Ponpes Al Ishlah Sendangagung Mengadakan Pelatihan Kaligrafi

Drs KH Muhammad Dawam Shaleh (kanan) menerima cinderamata Kaligrafi, Selasa (20/12/2022) (Imaduddin/PWMU.CO)

Ponpes Al Ishlah Sendangagung Mengadakan Pelatihan Kaligrafi, liputan kontributor PWMU.CO Lamongan Gondo Waloyo

PWMU.COPondok Pesantren Al Ishlah Sendangagung Paciran, Lamongan, Jawa Timur, mengadakan Pelatihan Kaligrafi atau Menulis Arab (Khat) di Gedung STIQSI lantai dua, Selasa (20/12/2022).

Acara ini dibuka oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah Drs KH Muhammad Dawam Shaleh, Ketua Yayasan H Ahmad Tohir, dan Kepala MA Al Ishlah. Sebagai tutorial Zainul Mujib MPd, Muhammad Ulil Azmi, dan M Wafi Akhyar. Semua berasal dari Sekolah Kaligrafi (SAKAL) Jombang dengan menggunakan Metode Kitaabah I’tiyaadiyah.

Pelatihan diperuntukkan guru Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustha (Madin), Madrasah Aliyah, dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Quran dan Sains Al Ishlah (STIQSI) Lamongan. Kegiatan ini diikuti 45 guru, terdiri dari 15 guru Madin dan MA Al Ishlah dan 30 mahasiswa STIQSI.

Dalam sambutan muqadimah, Dawam mengutip pernyataan salah seorang cendekiawan barat yang mengatakan bahasa paling indah di dunia adalah bahasa Arab, dan tulisan paling indah adalah tulisan Arab.

“Atas dasar inilah pentingnya menguasai bahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Bukan malah sebaliknya, menganggap segala sesuatu yang berbau Arab sebagai representasi dari Islam radikal dan tidak nasionalis (cinta tanah air),” jelas alumnus Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Gontor 1972 ini.

Suasana kegiatan pelatihan kaligrafi atau khat yang tidak menjemukan, Selasa (20/12/2022) (Imaduddin/PWMU.CO)

Metode Kitaabah I’tiyaadiyah

Zainul Mujib menjelaskan, metode kitaabah I’tiyaadiyah yaitu menulis khat Naskhi menggunakan pena biasa. Yang menarik dari metode baru ini adalah mengajarkan menulis huruf Arab tidak berdasarkan urutan huruf hijaiyah sebagaimana pada umumnya, dari alif ke ya’.

“Namun, berdasarkan arah jarum jam serta mengelompokkan huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk.”

Metode ini mengklasifikasikan huruf berdasarkan arah penulisannya. Pertama, kelompok huruf yang penulisannya searah jarum jam. Kedua, kelompok huruf berlawanan arah jarum jam. Ketiga, kelompok huruf vertikal, yang ditulis dari atas di bawah.

Kelompok pertama, huruf yang penulisannya searah dengan jarum jam. Dari atas kanan, ke bawah lalu ke kiri. Terdiri dari huruf: د ر، و، ب، هـ، ف، ن، ق، س، ص. Kelompok kedua, huruf-huruf yang ditulis berlawanan dengan arah jarum jam, atau ditulis dari kiri ke kanan, terdiri dari tiga huruf: ج ع، ى.

Sementara kelompok ketiga, huruf yang ditulis selain dengan arah jarum jam, melainkan secara vertikal dari atas ke bawah. Terdiri dari huruf-huruf berikut: ا، ك، ل، م، ط، لا. Metode ini membuat pemahaman dalam menulis huruf Arab menjadi lebih mudah karena dikelompokkan berdasarkan karakteristik kepenulisannya.

Ketua Panitia Agus Susilo mengatakan pelatihan diikuti dengan antusiasme yang tinggi dan meskipun serius sesekali ada gelak tawa tingkah guru yang biasa mengajar kini harus belajar menulis Arab dari dasar.

“Acara penutupan pelatihan yang akan diadakan pada 28 Desember 2022. Setelah itu, dibagikan sanad (baca: sertifikat) bagi peserta yang telah menyelesaikan materi pelatihan.”

Sanad ini semacam ijazah atau legalitas yang menunjukan peseta telah belajar khat kepada guru yang kompeten hingga bersambung kepada pencetus metode Kitâbah I’tiyidiyah, yaitu seorang kaligrafer berkebangsaan Maroko Bernama Syekh Belaid Hamidi.

Imaduddin salah satu peserta menuturkan, tutornya asyik dan ramah. Meski acara ini lama tapi tidak menjemukan. “Serius tapi ada banyak canda dan tawa,” kesan Wakil Kepala Madrasah Bagian sarana prasarana ini. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version