Tiga Fungsi Keluarga dalam Pandangan Muhammadiyah

Estu Rahayu saat mengisi pengajian. Tiga Fungsi Keluarga dalam Pandangan Muhammadiyah. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG) menggelar pengajian rutin bulanan untuk karyawan bertempat di Aula AR Fachruddin RSMG, Jumat (25/11/2022)

Pengajian dengan tema Fungsi Keluarga dalam Persyarikatan Muhammadiyah  disampaikan oleh Estu Rahayu SAg, guru Al Islam dan Kemuhammadiyahan SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik.

Menurut Estu Rahayu, fungsi keluarga di Persyarikatan Muhammadiyah sudah dirumuskan pada tahun 2000. “Dalam buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah atau dikenal PHIWM, keluarga Muhammadiyah adalah keluarga yang membawa misi rahmatan lilalamin, membawa rahmat bagi seluruh alam semesta,” jelasnya.

Hal itu, lanjutnya, sesuai dengan tujuan berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar berlandaskan Islam berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah sehingga terwujudnya masyarakat utama yang diridhai oleh Allah SWT.

Tempat Mensosialisasikan Nilai Islam

Estu melanjutkan, dalam pandangan Muhammadiyah, keluarga memiliki tiga fungsi. Pertama, tempat menyosialisasikan nilai dan norma Islam berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. “Sehingga, keluarga Muhammadiyah dituntut sebagai keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah,” ujar kontributor PWMU.CO itu.

Dia lalu mengukit Surat ar-Rum ayat 21, “Dan di antara tanfa-tanda (kebesaran)Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Ayat ini menerangkan bersatunya laki-laki dengan perempuan dalam ikatan perkawinan merupakan tanda kekuasaan Allah. “Perasaan tenteram atau litaskunu pada pasangan ini merupakan bukti bahwa Allah yang menggerakkan suami atau istri sebagai tambatan hati. Sehingga Allah memberi karunia sakinah mawadah warahmah,” jelas salah satu penulis buku Editor Killer itu.

“Sakinah merupan ketertarikan suami atau istri ketika melihat fisiknya. Maka bisa jadi, tertariknya suami karena melihat wajahnya, bibirnya, atau bahkan tahi lalat yang menempel di pipi sang istri saja,” urainya sambil diiringi tawa para karyawan RSMG yang mayoritas berseragam warna hijau segar itu.

Sedangkan mawadah, lanjutnya, adalah perasaan tenteram atau cinta ketika bertemu suami atau istri. “Seperti Rasulullah ketika pulang dari ber-khalwat di Gua Hira’ dan bertemu istrinya Khadijah binti Khuwailid. Lalu Khadijah menyelimuti Rasul sehingga merasa tenteram dan bertambah cintanya kepada istrinya,” ucapnya.

Lalu Rasulullah bercerita tentang apa yang dialaminya dan Khadjah menghibunya dengan mengatakan bahwa yang menemuinya itu adalah Namus, makhluk Allah seperti yang tertulis dalam Injil (al-Mudatsir ayat 1-5)

Sedangkan rahmah, menurut Estu, diartikan sebagai cinta dan kasih sayang yang semakin mendalam. Dapat pula diartikan semakin tua semakin cinta. Sebagaimana kisah Khadijah yang yang begitu ikhlas mengorbankan seluruh hartanya untuk dakwah Rasulullah. 

“Hingga akhir hidupnya, Khadijah tidak pernah meminta sesuatu pun dari Rasullah kecuali selembar surban yang dikenakannya. Itupun sebagai bagian dari kain kafan yang menutupi kakinya,” ujarnya.

Cintanya Rasulullah kepada Khadijah membuat istrinya yang kedua, Aisyah merasa cemburu meskipun Khadijah telah wafat. Hal itu karena Rasulullah masih sering menyebut-nyebut nama Khadijah dan membagikan makanan kepada teman-teman Khadijah.

Tempat Kaderisasi Muhammadiyah

Fungsi kedua keluarga sebagai tempat kaderisasi Muhammadiyah. Salah satu keberhasilan  Muhammadiyah mengembangkan amal usaha hingga ke luar negeri adalah karena peran keluarga Muhammadiyah. “Sesuai dengan filosofi mengapa ayat tentang pernikahan ini Allah letakkan pada Surat ar-Rum. Padahal surat itu banyak bercerita tentang peperangan dan kemenangan umat Islam beberapa tahun kemudian atas negara Romawi. Inna fii dzalika laayatin liqaumi yatafakkaruun. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” terangnya

Maksud Estu, keluarga Muhammadiyah dituntut memiliki tujuan, strategi, dan peluang kemenangan seperti halnya dalam sebuah peperangan. “Karena keluarga Muhammadiyah penyokong dan pilar keberlangsungan tujuan berdirinya Muhammadiyah. Yaitu terwujudnya masyarakat utama yang diridhai Allah SWT,” tandasnya.

Maka, sambung dia, KH Ahmad Dahlan berpesan kepada anak-anak Muhammadiyah, ‘Jadilah guru, dokter dan insinyur lalu kembalilah kepada Muhammadiyah.’ Sehingga Muhammadiyah masih eksis di usianya yang ke 110 tahun. “Bahkan semakin berkembang ke seluruh alam sebagai rahmatan lilalamin. Hal ini tidak lepas dari peran keluarga Muhammadiyah juga,” ujarnya.

Bagian dari Gerakan Jamaah

Ketiga, lanjutnya, keluarga sebagai bagian dari gerakan jamaah dan dakwah jamaah. Gerakan jamaah merupakan kelanjutan dari dakwah kepada diri sendiri dan keluarga. Jadi keluarga Muhammadiyah dituntut aktif dalam kegiatan Persyarikatan Muhammadiyah dan organisasi otonomi atau ortom dibawahnya. Seperti ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci, Hizbul Wathon dan sebagainya. 

Estu menegaskan, melalui organisasi inilah keluarga Muhammadiyah mengambil peran beramar makruf nahi mungkar secara berjamaah atau berorganisasi sesuai usia, jenjang, dan kapasitas masing-masing. 

Hal imi senada dengan Surat Ali Imran 104, “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang  yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version