Mendag Ajak Nasyiah Jatim Buka Warung

Menteri Perdagangan RI Dr Zulkifli Hasan SE MM, keynote speaker di Konsolidasi Wilayah dan Pelatihan Manajemen Organisasi yang diadakan PWNA Jatim. (Hervina Emzulia/PWMU.CO)

PWMU.CO – Menteri Perdagangan RI Dr Zulkifli Hasan SE MM–keynote speaker di Konsolidasi Wilayah dan Pelatihan Manajemen Organisasi yang diadakan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur–optimis, besar sekali peluang Indonesia untuk menjadi negara maju bersama anak-anak muda.

“Dalam 15 tahun ini, kalau pemerintah sekarang sudah on the track, bisa dilanjutkan dengan modal bonus demografi yang kuat!” ujarnya lalu menekankan pentingnya bekerja keras dan berkolaborasi. “Maka 100 tahun Indonesia merdeka, kita bisa berubah menjadi negara maju. Insyaallah!”

Menghadapi peluang ini, Kemendag memberikan pelatihan. “Pemerintah memberikan sarana prasarana, kampus memberikan pelatihan pendidikan, organisasi Nasyiatul Aisyiyah juga support, maju atau tidak kan sebenarnya tergantung kekuatan perjuangan dirinya masing-masing. Yang lain sifatnya supporting,” terangnya.

Zulhas lanjut memaparkan, “Kami di Mendag juga melatih. Ada yang kami sebut 4 pilar. Satu, pelaku UMKM. Kedua, ritel modern. Ketiga, lembaga perbankan dan expo. Keempat, e-commerce (pelaku usaha di bidang online). Jadi ada ekosistem yang kita bangun.”

Kata Zulhas, UMKM harus dilatih agar punya keterampilan dan pengetahuan yang cukup. “Dulu kalau kita jual sambal bungkusnya plastik. Sederhana. Karena bungkusnya plastik, harganya murah dan nggak tahan lama. Sekarang, anak-anak muda bikin sambal yang sama, packaging pakai botol. Sudah ada tulisan bahasa Inggris dan Arabnya. Harganya jadi lima kali lipat dan bisa dibeli di mana saja,” ungkap politikus ini.

Kedua, pihaknya menyambungkan UMKM ke ritel modern. “Jangan sampai ritel modern beli sambal dan kerupuk di Jakarta. Ongkosnya mahal. Lebih bagus kerja sama UMKM dengan ritel modern. Ritel modern disupplay oleh Nasyiatul Aisyiyah. Ritel modern dapat harga ekonomis, UMKM berkembang,” imbuhnya.

Wirausahawan ini kembali meyakinkan, kalau daya beli UMKM meningkat, ritel modern juga laku. Ritel modern bisa membantu anak-anak muda.

Dia lantas mengungkap, dirinya bisa berdiri di sini karena ibunya punya warung. “Hasil pendidikan saya sebagai pengetahuan tapi bekal saya mengarungi kehidupan ini didikan emak saya waktu punya warung dulu. Saya 6 tahun sudah diajarkan jualan, menghitung uang, untung-rugi,” kenangnya.

Di kampungnya dulu, untuk beli di warung belum tentu orang punya uang. “Beli gula tukar telur. Saya tiap minggu dilatih ibu saya ke kota, jual sekarung cengkeh, kopi,” lanjut Anggota DPR RI 2014-2022 itu.

Ajak Buka Warung

Oleh karena itu, Kemendag juga mengajak anak-anak muda untuk membuka warung. “Jangan langsung supermarket, minimarket. Karena kalau tutup, ruginya banyak. Kalau warung cukup Rp 40 juta. Rp 20 juta modal kita, Rp 20 juta harus bayar. Warung itu penting untuk melatih entrepreneur (kewirausahaan),” tegasnya di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Gak berhenti di sana, Mendag juga menyambung UMKM dengan ritel modern dan e-commerce. “Saya baru mengatur agar online ini tidak ditolak. Itu suatu keharusan. Teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan tidak mungkin kita lawan. ASEAN saja nanti akan membangun ekonomi digital. Jadi seluruh kegiatan ekonomi ASEAN itu digital. Termasuk nanti Pabean. Hubungan dagang baik jasa maupun barang sudah paperless, tidak pakai kertas,” jelasnya.

Karena itulah pihaknya mengatur agar e-commerce tidak membuat UMKM tutup, tidak mengganggu ekonomi industri. “Saya sudah atur, keluar Permendag 31. Jadi dari luar sekarang tidak boleh langsung jual ke rumah-rumah. Setiap produk luar kalau mau ikut e-commerce harus ada izin edar. Kalau makanan harus ada sertifikat halal. Kalau kecantikan harus ada izin dari BPOM.  Kalau elektronik harus ada garansinya. Jadi sulit produk luar menyerbu pasar kita melalui e-commerce. Hampir mustahil,” tuturnya.

Tapi kalau UMKM tidak memanfaatkannya, Zulhas yakin UMKM akan kalah bersaing. Oleh karena itu, UMKM dilatih agar selain punya offline, ikut e-commerce. “Kalau produk bagus tapi jual di Malang saja, pasarnya kecil. Kalau dia ikut e-commerce, maka seluruh dunia bisa lihat produknya,” sambung pria kelahiran 31 Agustus 1962 itu.

Kalau ada sarana prasarana yang begitu canggih seperti e-commerce, anak-anak muda pelaku UMKM tidak memanfaatkan, maka Zulhas memastikan yang memanfaatkan itu orang lain.

Selain itu, dia membahas pelibatan lembaga pembiayaan. “Sudah punya keterampilan dan pengetahuan, ikut ritel modern dan e-commerce, eh modalnya kurang. Jangan ikut pinjol atau rentenir! Bunganya harian. Repot itu. Harus ikut perbankan! Di bank memang ngurusnya repot pertama tapi kalau sudah dapat sekali, sudah selanjutnya lancar. Kalau pinjol, akan membunuh pada waktunya,” papar Zulhas.

Untuk produk yang sudah bagus, bisa ikut expo. “Nanti stannya kita yang siapkan. Dari sini, selanjutnya bisa diajak memasarkan keluar negeri, seperti ke Qatar dan Arab Saudi. Ini termasuk untuk busana muslim,” imbuhnya.

Pihaknya pernah membayari UMKM yang ikut tampil di New York meski harga slotnya mahal. Karena seluruh dunia akan memperhatikan. Begitu Zulhas mengulas Sinergitas Perempuan Muda dalam Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Bangsa, Sabtu (6/1/2024) siang. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version