Tangis Haru di Serah Terima Peserta Live in Journey

Para siswi SD Mugeb dan MIM 10 Jombang berpelukan sambil menangis di Penutupan Live in Journey. (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Tangis haru mewarnai serah terima sepuluh peserta Live in Journey dari keenam orangtua asuh kepada SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jumat (22/12/2023).

Terhitung genap lima hari empat malam anak-anak tinggal bersama keluarga orangtua asuhnya di Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Dalam program semacam “Jika Aku Menjadi” ini, mereka sukses membaur akrab layaknya keluarga.

Sayangnya, perpisahan itu terjadi di hari kelima, tepatnya pada sesi penutupan Live In Journey di Masjid MIM 10 Jombang. Para orangtua asuh yang merupakan wali siswa MIM 10 Jombang itu tak kuasa menahan air matanya di saat menyampaikan kesan-pesan.

Marfu’ah, ibu asuh Rayyan Dzaka Alfarizqi dan Muhammad Fajar Ramadhansyah, mengungkap, “Ada pertemuan juga ada perpisahan. Kenangan bersama anak-anak tidak akan pernah saya lupakan. Kami sekeluarga sayang mereka berdua, rumah jadi rame. Sekarang sepi.”

“Hari terakhir bersama anak-anak,” ujar Mbah Tarti, ibu asuh Muhammad Zhafran Ihtisyam dan Muhammad Azzabran Bahy sambil menitikkan air mata. Dia tak kuasa menyampaikan kata-kata di perpisahan itu, hanya air mata yang terus mengalir meski beberapa kali ia mengusapnya.

Hartik, ibu asuh Aniqah Khaira Sunandar yang kurang enak badan menyampaikan melalui grup WhatsApp. “Aku suweneng ambih Mbak Aniqah. Kendel, norot, takkon ngamek jajan momoh temen,” ujar ibu yang sehari-harinya berjualan sembako di toko rumahnya. Maksudnya, Hartik bahagia bisa merawat Aniqah yang pemberani, patuh, dan jujur.

Usnia (kanan), ibu asuh Muhammad Farhan Favian Jiwani, tak kuasa menahan air mata saat mengenang kebersamaan mereka selama lima hari. (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

Dapat Keluarga Baru

Darsih, ibu asuh Muhammad Faris Habibi dan Haidar Azfar Abdurrahman, menyatakan, “Ya Allah, waktu terasa begitu cepat. Momen selama lima hari momen yang sangat indah di mana kami mendapatkan keluarga baru. Semoga silaturahmi kita tidak berhenti sampai di sini nggeh.”

Bunda dari Arsalan Wisesa khuzaima itu juga menyampaikan, “Bersyukur banget dikasih kesempatan bisa merawat mereka meskipun singkat banget. Rasanya berat banget melepas mereka. Karena rasanya sudah sayang banget sama mereka.”

“Apalagi melihat mas Habibi yang lucu, anak saya yang kecil, Mahira, niki wau nangis mboten angsal mantok,” imbuhnya menyampaikan anak bungsunya tidak membolehkan Habibi pulang.

Ifa Nur Ani, ibu asuh Aisha Hifza Saffana dan Keysha Enazwah menyampaikan, “Anakku, kita memang bersama hanya lima hari. Lima hari itu kita kenang selamanya, ya.”

Hal ini mengundang para peserta Live In Journey dari SD Mugeb maupun siswa MIM 10 Jombang ikut mengalirkan air mata. Para siswi berpelukan dengan sahabat barunya. Begitupula dengan para siswa kedua sekolah itu.

Para guru pendamping dari kedua sekolah pun turut terharu. Beberapa tampak menyeka air matanya melihat pecah tangisan anak-anak yang sebentar lagi meninggalkan keluarga dan teman barunya itu.

Sebelum pulang, anak-anak salim kepada seluruh orang tua asuh sambil menyerahkan sepaket sembako bersama guru-guru SD Mugeb. Lambaian tangan pun mengiringi kepulangan mereka ke Kota Santri Gresik. Mereka meninggalkan Kota Santri Jombang dari MIM 10 pada pukul 14.45 WIB.

Para siswa SD Mugeb dan orangtua asuh menangis terharu saat serah terima menjelang kepulangan mereka ke Gresik. (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

Sampai di Gresik

Momentum penuh haru ini juga dirasakan para orangtua kandung peserta Live In Journey. Ketika melihat foto dan video yang langsung terkirim di grup WhatsApp itu, beberapa mengakui ikut menangis haru.

“Saya jadi ikut nangis Mbah Tarti. InsyaAllah kapan-kapan Isyam main lagi ke sana nggeh,” tulisnya dengan bubuhan emoji menangis dan cinta.

Pesan suara dari Antun Wijayati, Bunda Haidar, dengan suara serak dan terbata-bata karena isak tangis juga terkirim ke grup WhatsApp segera setelahnya. “Ustadzah-Ustadz, sampaikan terima kasih saya ya buat Ayah Bunda di sana ya dan juga teman-teman dari anak-anak. Terima kasih sudah memberikan kenangan yang indah,” ujarnya.

Begitu pula dengan Khoiro Numsyah SPd. Ibu Habibi ini menyampaikan, “Masyaallah pengalaman berharga dan mendapat keluarga baru di sana.” Emoji menangis ia tambahkan.

“Saat yang mengharukan adalah saat-saat perpisahan,” balas Kaswandi, pakde Keysha.

“Pas Ustadzah upload foto di hari terakhir membawa bawang,” ujar bunda Keysha Enazwah, Eny Astutik saat menjemput putrinya di sekolah, Jumat (22/12/2023) sore sekitar pukul 16.00 WIB. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version