Keluputan Jadi Ajang Silaturahmi Kontributor Lamongan

Fathurrahim Syuhadi dan istri bersama keluarga penulis, Selasa (26/4/2023). (Husni Muzakk Aisyii/PWMU.CO.)

Keluputan Jadi Ajang Silaturahmi Kontributor Lamongan; Oleh Gondo Waloyo

PWMU.CO – Tradisi keluputan atau berkunjung ke rumah sanak keluarga, guru, teman, dan tetangga adalah kegiatan rutin tahunan yang dilakukan sebagian besar umat Islam Indonesia dalam rangka bersilaturahmi dan saling memaafkan pasca-Ramadhan atau awal bulan Syawal.

Keluputan juga lekat sekali dengan tradisi warga Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Keluputan dari asal kata luput (salah) adalah kegiatan saling memaafkan kesalahan dan sering juga dijadikan ajang berkumpulnya keluarga atau teman (reuni) yang selama ini terpisahkan.

Pada umumnya momen ini dimanfaatkan junior ke rumah senior atau yang muda ke yang lebih tua. Tetapi hal tidak berlaku bagi Fathurrahim Syuhadi, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan yang justru berkunjung ke rumah saya di Sendangagung, Selasa (26/4/2023).

Hal itu tentu membuat kami dan berucap terima kasih atas kunjungan penulis buku sejarah ini. Dalam kesempatan ini, saya banyak belajar dari Mas Rahim, sapaan akrabnya, kiat menjadi penulis sukses. Mas Rahim, seperti saya, adalah kontributor PWMU.CO.

Mas Rahim banyak memuji tentang makanan khas Sendangagung yang enak dan istimewa bila disuguhkan. 

“Jajanan khas Sendang itu mesti uwenak dan super. Jenang dodolnya, bugis atau lemet, ketan salak, dan lain lain,” kata salah satu penulis buku Tumbuh Mekar di Bumi Lamongan Sejarah Pergerakan Muhammadiyah Lamongan 1936-2022 ini.

Kunjungan diakhiri dengan harapan terus terjalin silaturahmi antarkontributor PWMU CO di Kabupaten Lamongan ini. “Tetap semangat dalam tulis-menulis,” pesannya.

Sebelum pamit pulang Mas Rahim tak lupa minta diabadikan dengan foto bersama di ruang tamu seraya memanggil Husni Muzakki Aisyi, anak kedua saya. 

“Adik tolong fotokan, semoga adik jadi wartawan kayak ayahnya,” kata pria asli Payaman itu. 

Dyah Isnaini, istri saya yang guru di MA Al Ishlah Sendangagung 

pun membalas, ‘Semoga sukses seperti Panjenengan.”.

Usai Mas Rahim pulang Dyah berujar, “Pimpinan Muhammadiyah itu sopan dan andap asorya.”

Penulis bersama Alfain Jalaluddin Ramadlan (kiri). Keluputan Jadi Ajang Silaturahmi Kontributor Lamongan (Husni Muzakki Aisyi/PWMU.CO)

Tukar Pikiran soal Ponpes

Di tempat yang sama, di waktu yang beda, Kamis (27/4/2023), Alfain Jalaluddin Ramadlan juga hadir untuk keluputan di rumah saya. 

Kesempatan itu kami gunakan untuk saling tukar informasi terkait dengan Ponpes Al Ishlah Sendangagung dan Ponpes Al Mizan Lamongan. Kami saling berbagi info terkait dua ponpes besar di Kabupaten Lamongan itu.

Saya bercerita tentang Ponpes Al Ishlah Sendangagung dan peran mahasiswa STIQSI. Sedangkan Alfain bercerita tentang Ponpes Al Mizan Lamongan dan seputar persoalan manajemen kepondokannya.

“Saya pingin tahu bagaimana pengelolaan pesantren Al Ishlah,” kata mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lamongan yang juga kontributor PWMU.CO itu. 

“Saya adalah pengagum Mas Alfain yang muda yang sudah banyak karya,” jawab saya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version