melakukan perubahan, maka yang terjadi sekolah akan terpuruk,” tegasnya.

Setelah mendapat penjelasan itu Fatma berjanji akan menindaklanjuti saran tersebut untuk berkomunikasi dengan PCA (Pimpinan Cabang Aisyiyah), Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), dan PDA Kota Probolinggo. 

“Agar bisa mengupayakan perpindahan sekolah ke jalan besar sehingga terlihat masyarakat. Kami tetap optimis dan akan bekerja keras untuk meningkatkan mutu sekolah,” ujarnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version