Istri Gubernur Jabar Mendoakan Nasyiah Jadi Pemimpin Negeri

Istri Gubernur Jabar Athalia Praratya Kamil Mendoakan Nasyiah jadi pemimpin. (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

Istri Gubernur Jabar Mendoakan Nasyiah Jadi Pemimpin Negeri; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah dari Bandung, Editor Mohammad Nurfatoni.

PWMU.CO – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Jawa Barat Athalia Praratya Kamil SIP MIKom menjadi narasumber sesi Bincang Perempuan bertema ‘Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban’.

Kepada Bu Cinta, sapaannya, Moderator Lia Kharisma Saraswati langsung mengenalkan program Buana, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Nasyiatul Aisyiyah. “Salah satu produknya seperti kecap dari Kendal, sambal rujak dari Lamongan, batik dari Pekalongan, kopi NA dari Lampung,” urai Lia.

Dalam kesempatan itu, Lia juga mengungkap selain berkiprah di ranah ekonomi, Nasyiah juga ada yang berkiprah di ranah pendidikan, literasi, dan PKK.

Sebelum mengupas pemberdayaan ekonomi dan kewirausahaan bagi perempuan, Athalia bersyukur karena Nasyiah banyak yang sudah menggerakkan perekonomian di organisasi itu. Dia tak menyangka ternyata produk Buana luar biasa beragam.

“Saya sangat mengapresiasi itu. Saya bicara ini seperti mengajar berenang ke bebek. Sesungguhnya yunda-yunda ini lebih pintar dari saya,” terangnya.

Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi

Athalia menegaskan pemberdayaan ekonomi harus menjadi perhatian bersama. Untuk menyadarkan peserta akan hal ini, dia menayangkan fenomena pencurian di mushala yang umum terjadi di Indonesia. “Alasannya klise, faktor ekonomi. Kerap terjadi kriminalitas dipicu faktor ekonomi,” ungkapnya.

Ada pula fenomena ketimpangan gender. “Kemiskinan perempuan lebih tinggi di hampir semua daerah dibanding laki-laki. Pada masa pandemi perempuan paling terdampak,” ungkapnya.

Dia juga mengingatkan, banyak sosok perempuan berangkat kerja tapi tidak dibayar. “Pekerjaan rumah tangga bukan pekerjaan, karena tidak dibayar, padahal waktunya lebih banyak menyita dibandingkan pekerjaan lain,” imbuhnya.

Oleh karena itulah menurutnya penting mengukur apa yang bisa perempuan lakukan untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai seorang perempuan tapi juga bisa berkontribusi secara mandiri.

Ternyata faktor ekonomi juga bisa membentuk situasi tidak baik bagi masyarakat. Bahkan ada yang disuruh suaminya untuk menjual dirinya. Kenapa? “Karena tidak punya pengetahuan dan keterampilan, akhirnya cuma itu yang dia bisa lakukan, menjual dirinya,” tegasnya.

Faktor Penyebab

Athalia mengungkap itu terjadi karena ada cinderella complex. Faktanyaz anak perempuan berusia 14-15 tahun sudah dinikahkan. Sebulan lalu dia datang ke posyandu, di sana ada mobil layanan untuk ibu hamil dan KB. Ada bidan memeriksa ibu hamil yang dia kira kurang gizi, padahal ternyata ibu itu baru berusia 16 tahun dan sedang hamil anak kedua.

“Cinderella complex berarti anak perempuan seolah disiapkan untuk menunggu saja. Suatu saat ada pangeran berkuda ganteng yang akan melamarnya. Jadi si anak perempuan tidak punya kekuatan melakukan apa yang dia inginkan,” terangnya.

Padahal, tidak ada keinginan dalam dirinya ini yang paling berbahaya. Kalau ada keinginan tapi situasi tidak memungkinkan menurutnya itu lebih lumayan.

Ada pula faktor didorong keluarga. “Karena kebiasaan tradisi, dari pada … mending 14 tahun dinikahkan. Padahal itu memicu banyak hal. Mulai dari kasus stunting,” ungkapnya.

Selain itu juga karena lingkungan tidak memungkinkan perempuan lebih hebat dari laki-laki. “Itulah kenapa banyak perempuan yang berkelompok untuk saling menolong perempuan lain. Woman support woman. Karena dengan bersama perempuan lainnya kita bisa maju bersama-sama. Saling membantu,” jelas Ketua Dekranasda Jawa Barat itu.

Adapun saat pemerintah sudah memberikan ruang, perempuan kurang memanfaatkannya. Contohnya, “Legislatif kita seharusnya 30 persen diisi perempuan supaya dunia ini tidak terlalu laki-laki. Apa yang terjadi? Nggak pernah sampai. Paling banter ya 20 dari 100.”

Akhirnya perempuan yang akrab disapa Bu Cinta itu mendoakan, “Kita berdoa ya, mudah-mudahan 10 atau 100 teman-teman Nasyiatul Aisyiyah bisa menjadi pemimpin negeri ini!” (*)

Exit mobile version