Drama Kolasal SMK Muda Tampil Apik di Musycab Benjeng

Pemain Drama Kolosal Perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam acara Mustcab (Istimewa/PWMU.CO)

Drama Kolasal SMK Muda Tampil Apik di Musycab Benjeng, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Syuhud Immawan

PWMU.CO – Musyawarah Cabang (Musycab) IV Muhammadiyah-Aisyiyah Benjeng yang digelar di SMK Muhammadiyah 2 Benjeng yang dihadiri Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani sukses dilaksanakan, Ahad (4/6/2023).

Dalam Musycab tersebut, siswa SMK Muhammadiyah 2 (SMK Muda) Benjeng turut andil dalam menyukseskan acara. Mulai dari paduan suara, pementasan drama kolosal, hingga support kepada tim kepanitiaan Musycab.

Ada Aldy Nurrosyah (Aldy) dan Lailatul Maghfiroh (Vira) bertugas sebagai pembawa acara utama pembukaan Musycab. Tampil kepercayaan diri dan diimbangi dengan busana elegan, mereka menyampaikan urutan acara dalam 3 bahasa yakni Bahasa Indonesia dan Inggris dengan lancar.

“Meskipun agak grogi di awal-awal karena dihadiri oleh Bapak Bupati dan ribuan hadirin, tapi pada akhirnya bisa segera menyesuaikan diri. Alhamdulillah bisa melaksanakan tugas dengan baik,” ujar Aldy Nurrosyah singkat.

Sementara Lailatul Maghfiroh menyampaikan kelegaannya di akhir acara. “Lega rasanya bisa melaksanakan tugas berat ini karena persiapannya sangat singkat, untungnya selalu didampingi guru pembimbing yang sabar,” ungkapnya sambil tersenyum simpul.

Surya Nada Choir

Dalam acara ini, paduan suara SMK Muda Benjeng tampil yang berkolaborasi dengan siswi kelas VII dan VIII SMP Muhammadiyah 8 Benjeng. Ada 25 siswa yang menyanyikan lagu dengan penuh gegap gempita meramaikan acara.

Pembina Paduan Suara Makrufah SPd mengungkapkan kegembiraanya tatkala siswa tersebut bisa memberikan penampilan terbaiknya.

“Sangat senang sekali menyaksikan mereka tampil dengan serempak sesuai dengan latihan yang telah mereka jalani selama satu bulan ini, mudah-mudahan bisa ditingkatkan lagi ke depannya,” ujarnya bersemangat.

Dalam Musycab ini juga tampil Drama Kolosal Perjuangan KH Ahmad Dahlan. Guru Pembimbing Drama Ulfi Febriana Wati SPd menuturkan tim drama berhasil tampil menawan.

“Mereka mementasakan drama dengan judul Nafas Islam dalam Balutan Muhammadiyah. Drama ini menceritakan perjuangan dan tantangan yang dihadapi KH Ahmad Dahlan sebelum berdirinya Muhammadiyah.”

Diawali dengan adegan yang menggambarkan keadaan umat Islam waktu itu yang masih kental dengan tahayul, hingga perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan arah kiblat di Masjid Gede yang banyak mengalami hadangan dari takmir masjid di sekitar Kauman waktu itu.

Hal yang mengharukan terjadi ketika siswa tersebut menampilkan adegan perobohan Langgar Kidoel yang menjadi pusat dakwah KH Ahmad Dahlan oleh pihak-pihak yang menentang gagasan pendiri Muhammadiyah itu.

“Tidak sedikit dari hadirin yang menitikkan air mata ketika adegan tersebut dimainkan di atas panggung Musycab.”

Penampilan mereka, lanjutnya, sungguh sangat terkesan melihat pementasan kali ini karena proses latihan anak-anak ini sungguh tidak mudah. Di awal-awal mereka latihan seadanya, bahkan sampai H-7 mereka belum menunjukkan kemajuan yang signifikan.

“Tapi akhirnya mereka mampu menampilkan secara gemilang di atas panggung hari ini,” ujarnya.

Selain penampil dalam ajang besar ini, banyak juga siswa yang turut membantu di balik layar penyelenggaraan Musycab ke-10 ini. Siswa yang tergabung dalam Sispala Muda tampak membantu keamanan parkir kendaraan para musyawirin.

Selain itu, siswa HW juga terlihat aktif membantu beberapa titik di luar area utama Musycab. Beberapa siswa lain juga terlibat membantu Panitia Inti dalam menyiapkan tempat acara bersama santri Pondok Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah Benjeng.

Setelah acara pembukaan ini selesai, pihak sekolah menyampaikan apresiasinya terhadap semua siswa yang terlibat dalam acara lima tahunan ini.

“Saya sangat berterimakasih kepada semua siswa, guru dan karyawan yang terlibat dalam rangkaian kegiatan Musycab Muhammadiyah dan Aisyiyah ini,” kata Kepala SMK Muda Benjeng Syuhud Immawan.

Mudah-mudahan, harapnya, jerih payah dan pengalaman yang didapatkan ini bisa menjadi kenangan yang berkesan di masa yang akan datang dalam pengabdian diri kepada persyarikatan.

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version