Setiap Syariat Berimplikasi Bisnis, Potensi UMKM Muhammadiyah Besar  

Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah Khafid Sirotuddin di acara Rakorwil LP-UMKM PWM Jawa Timur (Muhammad Syaifudin Zuhri/ PWMU.CO)

PWMU.CO – Setiap syariat berimplikasi bisnis karena itu potensi UMKM Muhammadiyah besar. Hal itu disampaikan oleh Ketua Lembaga Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LP-UMKM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Khafid Sirotuddin. 

Dia menyampaikan dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) LP-UMKM PWM Jatim yang beraslal dari 38 LP-UMKM Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) seluruh Jawa Timur di Malang, Sabtu (18/11/2023).

“Kalo kita jeli, setiap syariat pasti berimplikasi ekonomis dan bisnis. Mulai dari syahadat kita saat di KUA ada potensi bisnisnya kan? Lanjut keperluan shalat mulai dari masjid, alat kelengkapan shalat, sampai tasbih ada peluang bisnisnya. Apalagi yang ceto (jelas) unsur bisnisnya, seperti saat bulan puasa Ramadhan, zakat sampai haji dan umrah, dan lain-lain,” jelas Khafid dalam logat Jawa Tengah.

Dengan bercanda Khafid mengatakan ia dan lembaga yang dipimpinnya, jika usai menggelar kegiatan keagamaan tidak pernah menghitung pahalanya, tapi menghitung berapa laba yang bisa didapat.

“Saya menekan pada tim di LP-UMKM di Jateng, bar ngaji ngitung bati (usai pengajian hitung laba). Artinya, UMKM harus mampu memanfaatkan setiap even keagamaan untuk berjualan,” terang pengusaha asal Waleri, Kendal, Jateng ini.

Hafid lalu menjelaskan roadmap pengembangan UMKM di Jawa Tengah, yang ia simpulkan dalam enam langkah strategis.

“Saya akan berbagi peta jalan (roadmap)  pengembangan UMKM, khususnya yang akan kami terapkan di PWM Jateng,” katanya. 

Menurutnya pengembangan UMKM dilakukan melalui enam langkah strategis untuk perbaikan, yaitu data, SDM, produk, jaringan, infrastruktur, dan kebijakan.

Baca sambungan di halaman 2: Pentingnya Data

Ketua LP-UMKM PWM Jatim Imam Sugiri menerima cenderamata dari Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah Khafid Sirotuddin dalam acara Rakorwil LP-UMKM PWM Jatim di Malang (Muhammad Syaifudin Zuhri/PWMU.CO)

Pentingnya Data

Dia menjelaskan pengembangan UMKM harus diawali dari data. “Jangan sampai kita buta data karena melangkah bisnis harus pakai data, bukan jare (katanya). Begitu pentingnya data, anggota pertama yang saya rekrut dalam tim LP-UMKM Jateng yakni mantan orang BPS (Badan Pusat Statistik). Orang yang tahu data dan bisa baca data. Utamanya bisa paham tentang data susesnas, survei ekonomi, sosial nasional,” ungkap Khafid.

Setelah paham data, selanjutnya perlu untuk mendidik, melatih, dan membina sumber daya manusia (SDM) UMKM kita. Lalu terkait produk, menurut Khafid pelaku usaha wajib paham tentang kualitas, kuantitas, dan kontinuitas setiap produknya. Dalam berbisnis orang harus paham tentang angka.

“Ada yang perlu dikoreksi dalam pendidikan matematika kita. Kurikulum kita mengajarkan siswa dari pelajaran tentang; tambah, kurang, kali baru bagi. Ini salah. Pendidikan Matematika untuk mencetak pengusaha diawali mengajarkan tentang; bagi, kali, kurang, dan tambah,” papar Khafid yang mencengangkan.

Demi mengembangkan UMKM, menurut Khafid sangat perlu untuk menjalin jejaring (network) yang kolaboratif. “Jangan alergi dengan istilah kapitalisme syariah, bahkan kita pengin mewujudkan oligarki UMKM dengan berkolaborasi empat LP-UMKM di empat PWM,” yaitu

Dia pun mneyebut datanya: Jawa Barat (1,5 juta UMKM), Jawa Tengah (1,4 juta UMKM), Jawa Timur (1,37 juta UMKM), dan DIY (0,5 juta UMKM).

Dua faktor terakhir untuk pengembangan UMKM, lanjut Khafid, yakni pentingnya penyediaan infrastruktur dan kebijakan yang mendukung iklim pertumbuhan UMKM di segala tingkatan wilayah dan setiap lapisan masyarakat.

“Terakhir terkait infrastruktur dan kebijakan menumbuhkan UMKM. Saya mendukung pesan Pak Adi Sasono, jangan kumpulkan musang dan ayam dalam satu kadang,” tutup Khafid yang berharap kita mampu menerjemahkan maksudnya. (*)

 Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version