Saat Ketum Nasyiah yang Dosen Fisika Bicara Energi Organisasi

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah periode 2022-2026 Ariati Dina Puspitasari MPd (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

Saat Ketum Nasyiah yang Dosen Fisika Bicara Energi Organisasi; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.

PWMU.CO – Termotivasi dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi yang telah menyampaikan energi dari sudut pandang Fisika, maka Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari MPd juga mengorelasikan energi dari yang telah dia pahami. Mengingat, saat ini dirinya aktif sebagai Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Ahmad Dahlan.

“Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Kalau tadi, Prof Haedar menyatakan, energi paling kuat untuk bisa menggerakkan adalah dengan tauhid yang dilandasi dengan keikhlasan kita dalam bekerja,” ujar Ari, sapaannya, pada Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk ‘Energi Baru Pascamuktamar’ yang digelar via Zoom maupun live streaming Tvmu, Jumat (9/12/2022) malam.

Ari menegaskan, setiap makhluk hidup tentu membutuhkan energi untuk bertahan hidup. “Muhammadiyah saya pikir juga membutuhkan energi ini. Maka tema malam hari ini energi pascamuktamar ini luar biasa. Karena ini menjaga bagaimana organisasi kita tetap bertahan hidup,” terang ibu dua anak itu.

Dengan apa organisasi bertahan hidup? Ari mengungkap ada beragam variabel dari energi. Seperti di energi kinetik ada variabel kecepatan. Dalam sebuah organisasi, juga tak lepas dari kecepatan bekerja. “Seberapa cepat, nanti memengaruhi besar energi yang dialami organisasi,” imbuh wanita kelahiran Semarang, 2 Mei 1986 ini.

Kemudian Ari ingat, energi terbesar di muka bumi ini matahari yang tidak pernah habis. “Barangkali ketika Muhammadiyah menggunakan simbol sang surya itu juga dimaknai ada harapan energi Muhammadiyah tidak akan pernah habis,” ujarnya, lantas menekankan, “Tapi dengan syarat, seperti Prof Haedar sampaikan, ada tauhid yang senantiasa menjadi ruh dalam langkah setiap anggota di Muhammadiyah.”

Menurut Ari, energi yang bisa menjadikan organisasi tetap hidup adalah bagaimana orang-orang di dalamnya tetap menjalankan khittah Anggaran Dasar organisasi. “Untuk para yunda, kita menggunakan AD/ART kita. Ada sistem perkaderan di Nasyiatul Aisyiyah. Ini kita gunakan agar organisasi kita nanti tetap hidup,” jelas alumnus S2 Pendidikan Sains UNY itu.

Sekretaris bidang Perempuan Anak Lansia dan Disabilitas ICMI Orwil DIY (2022-2027) itu mendoakan, “Dengan energi yang ada tadi, semoga bisa menjadikan malam ini energi baru untuk kita bersama-sama watawa saubil haq watawa saubil sabr.”

Malam itu, Ari menyampaikan materi bertema ‘Sengkuyung Bersama Lampaui Capaian’. Maknanya, bagaimana bisa menyangga (melakukan) bersama-sama. “Karena dengan melakukan bersama-sama, apa yang sudah ditetapkan di dalam keputusan Muktamar ini bisa kita capai,” tegasnya.

Bahkan dia optimis, capaian NA insyaallah bahkan bisa melampaui target. “Sengkuyung ini membutuhkan banyak elemen baik itu internal di Nasyiatul Aisyiyah maupun di Muhammadiyah,” imbuhnya.

Adapun dari MPKU dan MPI, kata Ari, insyaallah sudah siap bekerja sama dengan Nasyiatul Aisyiyah. “Saya yakin seluruh elemen di Muhammadiyah juga termasuk kemarin saat penutupan, Menko PMK juga siap berkolaborasi dengan kita,” lanjutnya.

Muqadimah dan Tujuan AD ART NA

Ari mengawali materinya dengan mengingatkan Muqodimah AD ART Nasyiatul Aisyiyah. “Bahwa sesungguhnya putri-putri Islam memiliki tanggung jawab terhadap agama, bangsa, dan negara untuk mewujudkan cita-cita umat Islam,” ungkap Wakil Bendahara LPCR PP Muhammadiyah pada 2010-2015 itu.

Ari mengatakan, cita-cita umat Islam sebagaimana kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr Apt Salmah Orbayinah MKes yang juga hadir dalam pengajian itu, ada dalam surat Saba ayat 15. “Yaitu baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Mewujudkan sebuah negara yang baik, adil, makmur, dan tentunya penuh dengan rahmat karunia dan pengampuan dari Allah,” ujarnya.

Agar dapat menunaikan kewajiban tersebut, lanjut Ari, putri-putri Islam hendaklah senantiasa terdidik akhlaknya, memuliakan agama, ikhlas bekerja karena Allah semata, dan senantiasa berjuang dengan gembira.

Dia kemudian bersyukur, apa yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi sebelumnya juga selaras dengan apa yang ada di dalam Anggaran Dasar Nasyiatul Aisyiyah. “Yaitu bagaimana kita bisa selalu belajar. Karena pendidikan itu hakikatnya adalah mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik,” terangnya.

“Ketika kita senantiasa belajar, terdidik, maka pasti akan ada perubahan pada akhlak. Ketika Nasyiatul Aisyiyah selalu mendidik dan terdidik, maka akhlaknya juga terdidik akhlak baik, selalu ikhlas bekerja karena Allah,” imbuh Sekretaris Departemen Kader PP NA 2012-2016 itu.

Adapun dalam Tujuan Nasyiatul Aisyiyah sesuai pasal 5 Anggaran Rumah Tangga (ART) NA, kata Ari juga diingatkan, “Terbentuknya putri Islam yang berarti bagi keluarga, bangsa, dan agama menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ini menjadi tujuan dan landasan ketika NA membuat sebuah Visi 1 Abad Nasyiatul Aisyiyah.”

Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Ahmad Dahlan itu mengingatkan, karena NA lahir tahun 1931, maka nanti di tahun 2031 ada visi harapan NA yang sudah diputuskan di Muktamar ke-13 di Yogyakarta. “Yakni Putri Islam yang progresif, bermartabat, mendunia dalam menggerakkan peradaban dan komunitas lokal,” ungkapnya.

Untuk mencapai visi ini, kata Ari, maka tim materi membuat sebuah capaian bertahap yang sudah disahkan di Muktamar ke-14 kemarin. “Mulai dari periode ke periode. Harapannya nanti bisa diwujudkan di 1 abad NA ini,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menjelaskan arah gerak dan indikator capaian Nasyiatul Aisyiyah periode 2022-2026, serta 14 Rekomendasi Perempuan Muda Islam Berkemajuan. (*)

Exit mobile version