Membangun Organisasi Profesional Guru Muhammadiyah

Prof Dr Ir Imam Robandi MT

Membangun Organisasi Profesional Guru Muhammadiyah; Kolom oleh Imam Robandi; Pemerhati Kemasyarakatan

PWMU.CO – Gagasan ini sangat perlu untuk dihangatkan kembali, karena pernah menjadi obrolan ringan sambil makan siang di tengah-tengah Rakernas Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2012.  

Peran guru Muhammadiyah adalah sangat sentral dalam menjaga pertumbuhan Muhammadiyah, sehingga guru Muhammadiyah membutuhkan wadah sangat strategis di tengah-tengah masyarakat. 

Guru Muhammadiyah (GM) berbeda dengan guru sekolah Muhammadiyah (GSM). Ibarat seperti guru Islam dan guru sekolah Islam. GM adalah siapa saja yang warga (anggota) Muhammadiyah yang menjadi guru, menjadi guru di mana saja. Dapat menjadi guru di sekolah Muhammadiyah atau di luar sekolah Muhammadiyah. Ini adalah guru Muhammadiyah. GM belum pernah diidentifikasi dan tentu jumlahnya sangat besar, entah menyebar di mana saja. 

“Jika gagasan pembentukan organisasi ini terwujud, maka guru Muhammadiyah secara tidak langsung akan mempengaruhi atmosfir akademika di sekolah-sekolah Muhammadiyah secara umum.”

Organisasi Profesional

Guru adalah pekerjaan profesional, sehingga GM memerlukan organisasi yang kuat sebagai wadah profesional. Ini era modern, sehingga profesionalisme menjadi andalan utama di setiap lembaga sekolah.

Organisasi profesional GM harus dibangun sebagai wadah pengembangan diri dalam pengabdiannya di Muhammadiyah dan juga untuk kepentingan bangsa. Jika ini dapat dibangun, maka dinamika profesionalisme GM dapat melejit dan dapat diharapkan manfaatnya secara signifikan.

Hal ini juga akan sangat menguntungkan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah yang sudah mengakar sampai pelosok di Tanah Air. Organisasi profesional juga sebagai sarana saling bersilaturahmi,  bertukar pengalaman secara mandiri, dan membangun diri. 

Ini menjadi sangat penting karena warga Muhammadiyah banyak yang menjadi guru di luar sekolah Muhammadiyah dan jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang menjadi guru di sekolah Muhammadiyah. 

Di samping itu, guru-guru sekolah Muhammadiyah tidak menjadi eksklusif seperti selama ini, yang sebagian besar hanya saling mengenal sesama guru sekolah Muhammadiyah. . 

Baca sambungan di halaman 2: Posisi Wadah Guru Muhammadiyah

Prof Dr Ir Imam Robandi MT

Posisi Wadah Guru Muhammadiyah

Perlu diingat, yang kita gagas di sini adalah organisasi guru (guru Muhammadiyah), bukan organisasi kepala sekolah. Ini menjadi sangat krusial dan harus dimaknai secara jernih, karena banyak terjadi dalam pembentukan organisasi guru, tetapi yang menjadi pengurusnya adalah para kepala sekolah.

Kita dapat membayangkan jika ada organisasi dosen, tetapi pengurusnya adalah para rektor, atau jika ada organisasi para camat, tetapi pengurusnya adalah para bupati, organisasi guru tetapi pengurusnya adalah kepala sekolah, dan tentu akal sehat mana pun tidak akan membenarkan. 

Posisi guru dan kepala sekolah berbeda. Guru adalah bawahan dari kepala sekolah dan kepala sekolah adalah manajer sekolah yang mengurus para guru. Kepentingan guru sangat berbeda dengan kepentingan kepala sekolah, bahkan berhadapan sisi dalam banyak hal, seperti generator dan beban dalam sistem kelistrikan. 

Ini menjadi tidak masuk dalam nalar sehat jika kepentingan guru disulap menjadi kepentingan kepala sekolah. Di sini posisi guru sebagai pribadi profesional yang tidak dapat diganti oleh siapa pun. Jika dalam hal ini ada kepala sekolah yang ingin berorganisasi, maka juga dapat mendirikan Ikatan Kepala Sekolah Muhammadiyah, Ikasamu misalnya, daripada mendompleng ke organisasi guru, yang bukan jatahnya. 

“Organisasi profesional guru Muhammadiyah bukan perangkat majelis, bukan perangkat lembaga, dan juga bukan seperti paguyuban arisan dengan seragam batik yang sama.”

Pemilihan bentuk organisasi untuk mewadahi guru Muhammadiyah dalam sebuah organisasi profesional sangat penting. Ini adalah gagasan organisasi profesional, bukan forum obrolan biasa, sehingga membutuhkan bentuk organisasi yang profesional, mandiri, futuristik, dan akuntabel. 

Organisasi profesional guru Muhammadiyah bukan perangkat majelis, bukan perangkat lembaga, dan juga bukan seperti paguyuban arisan dengan seragam batik yang sama. Karena majelis dan lembaga di Muhammadiyah tidak mempunyai wewenang membuat organisasi. 

Majelis adalah pembantu pimpinan Persyarikatan untuk menjalankan misi di bidang masing-masing. Jika pendirian organisasi guru Muhammadiyah dibentuk oleh majelis (Dikdasmen) misalnya FGM (Forum Guru Muhammadiyah), maka anggota organisasi ini akan menjadi seperti anggota majelis biasa, atau pokja (kelompok kerja), atau seperti kepanitiaan seminar atau tim adhoc acara kumpul-kumpul.

Ini tentu akan menjadi tumpang tindih, karena pekerjaan majelis diambil organisasi ini. Tentu guru-guru di sini, apalagi organisasinya tidak akan menjadi mandiri karena selalu ada garis hierarki atas bawah. Yang lebih tidak menguntungkan lagi adalah hasilnya akan kontra produktif karena waktu dan energi anggota organisasi ini akan tersedot untuk melakukan pekerjaan yang bukan tugas pokok dan fungsinya. Tentu yang akan merugi adalah Muhammadiyah. 

Memilih Organisasi Profesional

Ada dua pilihan jika guru Muhammadiyah akan membentuk organisasi profesional.  Nama organisasi apa saja tidak masalah, mau ikatan, persatuan, atau yang lain. Pilihan minimalis, organisasi guru Muhammadiyah dapat menjadi organisasi otonom, misalnya IGM, Ikatan Guru Muhammadiyah. Muridnya saja mempunyai organisasi IPM, seharusnya para gurunya juga demikian. Ini tentu akan mempunyai makna dakwah yang sangat kuat, terutama di internal Persyarikatan. 

Pilihan kedua adalah seperti organisasi lain PGRI, IGI, dan yang lain, yaitu organisasi Guru Muhammadiyah yang memperoleh legalitas dari  Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jika ini yang dipilih, maka organisasi guru Muhammadiyah akan sangat berwibawa dan terpandang, karena dapat berkiprah secara luas di tingkat nasional, membersamai organisasi-organisasi guru yang lain yang sudah dilahirkan lebih dulu dan mapan, dan tentu sudah tidak hanya bermain di kendang sendiri.

Selamat mencoba, para guru Muhammadiyah yang hebat. Memang ini adalah tidak mudah, tetapi ikhtiar cemerlang adalah selalu di pundak Anda. (*)  

Exit mobile version