Filosofi Lebah sebagai Strategi Kepemimpinan

Peserta Rakerpimwil PWA Jatim berfoto bersama. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Filosofi lebah dalam strategi kepemimpinan mencuat dalam Rapat Kerja Pimpinan I Tingkat Wilayah (Rakerpimwil) Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur di Aisyiyah Training Center (ATC) Pasuruan, Sabtu-Ahad (22-23/9/2023). 

Kali ini mengusung tema ‘Implementasi Kepemimpinan Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa’. Masing-masing ketua, sekretarism dan bendahara 19 Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) se-Jatim mengikutinya. 

Yakni Malang Raya yang meliputi PDA Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kota Blitar, dan Kabupaten Blitar. Ada pula Kediri Raya yang mencakup PDA Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung. 

Juga Madiun Raya terdiri dari Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ponorogo. Selain itu, ada Bojonegoro Raya, terdiri dari PDA Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Lamongan. 

Dra Rukmini Amar MAP, Ketua PWA Jawa Timur (Jatim) dalam sambutannya menjelaskan kepemimpinan profektif Rasulullah SAW dengan sifat-sifatnya diambil dari al-Quran surat Ali Imran 159-160. “Kepemimpinan profetik ini sebagai proses manajemen yang berorientasi pada human relation (hablum minannas) terkait dengan konsep diri mentauhidkan Allah secara konsisten,’” jelasnya. 

Persoalan Kepemimpinan 

Rukmini menambahkan, implementasi kepemimpinan profetik ialah mampu melihat orang lain berdasarkan pemahaman manusia itu multikompleks. “Oleh karena itu, sebagai pemimpin harus mampu menyebarluaskan rahmat Allah dalam kepemimpinan profetik sebagaimana surat Ali Imran 159,” imbuhnya. 

Kata Rukmini, ada tiga persoalan kepemimpinan pada umumnya. Yaitu komitmen, kompetensi, dan integritas. 

Pertama, persoalan komitmen. “Seringkali pimpinan lupa pada tujuan organisasi yang telah menjadi pilihannya. Muhammadiyah itu tujuan besarnya menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam agar terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” jelasnya 

Kedua, persoalan kompetensi. Rukmini menegaskan, pimpinan harus memahami landasan teologis tata kelola organisasi dan amal usaha dalam buku-buku panduan yang semuanya bersumber dari agama Islam yaitu al-Quran dan al-Hadist. 

Ketiga, persoalan integritas. Menurutnya, pribadi pimpinan hendaknya mempunyai integritas akhlak yang kuat. “Pimpinan bukanlah pengurus yang hanya mencatat dan membuat kegiatan! Pimpinan harus mampu menjadi uswah sekaligus qudwah. Pemimpin haruslah menjadi teladan dan mempunyai kemampuan menggerakkan umat hingga tingkat ranting,” tutur Rukmini.

Baca sambungan di halaman 2: Strategi Perang Uhud

Peserta Rakerpimwil PWA Jatim berfoto bersama. Filosofi Lebah sebagai Strategi Kepemimpinan (Istimewa/PWMU.CO)

Strategi Perang Uhud 

Dalam kegiatan itu, Rukmini berharap, cara pandang ketua, sekretaris, dan bendahara seperti halnya cara pandang Rasulullah terkait sejarah Perang Uhud. “Jadi tiga bintangnya Rasulullah: sahabat Abu Bakar dan sahabat Umar.Beliau berpikir matang dengan strateginya sampai ada kelompok memanah,” kisahnya. 

Dia menekankan, ketua, sekretaris, dan bendahara itu satu kesatuan yang tak terpisahkan ketika merumuskan segala sesuatu.

“Ketua bertugas untuk berpikir dan berkomunikasi. Sekretaris bertugas mencatat pemikiran ketua yang telah dikomunikasikan,” jelasnya. 

Sedangkan bendahara bertugas memikirkan anggaran dan sumber dana untuk melaksanakan tugas organisasi, tidak hanya mencatat keluar masuknya uang. Lebih dari itu, sambung Rukmini, bendahara bertugas mulia menggali sumber dana untuk kegiatan organisasi. 

Keselarasan ketiganya dalam kepemimpinan yang kolektif kolegial mengacu kepada kepemimpinan profetik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW melalui musyawarah. “Musyawarah adalah ruh penting di dalam organisasi. Musyawarah berasal dari kata syawara yang artinya mengeluarkan madu dari sarang lebah,” jelasnya. 

Sarang Lebah 

Rukmini menerangkan, mengambil madu dari sarang lebah diperlukan skill (keterampilan) dan strategi jitu supaya tidak disengat lebah. Padahal, sambungnya, lebah itu makhluk Allah yang sangat disiplin dan mampu bekerja sama dalam tim d solid. 

“Madu manis dan lezat yang dihasilkan bersumber dari sari bunga pilihan. Proses mendapatkannya pun sangat makruf dan tidak menimbulkan kerusakan yang tidak akan membuat ranting yang kecil dan kering akan patah,” lanjutnya. 

Dari lebah itu, Rukmini mengajak peserta belajar menjadi pemimpin itu harus mampu membuahkan hasil manis. “Dengan proses yang makruf melalui kebersamaan dan kerja sama yang harmonis berdasarkan musyawarah,” tuturnya. 

Sebagai pemimpin, kata Rukmini, juga harus mampu menjadi pawang. “Sebagaimana pawang lebah memanen madu dari sarangnya dengan mengerahkan skill terbaiknya dan strategi terjitu sehingga berhasil memanen manisnya madu tanpa tersengat dan tersakiti ” ungkapnya. 

Rulli Narulita dari PDA Kota Malang menyampaikan pandangannya setelah mengikuti kegiatan Rakerpimwil I di Aisyiyah Training Center (ATC) dua hari ini. “Alhamdulillah acara berjalan lancar dan cukup berkesan,” ungkapnya. 

Dia lantas menerangkan, “Komunikasi dan konsolidasi harus dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi di tubuh Pimpinan Harian supaya dapat menjalankan kegiatan organisasi dengan sebaik-baiknya.” 

Sejalan dengan Rulli, dr Wasingah Mkes dari PDA Kota Blitar mempunyai catatan tak kalah menarik. “Alhamdulillah bersyukur dengan adanya Rakerpimwil ini. Sangat menjawab kegelisahan dan kebutuhan kami di daerah,” ujarnya. 

Dengan ini, lanjutnya, pihaknya mempunyai gambaran utuh bagaimanan kepemimpinan Aisyiyah ini mereka jalankan ke depan sebagai Pimpinan Harian bersama sekretaris dan bendahara. Wasingah memaparkannya disela-sela diskusi bersama salah satu unsur Pimpinan Aisyiyah Jawa Timur Sri Lestari. 

Rakerpimwil digelar dalam dua angkatan. Angkatan kedua akan berlangsung Sabtu-Ahad (7-8/9/2023).  

Penulis Nurul Hidayah Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version