SMPM 7 Surabaya Gelar Quranic Camp Community, 79 Siswa Dapat Emblem

Kepala SMPM 7 Imam Sapari SHI MPdI menyematkan emblem pada salah satu siswa (Rachell Fattama Az Zahrah/PWMU.CO) 

PWMU.CO – SMPM 7 Surabaya gelar Quranic Camp Community (QQC), Ahad-Senin (31/12/2023-1/1/2024). 

Kepala SMP Muhammadiyah (SMPM) 7 Imam Sapari SHI MPdI menerangkan, kini remaja sedang tidak baik-baik saja. “Kegiatan ini menginap di sekolah saat malam tahun baru ditujukan untuk menyelamatkan generasi karena di luar sana para remaja merayakan tahun baru dengan berbagai kenakalan remaja seperti mabuk-mabukan, narkoba, dan sejenisnya,” ungkapnya saat mengisi sesi materi ketiga.

Di sisi lain, agenda ini juga bertujuan memotivasi dan memberi arahan kepada siswa sekolahnya para pemimpin itu. “Bahwa merayakan tahun baru bukanlah budaya orang Islam,” imbuh Imsap, sapaan akrab Imam Sapari.

Ada tujuh agenda pada QCC SMPM 7 ini. Yakni menyimak materi penuh inspirasi, malam inagurasi, bakar-bakar ceria, ibadah dan malam muhasabah, senam jasmani, penyematan emblem kepemimpinan, dan awarding. 

Sekretaris Kwartir Daerah Hizbul Wathan Kota Surabaya Salman Alfarisi SHI memaparkan materi pertama, Islam dan Tahun Baru. Dia mengungkap sejarah-sejarah tahun baru, mulai dari awal adanya kalender Masehi dan Hijriyah dan tahun baru dalam Pandangan Islam. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) juga ia paparkan.

Dia menerangkan, sejarah penanggalan perbedaan kalender Masehi dan Hijriah juga bisa diketahui lebih lanjut melalui sejarahnya masing-masing. “Sejarah kalender Masehi berdasarkan pada penanggalan kalender Julian dan Gregorian. Sementara sejarah kalender Hijriah atau kalender Islam berdasarkan pada momen pertama hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah,” urainya.

Salman akhirnya menekankan, “Merayakan Tahun Baru bukanlah sejarah kita.”

Pemateri kedua yakni salah satu guru SMPM 7 Ulul Albab SS. Dia menjelaskan Tantangan Remaja di Era Digital. “Kita tidak bisa membendung digitalisasi, namun bisa menyikapinya dengan bijak,” tutur guru yang akrab disapa Ustadz Al itu.

Saat tiba di malam inaugurasi, setiap kelas tampil bergantian. Ada yang menampilkan drama, puisi, bahkan pantun dengan makna yang dalam. Setelah itu, tiap anak berkumpul dengan teman sekelas beserta wali kelas untuk memasak masal. Mereka bakar-bakar frozen food yang murni mereka sediakan sebelumnya.

Selanjutnya para peserta menjalankan ibadah dan malam muhasabah. Yakni shalat tahajjud, merenung bersama dan ditutup dengan shalat Shubuh. Saat pagi, mereka senam jasmani dan jalan sehat bersama.

Baca sambungan di halaman 2: Awarding Kenaikan Tingkat

Kepala SMPM 7 Imam Sapari SHI MPdI menyematkan emblem pada salah satu siswa. SMPM 7 Surabaya Gelar Quranic Camp Community, 79 Siswa Dapat Emblem (Rachell Fattama Az Zahrah/PWMU.CO) 

Awarding Kenaikan Tingkat

Akhirnya tiba pada apel di mana ada penyematan emblem serta awarding. Penerima emblem bukan sembarang anak. Ada kriteria yang harus peserta didik capai di sekolahnya para pemimpin ini. 

Untuk pangkat terendah, Leader Muda (Leadma) memiliki 12 syarat. Seperti menyelesaikan fortasi, nilai minimal B pada aspek ibadah maupun karakter kepemimpinan, berprestasi, hingga mendapat rekomendasi dari pembina ekstrakurikuler wajib seperti HW, Tapak Suci, dan panahan. 

Selain itu juga lulus Tilawati, tuntas hafal an-Nas hingga al-A’la, lulus LDKS dan HW Camp, mengikuti kegiatan Ashabul Kahfi, lulus QCC, dan mendapat rekomendasi siswa tersebut berakhlak baik. 

Pangkat ke-2, Leader Dua (Leadda), memiliki syarat menyelesaikan fortasi, nilai minimal B pada aspek ibadah maupun karakteer kepemimpinan, meraih pengenal Purwa di HW, sudah mendapat sabuk kuning di Tapak Suci, rekomendasi panahan, tuntas hafal juz 30, mengikuti minimal 3 kali kegiatan Ashabul Kahfi, lulus QCC, dan mendapat rekomendasi siswa tersebut berakhlak baik. 

Pangkat tertinggi, Leader Kepala (Leadka)  memiliki ketentuan nilai minimal B pada aspek ibadah maupun karakter kepemimpinan, meraih pengenal Purwa di HW, sudah mendapat sabuk kuning melati 1 di Tapak Suci, rekomendasi panahan, tuntas hafal 2 Juz yakni juz 29 dan 30, mengikuti minimal 3 kali kegiatan Ashabul Kahfi, lulus QCC, dan mendapat rekomendasi siswa tersebut berakhlak baik. 

Berdasarkan semua syarat yang diajukan itu, dari 211 peserta didik, hanya 79 peserta didik yang dapat meraih emblemnya. Dengan rincian 31 anak mendapat pangkat Leadma, 33 Leadda, dan bahkan hanya 15 anak yang meraih pangkat tertinggi yaitu Leadka.

Dari sana Imsap berharap agar anak-anak semakin berlomba-lomba dalam kebajikan hingga lupa untuk berbuat yang mungkar. (*)

Penulis Rachell Fattama Az Zahrah Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version