Timnas U-17, Aksi Gelar Karya, dan Tenunan Mimpi

Logo Piala Dunia U-17 di Indonesia (Foto: Detik Sport)

PWMU.COTimnas U-17 Indonesia yang sedang berjuang di pentas Piala Dunia dan aksi gelar karya dalam Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) memiliki benang merah yang menarik kalau kita kupas.

P5 diterapkan dalam Kurikulum Merdeka untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila kepada pelajar tentang pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar.

Terus, apa kaitannya dengan Timas U-17 Indonesia yang sekarang sedang berjuang lolos ke fase kedua di Grup A bersama Maroko, Panama, dan Ekoador? Arkan Kaka dkk sedang berjuang mewujudkan mimpi di kancah internasional. Mereka pingin membuktikan bahwa sepak bola Indonesia tidaklah kaleng-kaleng.

Pemain, pelatih, dan official, bahkan supporter bersama-sama merajut mimpi yang sama. Mimpi yang selama ini dianggak sebelah mata oleh negara lain tentang persepakbolahan kita.

Ya, proses merawat mimpi dan motivasi inilah menjadi aksi nyata. Mereka melakukan gelar karya di lapangan hijau. Inilah yang dibuktikan saat pemain timnas kita berhasil menahan timnas kuat Ekuador dan Panama.

Selama 2 kali 90 menit, mereka mengimplementasikan gelar karya yang disaksikan ribuan bahkan jutaan pasang mata secara langsung atau tayangan langsung di televisi. Tidak hanya dasar karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, mereka juga dituntut mandiri, gotong royong, bernalar, kreatif saat melakukan aksi ciamik di lapangan, mereka juga telah praktik berkebinekaan global.

Pengetahuan persepakbolahan internasional, melakukan tryout 1 bulan di Jerman sebelum melakoni pertandingan di Piala Dunia, maupun mengenal karakter negara lawan bisa dikategorikan berkebinekaan global. Saling menghargai berbeda suku, agama, dan warna kulit. Ya, mereka sedang belajar menghargai keberagaman itu.

Bahkan, timnas U-17 pun menjadi wadah besar berkebinekaan saat aksi pemain keturunan Jerman Amar Rayhan Brkic atau Amar Brkic yang memiliki garis keturunan seorang dokter spesialis anak yang berasal dari Kebumen Jawa Tengah Diyah Nahdiyati. Ada juga bek kanan yang memiliki garis keturunan Indonesia dan Brasil Welber Jardim. Mereka berjuang dalam menjaga martabat Indonesia di Stadion GBT Surabaya.

Timnas U-17 Indonesia (Foto: Suara Merdeka)

Aksi Gelar Karya

Agenda 2 tahunan Federation Internationale Football Association (FIFA) ini menjadi berkah bagi Timna U-17 Indonesia ketika Pemerintah Peru memilih mengundurkan diri menjadi tuan rumah. Timnas kelompok umur ini ingin melanjutkan mimpi Timnas U-20 yang sempat tertunda.

Tak ayal, aksi gelar karya mereka benar-benar menyita perhatian. Dua gol yang lahir dari kaki dan sundulan kepala Arkan Kaka yang bersarang ke gawang Ekuador dan Panama benar-benar membelalakan mata pengamat sepak bola dalam negeri maupun luar negeri.

Gocekan, operan, keberanian dan kekuatan mereka dalam mengolah si kulit bundar patut diacungi dua jempol. Aksi gelar karya tidak sedikitpun menunjukkan kecanggungan, kegamangan, mati gaya, bahkan kehilangan nyali di bawah bayang-bayang ketenaran nama besar pemain negara lain.

Mereka pun dengan kepala tegak, pandangan tajam saat peluit awal pertandingan sampai babak akhir. Rasa lelah, capek bukan menjadi faktor penghalang. Malah menjadi motivasi bagi mereka untuk bisa mengalahkan amukan rasa itu. Bukan pribadi yang sedang bertanding, tetapi tim dan Indonesia yang sedang melawan. Inilah kekuatan gelar aksi nyata mereka.

Mereka benar-benar sedang merajut tenunan semangat yang ada dalam P5. Malah, tidak hanya P5, mereka sedang menunjukkan pada dunia bahwa ranking dunia sepak bola hanyanya deretan angka, tetapi yang ada di lapangan hijau adalah semangat 45. Selama ada Garuda di dada, ngeyel, kerja sama, kolaborasi, keberanian menjadi sumber utama semangat mereka.

Timnas U-17 Indonesia sedang menulis sejarah. Tidak hanya sekadar berhasil melesatkan bola ke jala lawan, aksi gelar karya mereka sedang membuat sejarah untuk sepak bola Indonesi, orangtua, dan dirinya sendiri.

Ya, siapa yang menyangka, mereka berhasil mewarnai mimpi bersama 23 negara lain yang memiliki tradisi sepak bola mendunia bersama Argentina, Brasil, Burkina Faso, Kanada, Ekuador, Inggris, Prancis dan Jerman, Iran, Jepang, Korsel, Mali, Meksiko, Maroko, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Panama, Polandia, Senegal, Spanyol, AS, Uzbekistan dan Venezuela.

Aksi gelar karya mimpi Arkan Kaka dll belum berakhir. Masih ada sisa pertandingan melawan Maroko, Kamis (16/11/2023) nanti. Di aksi gelar karya inilah mereka sedang mengerek tinggi-tinggi semangat untuk mendulang angka penuh agar bisa lolos fase pertama di grup A.

Kita tunggu aksi gelar karya mereka. Semoga sejarah itu indah ketika dibaca! (*)

Penulis Ichwan Arif.

Exit mobile version