Muhasabah Diri dalam Memanfaatkan Usia

Siswa SMA Muhammadiyah 4 Sidayu (Smamsi) saat mengikuti Pengajian Gerakan Perempuan Mengaji di Desa Purwodadi, Jumat (12/1/2024). (Chilmiyati/PWMU.CO)

PWMU.CO – Muhasabah diri dalam memanfaatkan usia disampaikan dalam acara Gerakan Perempuan Mengaji yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Sidayu Gresik Jawa Timur, Jumat ( 12/1/2024).

Petugas gerakan perempuan mengaji Jumat ini adalah siswa Smamsi kelas Fase E. Fatimah Az Zahra bertugas sebagai pembawa acara, pembaca ayat Al-quran Syifa Andini Lutfiyanto Putri dan penerjemahnya Azky Hayyuna Shaflyah Sutikno. Sedangkan pemberi tausiyah adalah H Ubaidillah dari Tanjungsari Sidayu.

Kegiatan ini dilaksanakan di rumah HJ Mashinda SAg yang ditempatkan di TPA Abdurrahim Desa Purwodadi Sidayu mulai pukul 12.30 WIB. Kegiatan ini diikuti beberapa Ranting, seperti Sidayu, Raci Tengah, Tajungsari, Ngawen, Golokan, Wadeng, dan Sukorejo.

Para jamaah semangat hadir di acara tersebut meskipun cuaca agak panas. Namun, tidak menyurutkan niat mereka untuk hadir mendengarkan tausiyah.

Muhasabah Diri

Tausiyah bertema Muhasabah Diri Memanfaatkan Usia, Ubaidillah mengatakan sikap kita sebagai orang muslim harus muhasabah diri. Muhasabah adalah bentuk evaluasi, koreksi diri, dan menghitung sesuatu yang sudah kita lakukan.

Sebagaimana Surat al-Khaser Ayat 18, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Ada 3 perintah Allah dalam surat di atas yaitu bertaqwa kepada Allah, dalam artian menjaga diri dari keburukan jangan sampai Allah murka. Kedua, memperhatikan apa yang sudah kita lakukan untuk hari esok ( antara dunia dan akhirat). Ketiga, perintah bertaqwa lagi kepada Allah.

Dia menambahkan ada 4 Muhasabah pada diri kita yaitu pertama, niat memotivasi pada tujuan hidup. Tujuan kita lebih disibukkan dengan urusan dunia sehingga lupa akan kehidupan akhirat.

Kedua, apa yang diperintahkan Allah. Dalam hal ini janganlah meremehkan atau melalaikan shalat. Jika shalat kita baik, maka baik pula semuanya.

Ketiga, apa yang dilarang oleh Allah. Jauhkan diri kita dari hati yang kotor, seperti iri, hasud, dengki, dendam, sombong, ujub, tidak mau memaafkan, dan merasa paling baik (suci).Perbuatan yang lainnya bisa berupa korupsi, suap, atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

Keempat, waktu yang diberikan oleh Allah. Koreksi tentang usia kira-kira apa yang sudah kita persiapkan ketika kita sudah kembali ke Allah. Hidup di dunia hanya sementara dan singkat. Setiap yang hidup akan merasakan mati. Untuk itu, kita perlu melakukan taubat kembali kepada Allah.

Pada dasarnya manusia banyak salahnya, maka ketika kita menyadari segeralah untuk bertaubat dan tidak melakukan dosa lagi.

“Ingat, orang-orang yang beruntung adalah mereka orang yang beriman kepada Allah. Lalu, siapa yang disebut dengan orang beruntung itu ? Yaitu orang yang khusyuk dalam shalat. Khusyuk adalah kosentrasi, fokus, atau menghadirkan Allah dalam hati,” katanya.

Dia menambahkan juga ada beberapa cara khusyuk dalam shalat yaitu dengan berdoa, menyadari bahwa nanti dihisab Allah, menyempurnakan wudhu, berusaha melihat tempat sujud, menyadari bahwa shalat itu pertemuan Allah dengan hambanya, serta memikirkan apa yang kita baca (makna bacaan dalam shalat).

Marilah, ajaknya, kita muhasabah diri memanfaatkan usia dan berusaha memperbaiki ibadah kita. Ingat, kematian bisa datang kapan saja. Ketika kalian shalat, maka shalatlah seperti orang yang akan berpisah dengan dunia sehingga kita bisa khusyuk di dalam melaksanakan ibadah shalat. (*)

Penulis Chilmiyati. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version